fbpx

Belanja Seperlunya, Sedekah Sebanyak Mungkin

 

Pembaca, kira-kira apa yang akan Anda lakukan ketika mendapatkan rezeki yang lebih dari biasanya? Jawabannya beragam. Ada yang menginvestasikannya, menabungkannya, menggunakannya untuk membiayai sebuah perjalanan wisata, membuka usaha, melunasi hutang, sampai membelanjakannya. Tentu jawaban tersebut sah-sah saja dilakukan karena kita pun diperbolehkan untuk memanfaatkan rezeki yang kita terima untuk keperluan pribadi. Namun, ingat ya, di dalam setiap rezeki yang Allah berikan kepada kita, di dalamnya ada hak milik orang lain.

Di era digital seperti sekarang ini, tentu penggunaan teknologi sangat membantu pekerjaan rumah kita. Kita bisa menikmati layanan dan fasilitas marketplace yang banyak jumlahnya. Dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh berbagai marketolace  ini, ketika berbelanja, kita tak lagi harus meluangkan banyak waktu untuk berbelanja dan tak harus lelah mengelilingi banyak toko. Harga barang yang dijual di berbagai marketplace pun seringkali lebih murah ketimbang harga di toko.   Tentu ini sangat menghemat tenaga, waktu, dan juga uang.

Sayangnya, di balik banyak kemudahan dan kenyamanan saat berbelanja di marketplace atau toko online lainnya, terdapat juga efek negatif yang terkandung di dalamnya. Kemudahan-kemudahan tersebut, belum lagi aneka diskon yang sengaja diberikan di tanggal-tanggal tertentu, seringnya membuat kita seakan lupa daratan ketika berbelanja. Alhasil, kita belanja bukan sekadar untuk membeli kebutuhan pokok, melainkan untuk memenuhi hawa nafsu dan keinginan semata. Kita membeli beberapa barang yang sebenarnya tidak kita butuhkan, namun karena harganya jauh lebih murah daripada di toko atau karena sedang diskon, maka jadilah kita beli barang itu dan akhirnya hanya menumpuk memenuhi lemari.

Mengenai hal ini, Rasulullah telah mewanti-wanti umatnya untuk tidak berlebihan dalam memiliki barang. Seperti yang sabda beliau dalam sebuah hadits yang artinya , “Sesungguhnya Allah meridhoi tiga hal bagi kalian dan murka apabila kalian melakukan tiga hal. Allah ridha jika kalian menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan (Allah ridla) jika kalian berpegang pada tali Allah seluruhnya dan kalian saling menasehati terhadap para penguasa yang mengatur urusan kalian. Allah murka jika kalian sibuk dengan desas-desus, banyak mengemukakan pertanyaan yang tidak berguna serta membuang-buang harta.” (HR. Muslim)

Membuang-buang harta dalam redaksi hadits ini bisa kita maknai dengan perilaku boros ketika menggunakan barang, contohnya tidak segera mematikan keran air ketika bak mandi sudah penuh, tidak mematikan televisi atau lampu ketika sudah tak dipakai lagi, terlalu banyak menuangkan shampo, sabun, atau lainnya ketika hendak menggunakan dan semacamnya. Bisa juga dimaknai dengan membelanjakan uang untuk hal-hal yang sebenarnya tidak kita butuhkan hanya karena ingin menuruti mode atau fashion yang sedang hits atau sekadar memuaskan hawa nafsu. Tentu ini sangat dilarang dalam agama karena tidak mengindahkan laranganNya.

Allah juga berfirman dalam surah Al-Isra ayat 26-27 yang artinya, “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.”

Tentu kita tidak mau menjadi bagian dari keluarga syaitan, bukan?

Persoalan boros dalam berbelanja adalah salah satu sikap tercela yang harusnya dihindari oleh setiap umat Rasulullah. Boros dalam berbelanja dan menggunakan barang mengindikasikan bahwa orang tersebut memiliki sifat tamak, rakus, dan bahkan dapat dikatakan sebagai orang yang khawatir dengan rezeki Allah. Mengapa demikian? Terkadang orang yang membeli banyak barang yang tidak dibutuhkan atau melebihi jumlah yang biasa dibutuhkan beralasan karena saat itu sedang memiliki uang lebih. Ia khawatir di masa selanjutnya ia tak memiliki uang untuk membelinya atau di masa depan ia takut kehabisan barang tersebut. Padahal, Allah telah menjamin dan mengatur rezeki setiap hambaNya. Akhirnya, alih-alih menggunakan uangnya dengan bijaksana, ia malah mengeluarkan uangnya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.

Pembaca, sebagai tambahan, boros tidak hanya berkaitan dengan uang dan barang saja, tetapi juga erat hubungannya dengan waktu. Tak jarang kita seringkali menghabiskan banyak waktu hanya untuk mengerjakan sebuah pekerjaan. Padahal, biasanya hanya membutuhkan waktu sebentar untuk menyelesaikannya. Hal ini tentu membuang waktu dengan percuma di saat sebenarnya sisa waktu tersebut bisa digunakan untuk mengerjakan hal lain yang lebih bermanfaat.  Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini disebabkan oleh ketidakfokusan kita dalam mengerjakan sesuatu. Pikiran kita belum sepenuhnya fokus menghadapi pekerjaan tersebut. Atau bisa juga karena kita belum menguasai pekerjaan tersebut. Baik boros dalam menggunakan uang atau waktu, keduanya sama-sama merugikan diri sendiri dan sudah pasti akan berdampak pula pada orang lain.

Untuk menghentikan kebiasaan tersebut, kita kembali lagi pada kesadaran bahwa di dalam semua uang yang kita miliki, terdapat hak milik orang lain yang Allah titipkan kepada kita. Juga, tidak ada yang bisa kita andalkan untuk hidup selamat di akhirat kelak kecuali amal baik. Berangkat dari pemahaman ini, diharapkan kita bisa benar-benar bijaksana dalam menggunakan uang dan waktu. Kita bisa mengelola uang dan waktu untuk disalurkan kepada hal-hal yang baik dan bernilai sedekah.

Allah berfirman dalam surah An-Nisa ayat 114 yang artinya, “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.”

Dalam ayat tersebut jelas dikatakan bahwa melakukan sedekah, berbuat kebaikan dan mendamaikan orang lain yang sedang bertengkar adalah perbuatan yang baik. Ketiganya harus kita lakukan untuk mencegah menggunakan uang dan waktu untuk hal yang tak berguna.

Bersedekah sama sekali tidak mengurangi harta kita. Bahkan dengan bersedekah, kita bisa ‘membawa’ harta tersebut sampai di akhirat kelak. Sedekah yang kita keluarkan untuk orang lain akan Allah ganti dengan lebih banyak kebaikan dan pahala untuk kita bahkan tak jarang Allah ganti langsung di dunia dalam bentuk harta atau lainnya yang bisa kita manfaatkan langsung. Dengan bersedekah, sebenarnya kita sedang mengenalkan harta tersebut untuk kita bawa nanti di kehidupan yang abadi.

Bagaimana jika kita memang sudah terlanjur menumpuk barang? Apa yang bisa kita lakukan untuk merayu Allah agar tak memurkai kita?

Kita bisa tetap bersedekah dengan barang tersebut. Barang-barang tersebut bisa kita hadiahkan kepada orang lain yang lebih membutuhkan. Namun, ingat ya, berikanlah barang yang keadaannya masih bagus dan layak pakai kepada mereka, bukan barang bekas yang sudah kita pun sudah enggan untuk menggunakannya. Mengapa demikian? Karena ketika kita sedang menolong orang lain, di saat yang sama Allah sedang menolong kita. Maka dari itu, mari siapkan sedekah terbaikmu demi ridho Allah dan pertolongan terbaik yang Allah berikan kepadamu.

Penulis,
(DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL