fbpx

Seberapa Besar Asetmu Di Surga

Allah menciptakan balasan sebagai bentuk pengadilan akhirat yang Maha Adil, kekal, dan abadi, ialah surga dan neraka. Segala catatan kebaikan manusia di dunia dibalas oleh kenikmatan yang kekal bernama surga, sedangkan catatan amalan buruk manusia selama hidup di dunia dibalas oleh kesengsaraan yang kekal bernama neraka. Sedari dini hingga hari ini kita semua meyakini kepercayaan tersebut, bahkan di dalam ajaran agama manapun. Semua agama sama-sama mengajak pada kebaikan dan mengharapkan kehidupan kekal dengan segala kenikamatan di dalamnya yang bernama surga. Hanya saja, kita tidak pernah benar-benar tahu akan seperti apa balasan yang kita dapatkan di akhirat kelak, apakah surga atau neraka. Naudzubillahi min dzalik.

Adalah kebenaran jika segenap umat manusia di dunia mengharapkan surga sebagai pelabuhan akhir di akhirat kelak. Surga menjadi tempat suci nan indah yang diidam-idamkan setiap umat manusia sebagai rumah peristirahatan terakhir atas balasan kebaikan di dunia. Surga digambarkan dengan segala bentuk keindahan. Entah dideskripsikan seperti sebuah taman yang mengalir sungai-sungai di dalamnya ataupun bentuk keindahan lain yang sulit diterka oleh pancaindera. Rupa keindahan surga yang satu di antaranya bisa melihat Allah dijelaskan dalam surah Al-Qiyamah ayat 23 yang artinya, “Kepada Tuhannyalah mereka melihat”

 

 

Bentuk keindahan surga lain yakni mendapat kemuliaan dan kehormatan dari Allah dan para malaikat tertera dalam surah Yasiin ayat 58, “(Kepada mereka dikatakan): “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.” Adapula keindahan dan kenikmatan surga ialah terdapat kebun dan buah anggur seperti yang disebutkan dalam surah An-Naba’ ayat 31-34, “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya, dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman)”.

Begitu banyak keindahan dan kenikmatan surga yang tentu kebenarannya hanya Allah yang tahu sampai kita dirahmati Allah untuk menyicipi nikmatnya surga nanti. Banyak deskripsi surga yang sejatinya ia tidak mampu diterka dengan pancaindera manusia. Surga menjadi kenicayaan yang didapatkan hamba Allah yang beriman dan beramal soleh. Pun tentu yang Allah rahmati dan kehendaki adanya.

Surga sudahlah indah dan akan bertambah keindahannya jika di dalamnya ada bentuk balasan lain sebagai tabungan atau aset kita hidup dan beramal di dunia. Akan sebesar apa aset kita di surga?

Jawabannya terletak dari seberapa banyak kita menabung “aset” tersebut selama di dunia. Tabungan aset di dunia dapat disebut sebagai amal saleh. Kita simak surat An-Nahl : 97 berikut, “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”


“Aset” berharga yang akan kita terima di surga pun dijelaskan dalam surah Saba’ ayat 39 yang berbunyi, “Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendakiNya)”.

Selain firman Allah tentang “aset” surga, terdapat hadits Nabi bahwa di Surga ada istana tanpa atap, pintu, dan jendela. Untuk siapakah itu semua? Cerita tersebut termaktub dalam kitab hadits Arba’in Al Buldaniyah (kitab 40 hadis dari 40 ulama dunia) yang disusun oleh Ulama asal Indonesia; Syekh Muhammad Yasin bin Isa Al-Padani. Diriwayatkan dari Anas bin Malik radiyallahu anhuma ia berkata, Rasulullah SAW bersabda di dalam surga ada istana yang tidak memiliki atap dan tiangnya, dan sahabat bertanya, ya Rasulullah bagaimana penghuninya memasuki istana tersebut? Nabi menjawab, mereka memasukinya seperti burung, kemudian sahabat bertanya lagi, siapakah mereka ya Rasulullah? Nabi menjawab, mereka adalah orang-orang yang sakit, orang yang dalam keadaan sulit dan kekurangan, serta orang-orang yang tertimpa musibah bencana.

Bersandar pada banyak ayat Quran dan Hadits yang sudah disebutkan sebelumnya tentang tabungan surga yang akan kita dapatkan nanti diperoleh dari arah mana saja.

Pertama, aset tersebut ialah amal soleh kita. Ada sebuah ungkapan yang menyebutkan bahwa amal soleh ialah teman setia yang melebihi bayangan kita, akan mengikuti arah ke manapun kita melangkah, memonitori segala gerak. Ialah satu-satunya pendamping pengadilan di alam kubur ketika tidak seorang pun menemani, hanya amal soleh yang mampu menerangi. Sejatinya, ia yang akan bersaksi di hadapan Allah kelak, apa sajakah yang telah dilakukan seluruh pancaindera kita semasa hidup. Ke mana kaki kita melangkah, untuk apa kedua tangan kita digunakan, kepada hal mana sajakah mata kita melihat, untuk berkata hal baik atau burukkah mulut kita digunakan. Karenanya, amal soleh adalah aset besar kita di surga kelak. Akan berat timbangan kebaikan dan keridoan Allah untuk menempatkan kita dalam surganya, salah satu upayanya dengan menimbang seberapa berat dan besar perbuatan baik kita di dunia, sekecil biji sawi pun, Allah balas dengan berlipat ganda. Itulah mengapa amal menjadi implikasi dan interpretasi dari perangai seorang hamba yang beriman.

Sejatinya ia beriman terlihat dari bagaiman ia mengimplikasikan keimanannya dalam bentuk amal saleh, bentuk kesalehan sosialnya pada sesama manusia dan makhluk Allah lainnya. Terdapat unsur kesalihan horizontal di dalam aplikasi amal saleh tersebut, atau biasa kita kenal dengan istilah habblum minannaas (hubungan antarsesama manusia). Masya Allah, betapa Allah memerintahkan hambaNya berbuat baik kepada sesama manusia bahkan jika manusia berbuat salah terhadap manusia lainnya, dosa tersebut tidak terhapus dengan bentuk ibadah ritual atau memohon ampun pada Allah tapi wajib mendapatkan maaf dan rido langsung dari manusia itu sendiri. Betapa tidak diragukan lagi jika amal saleh dinilai penting dan layak menjadi kriteria aset besat kita di surga karena dengan mengamalkannya kita mampu menjadi manusia dengan derajat kemuliaan yang besar di sisi Allah.

Kedua, aset itu ialah harta benda yang kita sodaqohkan sebagian pada yang berhak menerimanya. Kalimat ini dikuatkan dengan firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 261, berbunyi, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji… Dan Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui”.

Tentu kita tidak lupa dengan istilah populer yang kerap kali menyebutkan bahwa berinfaq dan bersodaqoh tidak lantas membuat harta kita berkurang, tapi sebaliknya. Harta kita diberkahi dan bertambah banyak dalam kacamata Allah. Mengapa? Tentu kita tidak bisa menyamakan penilaian banyaknya pahala dan lipatganda harta benda yang kita sodaqohkan di jalan Allah dengan hitungan matematika manusia, tidak akan pernah sama, tidak akan masuk logika berpikir manusia.

Tentu tidak adil juga jika kita mencoba menyamakan kalkulasi Allah dengan kalkulasi manusia. Tentang memberikan sebagian harta pada sebagian makhluk Allah lainnya menjadi sebuah nilai kebaikan yang luar biasa cukup dijanjikan Allah dalam firmannya yang sebelumnya sudah dipaparkan. Manusia hanya diperintahkan, dianjurkan, dan meyakini janji Allah, lantas biarkan Allah bekerja dengan kalkulator kebijakanNya sendiri. Karenanya, tidak ragulah jika harta benda yang kita infaqkan di jalan Allah dapat menjadi aset besar kita di surga kelak.

Ketiga, aset itulah segala tabungan-tabungan kesabaran kita menerima takdir Allah yang berupa rasa sakit sebagai penghapus dosa, kesulitan hidup dalam kepayahan, kemiskinan, kefakiran, serta kesabaran atas musibah yang telah Allah gariskan pada kita umat manusia. Dari bagian inilah kita seyogianya menyadari bahwa Allah menyediakan balasan indah bagi hambaNya yang bersabar dengan sepenuh hati.

Dengan demikian, mudah-mudahan Allah menguatkan hati dan langkah kita untuk senantiasa istiqomah menabung amalan-amalan yang niscaya menjadi aset dan tabungan besar kita di surga. Wallahu ‘alam bish shawab.

Yuk Sedekah melalui www.maiberbagi.or.id

Penulis.
(DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL