fbpx

Hikmah Dibalik Musibah

 

“Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyiroh ayat 5-6)

Dua ayat tersebut merupakan janji Allah bahwa setiap luka ada obatnya; setiap masalah ada solusinya; setiap duka ada bahagianya; setiap kesulitan ada kemudahan; dan setiap musibah memiliki hikmah. Apa yang terjadi di dunia ini tak lepas dari campur tangan Allah. Semua yang terjadi dalam hidup kita, baik senang maupun sedih, terjadi atas kuasa Allah. Allah tahu bahwa kita sedang sedih, tertimpa masalah bertubi-tubi hingga rasanya tak mungkin lagi ada hari esok yang ceria. Allah tahu kita menangis seolah kehilangan harapan dan semangat. Allah tahu kita tak pernah meminta untuk diberikan masalah.  Namun, Allah juga tahu kalau kita mampu untuk menghadapi semua masalah itu.

Mengapa Allah turunkan masalah dan musibah kepada kita? Bukankah kita termasuk hambaNya yang selalu berusaha menaati perintahNya dan menjauhia apa yang dilarangNya? Bukankah kita selalu mengagungkan asmaNya? Bukankah kita telah beriman kepada Allah dan meyakiniNya dengan sepenuh hati bahwa Dia-lah yang Maha Esa?  Bukankah.. Bukankah…

Sahabatku, mari sejenak kita merenungkan firman Allah dalam surah Al-Ankabut ayat 2-3 yang artinya, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”

Sekarang semua pertanyaan tadi sudah terjawab, bukan? Kita diuji oleh Allah justru karena kita beriman kepadaNya. Allah mencintai dan menyayangi kita. Allah ingin kita membuktikan seberapa cintanya kita kepadaNya; seberapa berimannya kita terhadapNya; seberapa sabar kita menghadapi ujian ini.

Bahkan, saking Allah mencintai dan menyayangi kita, Allah hadiahkan sesuatu yang snagat berharga untuk kita sebagai ganti atas rasa sakit yang kita dera selama menghadapi ujian tersebut. Hadiah tersebut berupa dihapusnya dosa-dosa yang pernah kita perbuat. Ma syaa Allah. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah yang artinya, “Tidaklah seseorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanaan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya”. (HR. Bukhari)

Namun, agar sebagian dosa kita dihapus oleh Allah, ada syarat khusus yang harus kita penuhi terlebih dahulu. Ketika Allah sedang memberikan kita musibah, seperti sakit, kesedihan, kelelahan, dan lain sebagainya, kita wajib memasrahkannya hanya kepada Allah. Kita kembalikan semua masalah tersebut kepada Allah. Kita wajib meyakini bahwa semua masalah tersebut Allah timpakan kepada kita karena Allah ingin mengangkat derajat kita. Untuk itu kita harus bersabar dan terus merayu Allah agar Dia menguatkan mental kita dan lekas membalikkan keadaan. Hal yang bisa kita lakukan untuk merayu Allah diantaranya adalah berdoa dengan sangat khusyuk, memohon ampunan Allah, bertaubat, berusaha memperbaiki diri, dan juga berbuat baik kepada sesama.

Lantas, apa hikmah dari musibah yang Allah timpakan kepada kita dalam rangka menguji kadar keimanan kita? Selain karena Allah ingin mengetahui sejauh mana kita beriman dan bertaqwa kepada Allah, ada tujuan dan maksud tertentu dari musibah yang datang silih berganti bertamu ke kehidupan kita. Tugas kita adalah terus berbaik sangka terhadap apapun ketetapan Allah sekalipun berat dan terus berusaha mencari makna dari musibah itu.

Pertama, Allah ingin kita belajar dari kesalahan yang menjadi perantara datangnya musibah tersebut.  Kita telah Allah bekali dengan akal pikiran dan hati nurani yang dapat berfungsi dengan baik, menerka apa penyebab dari sebuah masalah yang muncul memporak-porandakan kehidupan kita. Setelah menemukan titik masalahnya, kita bisa menyelesaikannya dan memperbaikinya dengan harapan tak ada lagi masalah serupa di kemudian hari.

Kedua, Allah ingin kita kembali ke jalan yang benar setelah kita ditegur dengan musibah tersebut. Allah berfirman dalam surah Ar-Rum ayat 41-42 yang artinya, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah, “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allâh)”.

Lewat ayat ini, Allah sangat berharap kalau kita akan kembali kepada Allah setelah kita mengintrospeksi diri sendiri. Terkadang musibah Allah timpakan kepada kita sebagai bentuk teguran atas kelalaian yang pernah kita lakukan. Teguran ini pun membuktikan bahwa Allah sangat menyayangi dan mencintai kita. Allah tak mau kita salah langkah dan arah, untuk itulah Allah memberi teguran agar kita tersadar dan kembali ke jalanNya.

  “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung dan tidak pula penolong selain Allah. ”( Syuro/42:30-31).

Ayat tersebut menjelaskan kepada kita bahwa setiap musibah yang kita derita disebabkan oleh diri kita sendiri. Entah musibah itu Allah timpakan sebagai bentuk teguran atau azab, yang pertama kali harus kita lakukan adalah berdoa dan memohon ampunan kepada Allah. Kita minta kepada Allah untuk terus mengampuni segala kesalahan yang pernah kita perbuat dan bertaubatlah karena pengampunan Allah maha luas.

Musibah yang sedang kita alami juga bisa menjadi pelajaran bagi orang lain dan begitu juga sebaliknya. Semua orang hidup berdampingan dengan ujiannya masing-masing. Semua orang juga selalu berikhtiar untuk menyelesaikan ujiannya masing-masing. Dalam setiap ujian, tersimpan pelajaran berharga yang bisa kita ambil hikmahnya agar kita tak jatuh ke masalah yang sama. Saling berbagi pengalaman hidup rasanya adalah cara yang pas untuk bisa saling mempelajari hikmah dari ujian yang berbeda itu. Bahkan, Al-Qur’an menyajikan banyak kisah di masa lalu yang sarat makna. Dari semua kisah tersebutlah kita bisa mempelajari perbuatan mana yang mendatangkan murka Allah dan mana yang mendatangkan rahmat Allah.

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah ayat 214).

Ingatlah, musibah itu tanda cintaNya kepada setiap hambaNya. Lewat musibah itu, Allah hanya ingin hambaNya kembali memanggil asmaNya dengan lembut.  Allah itu sangat dekat. Allah tak pernah lari dari hambaNya. Justru kadangkala hambaNya yang melupakan Allah hingga seolah ia merasa diabaikan. Pertolongan Allah sangat dekat; sedekat rapatnya kedua tangan yang menengadah kala berdoa; sedekat jarak kening dengan sajadah saat bersujud.

Penulis,
(DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL