Catatan Pelatihan Jurnalistik & Blogging dalam Gerakan Santri Menulis Mandiri Amal Insani (GSM MAI) di Darul Ukhuwah Malang dan Al-Amien Madura.
“Kang, setelah ini bagimana?”
“Pak, punya saya kok, begini?”
“Jangan cepat-cepat, tadi bagaimana caranya?”
“Sudah bisa, terus klik apa lagi?”
Demikian sebagian “teriakan” para santri peserta pelatihan jurnalistik dan blogging di Pesantren Daarul Ukhuwah Malang, Selasa (6/6/2017) dan Pesantren Al-Amein Madura, Rabu (7/6/2017).
Pemateri pelatihan, Asep Syamsul M. Romli alias Kang Romel, pun mendatangi satu per satu peserta yang “berteriak” itu.
Dengan penuh perhatian dan kelembutan, terutama terhadap peserta akhwat, Kang Romel memberikan bimbingan pembuatan blog dan cara mengisinya dengan tulisan berita.
Tampak kerepotan, panitia pun membantu Kang Romel. Praktik pembuatan blog merupakan bagian dari sesi pelatihan jurnalistik dan blogging dalam program Gerakan Santri Menulis (GSM) yang digagas Mandiri Amal Insani (MAI) Foundation di pesantren-pesantren.
Gerakan Santri Menulis sejauh ini sudah berlangsung di lima pesantren. Yang terbaru di Daarul Ikhuwah Malang dan Al-Amien Madura, 6-7 Juni 2017.
Selain materi jurnalistik dan blogging, para peserta juga mendapatkan materi penulisan fiksi (cerpen, essai) dari Pipiet Senja, berupa teori dan praktik.
Di sesi pelatihan jurnalistik dan blogging, Kang Romel memberikan panduan mengenai jurnalistik dasar (berupa teknik penulisan berita) dan blogging. Peserta langsung praktik membuat berita dan dimuat di blog yang dibuatnya saat itu juga.
Sebelum penyampaian materi teori plus praktik jurnalistik dan blogging, Kang Romel mengulas ringkas pentingnya menulis dan ngeblog.
Menurut Kang Romel, menulis adalah warisan para ulama. Media publikasi tulisan saat ini terpopuler adalah blog atau situs web pribadi.
“Menulis adalah warisan para ulama salaf yang terlupakan. Kitab-kitab kuning yang Anda pelajari di pesantren itu ada karena para ulama dulu suka menulis,” kata Kang Romel
“Bukankah Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Arba’in Nawawi, Safinatun Naja’, Jurumiyah, Riyadhush Shalihin, Fiqhud Da’wah, Fiqhus Sunnah, Alfiyah, Ta’limul Muta’allim, dan banyak lagi kitab itu merupakah produk menulis para ulama dulu?” demikian Kang Romel menambahkan.
“Gerakan Santri Menulis, saya harap, meluas ke semua kalangan santri, guna meneruskan atau mewarisi tradisi menulis para ulama. Menulis itu akan membuat ilmu jadi “abadi”, demikian juga penulisnya.”
Dijelaskan, menulis itu mengingat ilmu. Nabi Muhammad Saw juga memerintahkan kaum Muslim “qayyidul ‘ilma bil kitabah” (ikatlah ilmu dengan tulisan). Banyak sekali manfaat menulis: sedekah ilmu, amal jariyah, dakwah, menebar inspirasi, motivasi, dll.
Saat ini, di era internet, sarana terbaik mengasah keterampilan menulis adalah blogging. Salah satu manfaat blogging adalah be better writer, menjadi penulis yang lebih baik.
“Untuk santri, blog sekaligus menjadi sarana dakwah. Konten blog Islam atau blog dakwah santri, lulusan pesantren, atau ustaz, tentu akan lebih kredibel atau dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan. Secara, mereka memang ahlinya (ahli ilmu agama),” jelas Kang Romel.
Selain untuk berlatih menulis sekaligus mewarisi budaya menulis para ulama dan dakwah, blogging bagi santri juga bisa menjadi sarana wirausaha, dalam hal ini wirausahwan online atau bisnis online.
“Saat ini, blogging is business. Ngeblog bisa menghasilkan uang. Banyak sekali tips menghasilkan uang dari blog, terutama dengan program Google AdSense, toko online, dan bisnis afiliasi (affiliate marketing). Blog juga bisa “disulap” menjadi toko online, juga promosi jasa/produk,” papar Kang Romel.
“Mandiri Amal Insani (MAI), dengan Gerakan Santri Menulis (GSM) ini, bukan saja mengkampanyekan dakwah bil qolam, dakwah melalu tulisan, juga menumbuhkan semangat wirausaha online dan penguasaan media online,” pungkas Kang Romel sebelum melanjutkan sesi pelatihan dengan teori dan praktik jurnalistik dan blogging.
Selain di Malang dan Madura, GSM MAI sudah berlangsung di Al-Shofwah Lombok, Babussalam Riau, dan Husnul Khotimah Kuningan.
Lebih dari 200 blog santri sudah tercipta hasil pelatihan ini. Para peserta juga sudah mendapatkan teknik dasar penulisan berita.*