fbpx

Penyebab Su’ul Khotimah

 

“Barang siapa yang akhir perkataannya adalah ‘lailaha illallah’, maka dia akan masuk surga.” (HR. Abu Daud)

Siapapun yang memiliki iman kepada Allah, pasti mendambakan apa yang Rasulullah sabdakan dalam hadits tersebut; meninggalkan dunia ini dalam keadaan husnul khatimah. Namun, di tengah perjalanan, banyak sekali godaan yang datang silih berganti berusaha menggoyahkan tekad dan keimanan seseorang. Ada yang berhasil lolos dan meninggalkan dunia fana ini dengan mengucapkan kalimat tahlil sebagai tiket masuk surga. Tak jarang pula yang berpulang begitu saja dengan memberikan kesan ia baru saja mendapatkan su’ul Khotijah di penghujung hidupnya.

Su’ul khotimah merupakan kebalikan dari husnul khotimah, sebuah akhir yang buruk dari seseorang. Biasanya, orang yang mendapatkan su’ul khotimah adalah mereka yang terlena dengan dunia hingga melalaikan semua perintah dan larangan Allah terhadapnya. Ia menolak semua kebaikan dan kebenaran yang tertuju padanya. Ia melarikan diri dari rahmat dan menghindari hidayah Allah. Di ujung hidupnya, di tengah dahsyatnya peristiwa sakaratul maut yang sedang ia alami, ia kembali mudah digoda syaitan yang menyesatkannya dan meninggallah ia dengan keadaan su’ul khotimah.

Sebagaimana orang yang mendapatkan husnul khotimah karena amal sholehnya selama di dunia, orang yang meninggal dalam keadaan su’ul khotimah juga dikarenakan perilaku yang melampaui batas. Sayyid Abdullah bin Alawi A-Haddad dalam kitabnya berjudul Sabîlul Iddikâr wal I’tibâr bimâ Yamurru bil Insân wa Yanqadli Lahu minal A’mâr, menjelaskan ada lima golongan orang yang dikhawatirkan meninggal dunia dalam keadaan su’ul khatimah sebagai berikut.

“Para ulama berkata bahwa orang-orang yang paling dikhawatirkan akan beroleh su’ul khatimah (Semoga Allah melindungi kita dari hal itu) adalah orang-orang yang suka melalaikan shalat; mereka yang suka minum-minuman keras; mereka yang durhaka kepada kedua orang tua; mereka yang suka menyusahkan (menzalimi) Muslim lainnya; dan mereka yang terus-menerus melakukan perbuatan dosa besar, berbagai kekejian dan tidak mau bertobat.”

Orang yang Melalaikan Sholat

Sholat adalah amalan yang paling pertama akan dihisab oleh Allah. Ketika sholatnya baik, maka akan baik juga seluruh amalannya karena sholat yang didirikan dengan baik dan hanya mengharap ridho Allah, akan mampu mencegah perbuatan yang keji. Rasulullah SAW juga bersabda, “Bermula orang yang meninggalkan solat padahal ia dalam keadaan sihat, maka Allah SWT tidak memandang kepadanya dengan pandangan rahmat, dan baginya kelak azab yang amat hebat melainkan kalau ia bertaubat dari perbuatannya itu.”

Durhaka kepada Orangtua

Mendurhakai orangtua berarti mengundang murkanya Allah terhadap seorang anak yang berbuat keji seperti itu. Mendurhakai orangtua tak hanya dilakukan dengan cara berlaku dan berkata kasar kepada keduanya, tetapi mengatakan “ah” saja kepada mereka sudah mengundang amarah Allah. Sakit hatinya orangtua tak dapat terperikan. Selama orangtua masih ada, perlakukanlah  keduanya dengan sangat baik sekalipun mereka berbeda agama dengan kita. Berbakti kepada orangtua akan menghalangi kita dari su’ul Khotijah sebagaimana yang Said bin al-Musayyib katakan, “Seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya tidak akan wafat dalam keadaan su’ul khatimah.” Tarikh Ibnu Ma’iin (8/28)

Di zaman Rasulullah, ada seorang sahabat bernama Al-Qomah. Di masa mudanya, ia adalah seorang pemuda yang sangat sholeh. Ia rajin sholat berjama’ah di masjid dan selalu berada di Shaf pertama. Ia juga selalu memperhatikan ibunya. Semua kebutuhan ibunya ia usahakan tercukupi. Sampailah pada masanya Al-Qomah menikahi seorang wanita dan tak lagi serumah dengan ibunya.

Entah disengaja atau tidak, disadari atau tidak, perhatiannya kepada ibunya mulai berkurang. Ibunya tak berkenan dengan hal tersebut, namun ia diam saja tak melaporkan perilaku anaknya tersebut kepada Rasulullah. Hingga suatu hari, Al-Qomah dikabarkan sakit dan semakin hari semakin parah kondisinya. Para sahabat lainnya berkumpul dan berjaga-jaga bilamana sudah tiba waktunya Al-Qomah meninggal. Mereka menuntunnya dengan bacaan talqin, tapi Al-Qomah tak bisa mengikutinya.

Singkat cerita Rasulullah mengetahui peristiwa ini dan menyuruh seorang sahabat untuk menjemput ibunya datang. Di sana, akhirnya ibunya mengatakan bahwa ia tak berkenan dengan sikap anaknya yang tak lagi memedulikannya begitu sudah menikah. Sang ibu berkata bahwa ia tak memaafkan kesalahan anaknya itu.  Rasulullah pun memerintahkan para sahabat untuk membakar Al-Qomah agar tak berlama-lama menderita sakaratul maut. Sang Ibu sontak meronta ronta dan menangis sejadi-jadinya. Ia langsung memaafkan semua kesalahan anaknya. Dan seketika Al-Qomah bisa bersyahadat dan langsung meninggal.

Itulah salah satu kejadian yang harus bisa kita jadikan pelajaran bahwa sangat buruk akibatnya bila kita menyakiti hati kedua orangtua. Berbuat baik kepada orangtua justru akan membuat Allah ridho terhadap diri kita. Allah tak segan untuk memudahkan semua urusan kita bila hati orangtua pun tenang bersama kita.

Orang yang Suka Menyakiti Hati Muslim Lainnya

 “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS Al-ahzab: 58)

Sesama Muslim itu ibarat tubuh yang apabila ada salah satu anggota tubuh yang sedang cedera atau sakit, maka anggota tubuh lainnya juga akan ikut merasakannya. Satu tubuh pun akan terasa tak nyaman untuk beraktivitas. Lalu, anggota tubuh lainnya berusaha untuk menyembuhkannya. Tak ada orang yang anggota tubuh yang saling menyakiti kecuali ia mengidap gangguan kejiwaan.

Seperti itulah perumpamaan antarsesama Muslim. Jika ada sesama Muslim yang menyakiti saudaranya, maka ia akan sangat berdosa dan hanya keburukan yang akan ditimpakan kepadanya sebagai ganti perilakunya selama ini.

Orang yang Tak Mau Bertaubat

Melakukan kesalahan dan berbuat dosa sudah menjadi tabiat manusia. Namun, bukan berarti kita malah merasa wajar bila kedapatan berbuat kesalahan. Sebaik-baik orang adalah mereka yang mau mengakui, menyesali, dan bertaubat dari kesalahannya. Ampunan Allah itu sungguh luas dan Allah Maha Pengampun. Allah tidak pernah membuang atau melupakan hambaNya. Ketika seorang hamba berjalan menuju Allah dengan taubatnya, maka Allah akan lari menghampirinya.

Sungguh sangat disayangkan apabila seseorang ada berulangkali hidup dalam gelimang dosa besar dan ia tak mau bertaubat. Ia asyik masyuk dengan dosa besar yang menjadi kebiasaannya. Semua keburukan itu pada akhirnya akan kembali padanya di saat ajal menjelang; di mana pintu taubat telah tertutup rapat untuknya. Begitu ia masuk ke liang lahat, maka hari di mana janji Allah akan Allah tepati telah datang.

***

Penyebab su’ul khotimah yang dibahas barusan hanyalah segelintir dari begitu banyaknya perkara yang mengakibatkan seseorang mendapatkan akhir yang buruk di penghujung hidupnya. Allah tahu mana yang paling baik bagi hambaNya, untuk itu sudah seharusnya kita selalu berusaha menaati perintahNya dan mematuhi larangannNya. Segala sesuatu yang telah Allah semata-mata hanya untuk kebaikan dunia akhirat seorang hamba.

Penulis,
(DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL