fbpx

Rendah Hati Jangan Rendah Diri

Untuk hidup bermasyakarat, manusia harus memperhatikan norma-norma sosial dalam bergaul. Norma sosial yang berlaku di masyarakat tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam karena sejatinya agama Islam mengatur kehidupan manusia agar lebih beradab. Norma atau nilai-niai sosial tidak tertulis dalam masyarakat, namun masyarakrt sendirilah yang menjadi pengontrol segala gerak gerik anggota masyarakat.

Sebutlah sikap tawadhu atau rendah hati yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Rendah hati jelas berbeda dengan rendah diri. Mereka yang rendah hati tidak menginginkan pujian dalam tiap apa yang dilakukannya; tidak membutuhkan kekuasaan atau jabatan dalam membuktikan eksistensi dirinya dalam masyakarat; tidak mencari pengakuan atas inisiatif dan kebijakan-kebijakan yang dia ambil. Orang yang tawadhu bukanlah orang yang pesimis penuh keraguan. Ia hanya terlalu malu jika mendapat pujian, penghargaan, pengakuan, dan nama baik selain dari yang Allah berikan langsung kepadanya. Ia hanya mengharapkan balasan dari Allah semata. Ia khawatir bila semua pujian yang berasal dari manusia dapat menggoyahkan keimanannya dan menggugurkan pahala yang Allah janjikan kepadanya. Untuk mengantisipasi hal ini, Rasulullah telah mengajarkan kita sebuah doa untuk mengindarkan kita dari sifat sombong dan berbangga hati seperti yang tertera dalam hadits Nabi yang berbunyi, ”Ya Allah, Engkau telah mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan. Ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka.” (HR. Al-Baihaqi).

 

 

Allah membenci orang yang menyombongkan diri; merasa lebih hebat dari siapapun. Ketidaksukaan  Allah terhadap orang yang sombong tertuang dalam surah Al-Lukman ayat 18 yang artinya, ”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” Allah membenci sikap sombong karena hal itu merupakan wujud dari tidak bersyukurnya seorang hamba terhadap apa yang telah diberikan Allah. Mereka lupa bahwa apa yang ada pada diri mereka hanyalah titipan yang sewaktu-waktu dapat Allah ambil kembali. Allah akan membalas mereka yang sombong dengan kerugian yang amat besar di hari akhirat nanti seperti dalam hadits Rasulullah yang berbunyi, “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seorang hamba bertanya, ”Bagaimana dengan seseorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?  Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebnaran dan meremehkan orang lain.” (HR. Muslim).

Lalu bagaimana ciri orang yang rendah hati? Yang  bisa menilai dan mengetahui seseorang sudah mengamalkan sikap tawadhu hanya dirinya sendiri. Tanyalah pada diri sendiri sudahkah kita bersikap tawadhu dengan benar? Di luar sana banyak orang yang memanfaatkan sikap tawadhu untuk hal tercela; merendahkan dirinya sendiri di depan orang yang memiliki kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan. Orang ini biasanya bersedia merendahkan harga dirinya, memuji apa saja kebijakan orang yang derajatnya dianggap lebih tinggi demi kepentingan dirinya sendiri. Sikap seperti ini sangat tercela dan bukanlah rendah hati yang sedang ia tunjukkan, melainkan rendah diri; ia merendahkan dirinya sendiri untuk kepentingan sesaat. Untuk itulah jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini dengan jujur untuk mengetahui seberapa tawadhukah Anda.

Pertama, Apakah Anda mau mendengarkan nasihat atau saran dari siapapun? Anda tidak akan marah bila apa yang Anda kerjakan mendapat kritik dan saran dari orang lain. Anda akan senang mendengarkan atau bahkan meminta nasihat dari orang lain. Anda juga tak segan menerima masukan dari anak kecil sekali pun.

Kedua, apakah Anda sudah mementingkan orang lain di atas kepentinganmu sendiri? Anda dapat dikatakan tawadhu bila sibuk berbuat untuk kepentingan umat. Bukannya tak mengurus diri Anda sendiri, namun Anda pandai menempatkan diri di masyarakat.  Anda tak ingin kehilangan momen untuk ambil bagian dalam setiap kegiatan yang melibatkan masyarakat. Anda juga enggan dilayani jik asedang berada di sebuah perkumpulan. Bukan ujian atau nama baik yang Anda cari, melainkan pahala yang Allah janjikan kepada setiap orang yang berbagi kebaikan.

Ketiga, apakah setiap hari Anda sudah bersyukur? Alih-alih menyombongkan terhadap yang Anda miliki, Anda yang rendah hati akan sibuk bersyukur dan merasa cukup atas apa yang Allah takdirkan untuk Anda. Ia akan banyak membagi kebahagaiannya dalam bentuk sedekah kepada orang lain sebagai wujud bersyukur kepada Allah.

Keempat, apakah Anda menganggap diri Anda lebih tinggi dari pada orang lain? Jika iya, maka Anda harus segera bertaubat. Rendah hati membuat seseorang memandang orang lain sejajar dengan dirinya. Anda tidak merasa lebih tinggi atau lebih rendah dari orang lain. Anda menganggap orang lain juga bisa melakukan apa yang Anda lakukan. Anda dengan senang hati berbagi ilmu kepapa orang lain. Tak ada kamus dalam hidup Anda untuk menahan ilmu yang Anda miliki agar orang lain hanya akan meminta tolong kepada Anda.

Kelima, Anda pasti menyadari kapasitas diri Anda sendiri. Anda tidak akan mau mengambil pekerjaan atau tanggung jawab yang belum Anda kuasai. Anda juga tidak tergiur jabatan yang Anda tahu Anda belum amanah dengan hal itu. Anda tidak memikirkan portofolio Anda sendiri dalam menerima semua itu karena Anda memikirkan kemaslahatan bersama. Anda mengkhawatirkan akan banyak terjadi kemudhorotan bila Anda mengemban jabatan yang belum Anda kuasai.

Orang yang tawadhu tidak akan pernah sedikitpun menyombongkan apa yang dimilikinya, apa yang telah dilakukannya, siapa kaum kerabatnya, dan bagaimana silsilah keluarganya. Mereka sadar dan paham betul bahwa segala sesuatu yang ada pada dirinya hanyalah titipan Allah belaka yang sewaktu-waktu dapat Allah ambil kembali. Mereka tahu bahwa ada hak orang lain yang ada pada harta yang mereka miliki. Mereka mafhum bahwa yang membuat silsilah keluarganya harum adalah leluhurnya, bukan mereka. Nama baik, harta, pangkat, jabatan hanyalah pinjaman Alalh untuk mereka gunakan di jalan Allah.

Tawadhu membuat kita sadar akan posisi kita yang sebenarnya. Kita hanyalah hamba Allah yang ditugaskan untuk beribadah dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Memang benar kita dijadikan khalifah di muka bumi ini oleh Allah karena Allah telah memberikan kita akal untuk berpikr dan hawa nafsu yang seharusnya dapat digunakan untuk terus menciptakan kebaikan-kebaikan bagi sesama. Semua pujian yang ditujukan kepada kita semata-mata karena Allah telah menutupi aib kita dengan baik.

Rendah hati menjadikan pengamalnya tenang dan bahagia menjalani hidup. Ia tak dipusingkan dengan penilaian dan pujian orang lain. Orang yang benar-benar mengamalkannya akan mendapatkan kehormatan dari sekelilingnya tanpa diminta. Orang akan mengetahui mana orang yang tulus dalam bekerja mana orang yang hanya ingin dipuji saat berkegiatan. Alih-alih mendapatkan pujian, mereka yang tidak tulus akan mendapatkan cemoohan. Naudzubillah min dzalik.

Janganlah kita menjadi kawan Iblis dengan selalu merasa superior. Pada akhirnya, kesombongan hanya akan mengundang kehancuran yang nyata bagi yang menurutinya. Lihatlah kisah Iblis yang menolak untuk bersujud kepada Nabi Adam seperti yang terekam dalam surah Al-Baqoroh ayat 34 yang artinya, ”Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ’Sujudlah kalian kepada Adam.’ Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan ia termasuk golongan mereka yang kafir.”

Iblis menolak bersujud kepada Nabi Adam ada karena ia merasa lebih tinggi derajatnya dari Nabi Adam karena diciptakan dari api. Oleh kesombongannya itu, iblis diusir oleh Allah dari surga dan kelak ia akan kekal di dalam neraka bersama orang-orang yang kafir lagi sombong.

Jadi bagaimana, Sahabat? Apakah Anda tergolong orang yang rendah hati atau rendah diri? Semoga kita selalu dalam rahmat Allah agar selalu masuk ke dalam golongan mereka yang tawadhu, bukan takabur atau bahkan rendah diri.

Penulis,
(DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL