fbpx

Larangan Ghibah

 

 “Janganlah kalian banyak bicara tanpa berdzikir kepada Allah, karena banyak bicara tanpa berdzikir kepada Allah membuat hati menjadi keras, dan orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang berhati keras.”  [HR Tirmidzi]

Hadits tersebut merupakan larangan bagi umatnya Rasulullah untuk tidak banyak berbicara. Rasulullah melarang umatnya untuk tidak banyak berbicara karena ada sebuah alasan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh kita. Larangan tersebut Rasulullah jelaskan dalam sebuah hadits lain yang artinya, “Siapapun yang banyak bicara, maka dia akan banyak keliru. Orang yang banyak keliru, maka dosanya akan berlimpah. Orang yang dosanya berlimpah, akan masuk neraka.” [HR Tahbrani]

Salah satu contoh kekeliruan yang disebabkan seseorang yang terlalu banyak berbicara adalah ghibah. Ghibah merupakan perilaku membicarakan orang lain di belakangnya. Ghibah memiliki konotasi negatif karena yang menjadi bahan pembicaraan biasanya mengenai kekurangan atau keburukan si objek. Ghibah hidup dan tumbuh subur di tengah-tengah kita tanpa disadari. Ghibah merupakan akar dari banyak permasalahan dan penyakit hati.

Al-Hasan menyatakan, “ghibah itu ada tiga sisi. Semuanya telah disebutkan di dalam Kitabullah; yakni al-ghibah (menggunjing), al-ifki (ngerumpi), dan al-buhtan (berdusta). Ghibah adalah Anda menceritakan sesuatu yang memang ada pada saudaranya. Sedangkan al-ifki (gosip) adalah Anda menceritakan sesuatu berita tentang saudara Anda, dimana saudara Anda itu tidak pernah menyampaikan berita tersebut kepada Anda (secara langsung). Sedangkan al-buhtan adalah Anda menceritakan sesuatu yang tidak ada pada saudaranya.” (Imam Qurthubiy, Tafsir Qurthubiy, surat al-Hujurat:12).

Mengenai ketiga sisi ghibah ini, Rasulullah pernah bersabda dalam haditnya yang artinya,  “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “’Tahukah kalian apa itu ghibah?’ Lalu sahabat berkata: ‘Allah dan rasulNya yang lebih tahu’. Rasulullah bersabda: ‘Engkau menyebut saudaramu tentang apa yang dia benci’. Beliau ditanya: ‘Bagaimana pendapatmu jika apa yang aku katakan benar tentang saudaraku?’ Rasulullah bersabda: ‘jika engkau menyebutkan tentang kebenaran saudaramu maka sungguh engkau telah ghibah tentang saudaramu dan jika yang engkau katakan yang sebaliknya maka engkau telah menyebutkan kedustaan tentang saudaramu.’” (HR. Muslim)

Dari sini, kita dapat mengetahui ghibah, apapun bahan pembicaraannya telah Rasulullah larang. Apabila kebetulan kita mengetahui aib seseorang dan kita mengungkapkannya kepada orang lain, maka itu termasuk dosa karena kita menyebarkan aib orang lain. Rasulullah sendiri melarang keras umatnya membuka aib sesama dalam sebuah hadits yang artinya, “Dan barang siapa yang menutupi aib seorang muslim sewaktu didunia, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.” (HR. At-Tirmidzi)

Ketika kita menyebarkan gosip kepada banyak orang tentang kabar burung yang tidak sedap dari seseorang, maka kita akan dikenakan hukum berprasangka buruk. Allah menjelaskan hukum bagi orang yang gemar berprasangka buruk terhadap ornagblain dalam surah Al-Hujurat ayat 12 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang.

Ghibah merupakan perkara yang penuh dengan keburukan. Orang yang berghibah hanya akan mendapatkan keburukan pula di masa yang akan datang. Tidak hanya itu, ghibah bagaikan dua mata pisau yang sama-sama tajamnya. Ghibah tidak hanya memberikan serangan balik kepada pelakunya, tetapi juga akan dengan ganas menyerang orang yang dighibahi.

Berprasangka buruk terhadap seseorang merupakan akar masalah dari ghibah dan fitnah. Jika seseorang membiarkan prasangka buruknya itu bercokol dalam hati, maka dapat dipastikan ia tak akan tahan untuk menceritakannya prasangkanya tersebut kepada orang lain. Prasangka buruk yang diceritakan kepada orang lain inilah yang dinamakan dengan ghibah. Lalu, orang yang diajak berghibah itu pun menelan mentah-mentah cerita tersebut tanpa keinginan untuk tabayyun kepada orang dighibahi. Maka, dari ghibah tersebut muncul sebuah fitnah keji. Padahal apa yang mereka perbincangkan tadi belum tentu benar.  Memang seperti itulah mekanisme kerja syaitan yang gemar membuat persaudaraan atau pertemanan terpecah belah. Syaitan akan bergembira melihat hubungan antarsaudara, teman, maupun sahabat tersebut retak.

Bagaimana Cara Menghindari Ghibah?

Kita tidak bisa menyuruh orang lain untuk menutup mulutnya agar berhenti membicarakan hal-hal buruk dari seseorang. Kita juga tidak bisa terus menghalangi orang lain untuk mendengarkan ghibah yang lancar dituturkan pihak lain. Namun, kita masih bisa mengendalikan diri sendiri. Kita harus memutus rantai ghibah itu dimulai dari diri sendiri.

  1. Menahan diri untuk tidak banyak berbicara.

Ketika kita hendak berbicara, kita perhatian dulu, apakah bahannya yang akan kita bicarakan memang penting atau tidak. Sadarkanlah diri sendiri bahwa banyak berbicara hanya akan menimbulkan kemaksiatan dan keburukan. Selain itu, ingatlah bahwa apapun yang kita lakukan dan ucapkan akan Allah catat sebagai anak perbuatan yang akan sangat mempengaruhi kehidupan kita di akhirat kelak. Jadi, hindarilah banyak berbicara karena hal tersebut dapat mengikis kumpulan pahala kita.

  1. Mengingat aib sendirian

“Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya, tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya.” [semut di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tak nampak, pen] (Az-Zuhd war Raqaiq Ibnul Mubarak, 211)

Perbanyaklah mengingat aib diri sendiri. Sibukkanlah mengurusi aib sendiri. Serta sadarlah bahwa kita juga sama seperti mereka yang kita gunjingkan, sama-sama memiliki banyak kesalahan dan bahkan bisa jadi aib kita lebih banyak dari mereka.

  1. Menganggap diri sendiri lebih buruk dari orang lain.

Abdullah Al-Muzani mengatakan bahwa “Jika iblis memberikan was-was kepadamu bahwa engkau lebih mulia dari muslim lainnya, maka perhatikanlah. Jika ada orang lain yang lebih tua darimu maka seharusnya engkau katakan: “Orang tersebut telah lebih dahulu beriman dan beramal shalih dariku maka ia lebih baik dariku.” Jika ada orang lainnya yang lebih muda darimu maka seharusnya engkau katakan, “Aku telah lebih dulu bermaksiat dan berlumuran dosa serta lebih pantas mendapatkan siksa dibanding dirinya, maka ia sebenarnya lebih baik dariku.” Demikianlah sikap yang seharusnya engkau perhatikan ketika engkau melihat yang lebih tua atau yang lebih muda darimu.”

  1. Sibukkanlah diri dengan berbagai aktivitas dan berkumpullah dengan orang-orang yang berkualitasnya.

Menyibukkan diri berbagai kegiatan akan mengalihkan perhatian kita dari ketertarikan untuk berghibah. Kita pun mulai memiliki prioritas dan tanggung jawab lain. Pun demikian halnya bila kita berkumpul dengan orang yang berkualitas. Pepatah mengatakan bahwa kualitas diri seseorang sangat tergantung pada apa yang dibicarakannya. Jika ia orang yang berkualitas, ia tak akan sempat membicarakan orang lain.

Semoga kita semua Allah jauhkan dari pergaulan buruk yang bisa menjerumuskan kita kepada hal-hal buruk, salah satunya seperti berghibah. Aamiin aamiin yaa Rabbal’aalamiin.

Penulis,
(DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL