fbpx

Kewajiban Menuntut Ilmu

 

Islam mewajibkan penganutnya untuk belajar dan berilmu. Allah menciptakan alam semesta ini sebagai fasilitas untuk manusia menjalani kehidupan di dunia.  Hal ini termaktub dalam firman Allah surah Al-Baqarah ayat 29 yang artinya, “Dan Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu. Dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” Seluruh kebutuhan hidup manusia telah Allah hamparkan baik di dalam perut bumi, di lautan, maupun di permukaan bumi. Tugas manusialah yang harus mencari cara untuk mengolah dan mengelolanya menjadi sesuatu yang siap pakai.

Ada banyak kejadian-kejadian alam yang Allah terangkan di Al-Qur’an. Hal ini bertujuan untuk mengasah akal pikiran manusia yang kemudian oleh mereka yang menyadarinya dipatenkan menjadi sebuah ilmu pengetahuan.

Pertama, Allah menjelaskan bagaimana proses penciptaan alam semesta. Pada abad ke 19, banyak yang mempercayai bahwa alam semesta itu memang sudah seperti ini adanya. Tidak ada permulaan bagi alam semesta. Teori ini didukung dan diusung oleh mereka yang tidak mempercayai hukum penciptaan dan permulaan. Baru pada abad ke 20, ada teori lain yang membantah teori tersebut. Teori yang dinamakan dengan teori Big Bang ini menjelaskan bahwa pada awalnya alam semesta terbentuk dari sebuah ledakan maha dahsyat. Teori ini tak lantas diterima begitu saja. Namun karena seiring berjalannya waktu, ditemukanlah teknologi-teknologi yang dapat menemukan sisa-sisa ledakan berupa dentuman. Akhirnya  teori ini banyak diterima di berbagai kalangan masyarakat karena lebih masuk akal.

Dalam Islam sendiri, Allah telah menjelaskan asal muasal alam semesta di dalam Al-Qur’an.  Allah berfirman dalam surah Al-Anbiya ayat 30 yang artinya,  “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya.dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”

Lalu Allah jelaskan kembali dalam surah Fushillat ayat 11-12 yang artinya, “Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi, “  Datanglah kamu keduanya menuruti perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya  menjawab, “Kami datang dengan suka hati”

“ Maka Dia menjadikannya 7 langit dalam 2 masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya`.”

Kemudian untuk menghidupi bumi agar mengeluarkan tanaman-tanaman yang subur, Allah turunkan air dari langit sebagai sumber kehidupan.

“ Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa menghilangkannya.”(Q.S  Al- Mu’minun: 18)

Setelah Allah memberikan air langit kepada bumi, Allah pun menciptakan berbagai macam tanaman dan hewan yang tujuannya untuk memberikan kebutuhan hidup manusia kelak.

“Maka Kami tumbuhkan dengan air itu berjenis-jenis tumbuhan yang bermacam-macam. “ (Q.S Tha Ha: 53)

 “Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air…”(Q.S. An-Nur: 45)”.

Jauh sebelum ditemukannya teknologi yang memadai untuk meneliti semua yang ada di alam semesta ini, Allah sudah menjelaskannya di dalam Al-Qur’an. Setidaknya kita dapat menyimpulkan ada dua alasan mengapa Allah menjelaskan banyak hal tentang alam semesta beserta isinya ini di dalam Al-Qur’an. Pertama, untuk membuat mereka yang kafir dan tidak percaya  akan adanya Tuhan dan menyangkal adanya kehidupan abadi setelah mati itu beriman kepada Allah.  Allah berfirman dalam surat Al-Anbiya ayat 30 yang artinya, “ ……….Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup, Maka mengapakah mereka tiada juga beriman. “

Lewat penjelasan ini di dalam Al-Qur’an, Allah ingin mereka berpikir dengan akal sehat yang Allah karuniakan kepada mereka dan beriman kepada Allah.

Alasan kedua adalah, untuk menyangkal sangkaan orang-orang kafir bahwa agama Islam adalah agama buatan dan rekaan Nabi Muhammad. Bagaimana bisa Nabi Muhammad menuliskan semua kejadian alam semesta dengan begitu detail, menceritakan kisah-kisah para nabi dan orang terdahulu, menceritakan kenikmatan surga dan azab neraka sedangkan sebelum menjadi nabi, beliau adalah seorang yang  umi atau tidak bisa membaca??

Karena Nabi Muhammad belum mengenal tulisan dan belum bisa membaca itulah, wahyu pertama yang Allah turunkan untuk Nabi Muhammad adalah perintah membaca.  Wahyu pertama yang Rasulullah dapatkan adalah surah Al-Alaq ayat 1-5 yang artinya,

  1. “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan
  2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
  3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
  4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
  5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”

Dengan kondisi Rasulullah yang belum bisa membaca, malaikat Jibril mengajarinya membaca hingga Rasulullah pulang dalam keadaan menggigil.

Wahyu pertama yang Nabi Muhammad terima inilah yang menjadi titik awal diwajibkannya umat Nabi Muhammad wajib mempelajari ilmu. Rasulullah yang Allah utus menjadi nabi terakhir dengan jumlah umat terbanyak, pada awalnya Allah ajari terlebih dahulu melalui perantara malaikat Jibril sebelum Rasulullah mensyiarkan agama Islam.

Begitu pula dengan kita. Kita hidup di mana teknologi sudah sangat canggih, ilmu pengetahuan sudah sangat mudah didapatkan, dan media pembelajaran sudah sangat banyak sebagai fasilitas kita untuk terus belajar. Belajar itu kewajiban setiap yang mengaku dirinya Muslim. Dalam Islam, menuntut ilmu itu lintas gender lintas usia. Rasulullah bersabda,  “Menuntut ilmu wajib bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan.”

Pepatah Arab juga mengatakan, “Tuntutlah ilmu dari buaian (bayi) hingga liang lahat.”

Mendapatkan ilmu adalah satu-satunya cara kita untuk dapat selamat selama mengarungi hidup di dunia dan juga sebagai ikhtiar kita menyelamatkan diri di kehidupan alam akhirat nanti. Ketika kita menginginkan kehidupan yang sejahtera, aman, sehat, nyaman, tentu kita harus mengetahui bagaimana ilmunya. Pun ketika kita ingin hidup aman di akhirat, kita harus tahu bagaimana mendapatkan pahala. Kita tidak diperbolehkan melakukan sebuah amalan tanpa kita tahu bagaimana ilmunya.

Umar bin ‘Abdul ‘Aziz juga pernah berkata,

“Siapa yang beribadah kepada Allah tanpa didasari ilmu, maka kerusakan yang ia perbuat lebih banyak daripada maslahat yang diperoleh.” (Majmu’ Al Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 2: 282)

Sebuah amalan yang tanpa dilandasi oleh ilmu, amalannya hanya akan mencelakakan dirinya sendiri. Sebagai contoh, ketika kita mengambil wudhu. Ada rukun-rukun tertentu dalam wudhu yang harus kita penuhi yang apabila kitabtidak memenuhinya maka wudhu kita batal dan batal pulalah sholatnya. Wudhu tidak sekadar membasuh air ke bagian tubuh, tetapi ada tata caranya yang membuat wudhu tersebut bernilai ibadah.

Orang yang beribadah tanpa memiliki ilmunya dnania celaka karenanya terjadi  pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika salah seorang sahabat terluka, kemudian junub ketika musim dingin, dan dia bertanya kepada salah seorang diantara mereka. Apakah ada rukhsah untuk tidak mandi? Yang ditanya menjawab: tidak! Maka, mandilah sahabat tadi yang menyebabkannya meninggal. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar cerita ini, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam marah besar, dan berkata,”Sungguh kalian telah membunuhnya. Semoga kalian diberi balasan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mengapa kalian tidak bertanya jika tidak mengetahui? Karena obat dari tidak tahu ialah bertanya.”

Rasulullah telah bersabda dalam sebuah hadits yang artinya, “Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia memiliki ilmunya pula; dan barang siapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-keduanya pula.” (HR.Bukhari dan Muslim).

Sabda Rasulullah ini membuktikan bahwa betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan seorang manusia. Dengan ilmu, seseorang akan dapat menjaga kehidupannya, dengan ilmu pula seseorang akan terhindar dari banyak kemudharatan, dengan ilmu pula, seseorang dapat menyelamatkan banyak nyawa. Pada akhirnya ilmulah warisan paling mulia ketimbang harta. Jika kita memiliki begitu banyak harta tanpa disertai dengan ilmu, maka seumur hidup kita akan diusahakan untuk menjaga harta tersebut. Beda halnya dengan apabila kita memiliki ilmu dalam hidup, maka ilmu tersebut yang akan menjaga kehidupan kita.

Ilmu memang sangat wajib dimiliki oleh setiap manusia dan Allah pun mengangkat derajat mereka yang berilmu. Namun, tahukah Anda apa yang lebih penting dari sebuah ilmu? Semoga Allah masih memberi kita kesempatan di lain waktu untuk bersama-sama mencari tahu apa yang lebih penting dari sebuah ilmu. Aamiin aamiin yaa Rabbal’aalamiin.

Penulis,
(DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL