MAINews, Yogyakarta – Berbagai peristiwa terjadi di berbagai negara penempatan. Masalah demi masalah menjerat Pekerja Migran Indonesia (PMI). Mulai dari investasi abal-abal, tertipu, tidak mampu mengelola keuangan hingga masalah yang datangnya dari keluarga itu sendiri. Belum lagi ketika mereka kembali ke Indonesia. Masalah seperti lapangan kerja, minimnya pendidikan, kurangnya pemahaman tentang negeri sendiri, menyebabkan mereka yang sudah pulang itu kembali lagi ke negara penempatan.
“Mandiri Amal Insani (MAI) Foundation memiliki tagline ‘Sukses di Rantau, Mandiri di Negeri Sendiri’,” ungkap Abdul Ghofur, Direktur MAI Foundation saat memberikan materi workshop pada acara Sarasehan Nasional Jambore Keluarga Migran Indonesia (KAMI) tahun 2018 di Desa Garongan, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman pada Minggu, (4/2/2018).
PMI datang ke negara penempatan dengan tujuannya masing-masing. Namun bila dikerucutkan, tujuan tersebut mengacu pada satu kata yakni sukses di rantau. Tak ada yang tidak ingin di perantauan menderita. Untuk itu, kata Ghofur, MAI juga membantu harapan mereka dan harapan keluarga agar PMI tak hanya menjadi pahlawan devisa saja, melainkan menjadi pahlawan bagi keluarganya.
Selain itu, warga Indonesia yang bekerja di luar negeri secara tidak langsung menjadi duta pariwisata. Perilaku dan keseharian mereka merupakan cerminan bangsa Indonesia.
“Sehingga menjadi sangat penting, di negara mana pun, PMI menjadikan kesempatan itu sebagai virus pariwisata. Tunjukanlah kepada mereka hal-hal yang baik sehingga tak hanya tanggung jawab terhadap diri sendiri tuntas, tanggung jawab terhadap negara pun selesai,” ungkap Ghofur lagi. Lebih jauh, Ghofur meminta kepada keluarga agar tidak mengirimkan istri atau kerabatnya bekerja di luar negeri.
Masalah lain yang timbul adalah susahnya pengimplemtasian hukum yang sudah dibuat. Kebijakan dari hulu ke hilir kadang terdapat gap di lapangan. Pemahaman-pemahaman hukum harus merata. Pekerja Migran di manapun berada harus paham isu-isu actual seputar ketenagakerjaan.
Terjadinya guncang budaya yang terjadi pada sumber daya manusia pun menjadi masalah tersendiri. Mereka yang terbiasa mengikuti trend, akan memiliki pola hidup yang boros, lupa akan tujuan utama bekerja di luar negeri.
“Adanya zakat, infak, sedekah dan wakaf yang telah disalurkan melalui lembaga philantrophy berguna untuk pendampingan dan pemberdayaan ekonomi baik di negara penempatan maupun sesudah kembali ke Indonesia,” papar Ghofur lagi.
Donasi yang tersalurkan melalui lembaga zakat bisa menjawab masalah sehingga menjadikan PMI tersebut benar-benar seorang pahlawan keluarga.
“Untuk itu, Mandiri Amal Insani akan tetap berkolaborasi untuk bersinergi agar sukses di rantau. Mereka yang tidak memiliki aset, berangkat ke luar negeri dan pulang itu memiliki aset,” pungkas Ghofur.