fbpx

Menjaga Kehormatan Wanita

 

Dari Abdullah bin Amr, Rasulullah SAW bersabda:

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri yang salihah.” (HR. Muslim).

Saudariku, kita, sebagai muslimah, telah Rasulullah sebagai sebaik-baiknya perhiasan dunia. Ini adalah sebuah bentuk penghargaan Islam terhadap kaum wanita. Allah menciptakan kaum Hawa sebagai penyeimbang kaum Adam dengan segala yang dimiliki oleh seorang wanita. Allah menciptakan wanita sangat berbeda dan sebagai bentuk kebalikan dari laki-laki. Tujuannya adalah untuk mengimbangi laki-laki dengan segala tabiatnya.

Sebelum datangnya Islam, masih wanita sangatlah kelam.  Di zaman itu, wanita dipandang tak ubah laiknya barang yang dapat diperjualbelikan.  Kaum wanita tak diberikan haknya untuk mendapatkan warisan, pendidikan, harta benda, dan lain semacamnya yang bisa dimiliki oleh kaum lelaki. Bahkan, di beberapa kabilah Arab saat itu sangat benci jika anak yang dilahirkan istrinya berjenis kelamin perempuan.  Allah menceritakan tentang bagaimana mereka merasa malu ketika memiliki anak perempuan dalam surah An-Nahl ayat 58 yang artinya,  “Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.”

Seperti yang dilansir dari muslim.or.id, Muhammad al Thâhir bin Asyûr mengatakan, “Mereka mengubur anak-anak perempuan mereka, sebagian mereka langsung menguburnya setelah hari kelahirannya, sebagian mereka menguburnya setelah ia mampu berjalan dan berbicara. Yaitu ketika anak-anak perempuan mereka sudah tidak bisa lagi disembunyikan. Ini adalah diantara perbuatan terburuk orang-orang jahiliyyah. Mereka terbiasa dengan perbuatan ini dan menganggap hal ini sebagai hak seorang ayah, maka seluruh masyarakat tidak ada yang mengingkarinya.”

Lalu Islam datang ke tengah-tengah peradaban jahiliah itu melalui Rasulullah. Syariat Islam yang diajarkan oleh Baginda Nabi Muhammad menghapus dan melarang beberapa hal yang menjadi tradisi penduduk Arab, salah satunya adalah melarang menguburkan anak perempuan.

Allah turunkan firman surah An-Nisa ayat 19 tentang larangan berlaku buruk kepada wanita yang artinya,  “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”

Selain itu, Rasulullah juga kerapkali berpesan untuk menghargai, menghormati, dan menjaga wanita dalam hadits-hadits beliau.

  “Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita.” (HR Muslim)

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang paling baik terhadap istriku.” (HR Tirmidzi)

Sesungguhnya wanita merupakan saudari kandung bagi laki-laki.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan at-Turmudzi).

Rasulullah juga memberi semangat kepada mereka yang menafkahi, melindungi, merawat dua anak perempuan dalam naungannya. Hal ini Rasulullah jelaskan agar tak adalagi orangtua yang malu memiliki anak perempuan.

“Siapa yang menanggung nafkah dua anak perempuan sampai baligh, maka pada hari kiamat, antara saya dan dia seperti ini. Beliau menggabungkan jari-jarinya.” (HR. Muslim dan Ibnu Abi Syaibah).

Salah satu cara Islam menjaga wanita adalah dengan memerintahkah kaum Hawa untuk menutup auratnya dengan sempurna.  Dalam sebuah firmanNya yang panjang, Allah memerintahkan kaum Hawa untuk menutupi auratnya  yang termaktub dalam surah An-Nur ayat 31 yang artinya,

Katakanlah kepada orang laki–laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allâh maha mengatahui apa yang mereka perbuat.” Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera–putera mereka, atau putera–putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allâh, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”

Ayat ini menjelaskan bahwa wanita hanya boleh menampakkan auratnya seperti rambut dan perhiasan yang digunakannya kepada suami, ayah kandung, ayah mertua, putra kandung, putra tiri, adik/kakak lelaki, keponakan, muslimah, dan anak-anak yang belum mengerti aurat. Merekalah yang dimaksud dnegan mahrom bagi perempuan.

Namun, dewasa ini, yang terjadi adalah banyak wanita yang bebas mengumbar auratnya kepada siapa. Yang para wanita itu pertonton bahkan tidak hanya sebatas rambut atau perhiasan saja, tetapi juga bagian tubuh lain yang tidak semestinya diumbar ke publik. Mereka bebas melenggak lenggokkan tubuhnya dengan tujuan mendapatkan pujian.  Ketika mereka ditegur dengan sopan untuk memperbaiki penampilannya, mereka kalah balik memarahi seraya mengatakan, “urus saja urusanmu sendiri.” Padahal kalimat itu merupakan kalimat yang paling Allah benci karena menandakan orang tersebut sombong lantaran tidak mau menerima kebaikan yang disampaikan oleh orang lain.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”Kalimat yang paling Allah benci, seseorang menasehati temannya, ’Bertaqwalah kepada Allah’, namun dia menjawab: ’Urus saja dirimu sendiri.”

Banyak juga pandangan yang menyalahkan lelaki secara sepihak pada kasus-kasus pelecehan terhadap wanita. Memang tak semua, tetapi dalam beberapa kasus, ada beberapa wanita yang mengundang syahwat lelaki dengan mengenakan pakaian serba minim, parfum yang sangat menyengat, dan bertingkah lemah gemulai di hadapan lelaki yang tak halal baginya. Kalau sudah seperti itu kasusnya, maka si wanita yang menjadi korban pelecehan dengan mengenakan apa yang telah dilarang Islam tersebut juga turut ambil bagian dalam peristiwa kelam itu. Padahal Islam telah mengatur dengan jelas bagaimana seharusnya seorang wanita bersikap sebagaimana yang Rasulullah jelaskan dalam hadits-hadits berikut ini.

Larangan wanita menggunakan parfum

“Siapapun wanita yang menggunakan dupa (wewangian), maka janganlah ikut menghadiri sholat isya bersama kami.” (HR Muslim).

Larangan wanita menggunakan baju yang ketat

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka“. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59).

Larangan wanita berbicara lemah lembut di hadapan lelaki yang bukan mahramnya

 “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain jika kamu bertaqwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara dengan mendayu-dayu sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya.” (Al Ahzab: 32)

Masih banyak dalil baik yang berasal dari Al-Qur’an dan Al-Hadits yang mengatur dan mengajarkan bagaimana seharusnya seorang wanita bersikap. Dengan adanya larangan dan perintah terhadap seorang wanita, Islam tidak bermaksud mengekang serta membatasi ruang gerak dan ekspresi kaum Hawa. Justru, dengan berbagai aturan dan larangan tersebut, Islam melindungi wanita dari hal-hal yang sangat melecehkan dan merendahkan martabat kaum Hawa.

Saudariku, jadikanlah Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai pedoman dalam menjalani hidupmu. Keduanya telah mengatur dengan sangat baik bagaimana harusnya seorang wanita bersikap. Ingatlah, Allah-lah yang menciptakan kita, itu artinya Allah juga yang Maha Mengetahui tentang apa yang sebenarnya dibutuhkan dan apa yang terbaik untuk hambaNya. Jangan pernah coba-coba melakukan apa yang digembar-gemborkan oleh mereka yang katanya menjunjung tinggi hak azasi wanita dengan cara yang melanggar aturan Allah, seperti berpakaian terbuka dan merias diri dengan terlalu mencolok, berlenggak-lenggok mempertontonkan auratnya dengan sengaja di depan khalayak umum, perilaku jahiliyah lainnya sebagai alasan demi mendukung kebebasan berekspresi wanita. Ingatlah, hanya Allah yang mampu mengurus hambaNya dengan sebaik-baiknya.

Penulis
(DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL