fbpx

Sebaik-baik Manusia adalah Mereka yang Bermanfaat Bagi Orang Lain

 

Pembaca, pernahkah kita bertanya kepada diri sendiri, mengapa Allah memberikan banyak kelebihan pada kita? Mengapa Rasulullah menyuruh kita untuk belajar menuntut ilmu? Mengapa Allah menjadikan kita sebagai orang yang berkecukupan secara ekonomi? Mengapa agama Islam mengajarkan kita menjalani pola hidup sehat dan bersih?

Allah tidak menyuruh kita untuk menjadi orang yang ditakuti oleh orang lain, juga tidak menyuruh kita menjadi orang yang berpengaruh serta memiliki jabatan, pun tak menyuruh kita menjadi orang yang dikenal oleh orang banyak. Allah hanya menyuruh kita untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama. Itulah alasan mengapa kita mendapatkan kelebihan-kelebihan yang Allah berikan kepada kita; agar kita dapat memanfaatkannya untuk menolong dan membantu sesama.

Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits yang artinya, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Hadits Riwayat ath-Thabrani)

Mengapa Kita Harus Menjadi Orang yang Bermanfaat kepada Sesama?

Allah menakdirkan kepada manusia sebagai makhluk sosial yang tak akan bisa menyelenggarakan kehidupannya sendirian. Semandiri apapun seseorang berusaha menghidupi dirinya sendiri, tentu akan ada masanya ia akan meminta pertolongan kepada orang lain. Allah juga menganugerahkan kepada manusia sebentuk perasaan empati yang akan menggugah hati nuraninya ketua ia mendapati ketidakberuntungan pada orang lain. Perasaan empati itulah yang akan mendorong manusia melakukan aksi sosial dengan cara membantu sesama. Jadi, dengan takdir manusia sebagai makhluk sosial, ia ingin dibantu dan juga ingin membantu.

Takdir manusia sebagai makhluk sosial ini juga erat kaitannya dengan ajaran Islam yang sangat menekankan sikap untuk saling menolong kepada menolong. Allah sendiri berfirman dalam surah Al-Maidah ayat 2 yang artinya, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwa lah kamu kepada Allah, sesungguhnya siksa Allah sangat berat.”

Selain karena memang perintah agama Islam untuk saling membantu, menjadikan diri bermanfaat bagi orang lain akan mengundang pertolongan Allah bagi pengamalnya.

“Barangsiapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim.” (HR. Muslim)

Tentu kita semua sudah pernah mendengar ungkapan, berdoa tanpa usaha itu bohong dan usaha tanpa doa itu sombong, bukan? Nah, apa yang dijelaskan dalam hadits tersebut merupakan penjelasan dan jawaban dari ungkapan ini.

Allah memang akan menolong hambanya ketika hambaNya berdoa meminta pertolongan. Namun, Allah ingin mengetahui sejauh mana ikhtiar hambaNya tersebut untuk menolong serta menyelesaikan masalahnya sendiri. Salah satu wasilah turunnya pertolongan Allah adalah dengan menolong orang lain.

Penting untuk kita ingat, bahwa apapun yang kita lakukan akan selalu kembali kepada pelakunya. Jika kita melakukan kejahatan, maka suatu hari nanti kita akan mendapatkan balasannya, cepat atau lambat. Sebaliknya, jika kita melakukan hal-hal baik terhadap sesama, maka suatu hari nanti kita akan menerima kebaikan dari orang lain sebagai perantara pertolongan Allah.

Apa yang Harus Kita Lakukan Agar Bermanfaat Bagi Orang Lain?

Setiap orang bisa memberikan manfaat kepada orang lain. Memberikan manfaat kepada orang lain tidak harus menunggu kaya, cerdas, berpengaruh, terkenal, dan cerdas. Dengan apa adanya kita, kita bisa memberikan manfaat kepada sesama. Yang kita perlukan untuk menjadikan kehadiran kita bermanfaat bagi orang lain adalah niat dan kita tahu harus melakukan apa agar bermanfaat.

Menjadikan kehadiran kita bermanfaat bagi sesama berarti ikut turut serta sama sebuah kegiatan atau perkara. Namun bukan berarti kita ikut campur terhadap masalah orang lain. Kita bisa mulai dari hal-hal kecil di lingkungan tempat tinggal kita seperti ikut kerja bakti membersihkan lingkungan, ikut membantu tetangga yang sedang menggelar hajatan, bergantian memberi makanan kepada tetangga tanpa mengharap ganti, menjenguk tetangga yang sedang sakit, memberi makan kucing liar, atau menyediakan sabun dan ember bekas berisi air agar warga bisa mencuci tangan di situ. Bahkan, selalu menyapa tetangga yang lewat di depan rumah atau ketika kita berpapasan dengan tetangga sambil tersenyum termasuk perbuatan yang terpuji dan menyenangkan, lho. Kita kan tidak pernah tahu seberat apa hari yang tengah dilalui tetangga kita. Siapa tahu dengan sapaan dan senyum kita kepada mereka dapat meringankan beban hatinya.

Ketika kita sedang berada di lingkungan kerja, di sela-sela kesibukan bekerja, kita juga bisa lho memberikan arti lebih dari hadirnya kita di kantor. Cobalah sesekali membawa sarapan lebih, siapa tahu tahu itu ada teman yang terburu-buru berangkat ke kantor tanpa sempat sarapan di rumah. Atau menawarkan diri untuk membuatkan kopi atau teh untuk teman-teman ketika pekerjaan kita sudah selesai. Bisa juga kita membersihkan sendiri peralatan bekas makan kita sendiri. Melakukan hal itu sendiri tidak akan menjatuhkan harga diri kita, bukan? Justru akan meringankan pekerjaan orang lain yang bertanggung jawab terhadap hal itu.

Di lingkungan keluarga, kita bisa membantu pasangan mengurus pekerjaan rumah, merawat anak-anak, memberikan hiburan sederhana namun berkualitas, merawat pasangan jika ia sedang sakit, mendengarkan keluh kesah pasangan dan memberikan nasihat jika diminta, dan segala hal yang dapat membahagiakan pasangan dan anak-anak.

Ingat ya. Untuk dapat memberikan manfaat kepada sesama, tak berarti harus mengeluarkan uang dalam jumlah yang besar. Cukup keinginan dan tekad  yang kuat untuk menjadikan diri ini bermanfaat bagi orang lain. Namun demikian, bukan berarti kita tak boleh menggelontorkan uang dalam jumlah besar untuk dimanfaatkan oleh masyarakat. Kalau kita sedang Allah beri kelapangan ekonomi, baik bagi kita untuk menyedekahkan sebagian dari rezeki tersebut agar orang lain juga turut merasakan kebahagiaan yang kita rasakan. Namun, jika kita sedang Allah uji dengan kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan untuk bersedekah dalam bentuk uang, kita tetap bisa memberdayakan apa yang kita miliki dalam diri kita agar bermanfaat bagi sesama, seperti tenaga, waktu, dan ide-ide.

Penting untuk kita tanamkan dalam hati, bahwa apapun yang kita lakukan dan berikan sebagai wujud menjadikan kehadiran kita bermanfaat bagi sesama, jangan sekali-kali mengharapkan balasan atau pujian dari orang lain. Katakanlah orang yang kita bantu membalas semua bantuan yang kita berikan dengan bantuan yang setimpal dengan yang pernah kita berikan, Allah sanggup memberikan balasan yang lebih dari itu. Ingat saja dengan firman Allah surah Al-Qashas ayat 84 yang artinya, “Barangsiapa datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan mendapat (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu.”

Perhatikan pula janji Allah pada surah Al-An’am ayat 160 yang artinya, “Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya.”

Kalau Allah sudah menjanjikan hal seperti ini, apakah kita masih mengharapkan balasan dari sesama makhluk? Cukuplah Allah sebagai sebaik-baiknya Pemberi balasan karena hanya Allah-lah yang Maha Kaya.

Penulis,
(DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL