fbpx

Sakitmu Menggugurkan Dosa

Tak dapat dielakkan lagi, semua manusia pernah merasakan sakit pada tubuhnya. Entah itu sakit keras ataupun sekadar sakit biasa yang hanya dengan berisitirahat tubuh kembali normal. Meskipun semua orang pernah mengalami sakit, nyatanya tak semua bisa menyikapi sakit yang tengah dideritanya itu dengan bijaksana. Tak jarang, kita mendengarkan seseorang berkeluh kesah seakan menyerah dengan penyakitnya. Ada juga orang yang benar-benar sudah menyerah dengan keadaannya dan mempercepat datangnya kematian bagi dirinya; ia bunuh diri karena tak sanggup lagi merasakan sakit di tubuhnya dan membayar tagihan pengobatan yang membengkak.

Sungguh sangat disayangkan bila si penderita berputus asa dari rahmat Allah. Padahal, hikmah dan balasan yang sangat besar telah Allah persiapkan untuk mereka yang tengah menderita sakit.  Rasulullah bersabda, “Tiada seorang mu’min yang ditimpa oleh lelah atau penyakit, atau risau  para pikiran atau sedih hati, sampaipun jika terkena duri, melainkan semua penderitaan itu akan dijadikan penebus dosanya oleh Allah,” (HR Bukhari-Muslim).

Dalam hadits lain, Rasulullah juga bersabda bahwa ketika seorang hamba sakit, Allah mengutus empat malaikat untuk melaksanakan tugas terhadap si penderita. Allah memerintahkan kepada malaikat yang pertama untuk mengambil kekuatannya sehingga menjadi lemah; Malaikat kedua untuk mengambil rasa lezatnya makanan dari mulutnya; Malaikat ketiga untuk mengambil cahaya terang di wajahnya sehingga berubahlah wajah si sakit menjadi pucat pasi; dan Malaika keempat untuk mengambil semua dosanya, maka berubahlah si sakit menjadi suci dari dosa.

Ketika Allah akan menyembuhkan seorang hamba yang mukmin itu, Allah memerintahkan kepada malaikat 1, 2 dan 3 untuk mengembalikan kekuatannya, rasa lezat, dan cahaya di wajah sang hamba. Namun untuk malaikat keempat, Allah tidak memerintahkan untuk mengembalikan dosa-dosanya kepada hamba mukmin. Maka bersujudlah para malaikat itu kepada Allah seraya bertanya, “Ya Allah mengapa dosa-dosa ini tidak Engkau kembalikan?”

Allah menjawab, “Tidak baik bagi kemuliaanKu jika Aku mengembalikan dosa-dosanya setelah Aku menyulitkan keadaan dirinya ketika sakit. Pergilah dan buanglah dosa-dosa tersebut ke dalam laut.”

Ma syaa Allah.. Begitu indahnya perkara seorang Muslim sampai sakitnya pun Allah jadikan sebagai media penggugur dosanya. Rasulullah juga bersabda, “Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Namun, dihapuskan atau tidaknya dosa-dosa kita selama sakit, sangat tergantung pada keimanan dan bagaimana cara kita menyikapi sakit tersebut. Butuh keikhlasan, rasa syukur, doa, dan ikhtiar agar penyakit yang sedang kita derita menjadi ladang penghapusan dosa. Untuk bisa ikhlas, bersyukur, menerima kenyataan atas datangnya sakit ini sangat diperlukan iman kepada Allah yang berkualitas tinggi.

Orang yang ikhlas menerima penyakit yang sedang dideritanya akan semakin meringankan beban dan rasa sakit yang dialaminya. Sikap terus bersyukur atas sakit yang menimpanya juga akan semakin membuat imunitas tubuhnya meningkat karena pikiran dan perasaannya terasa ringan tanpa berburuk sangka kepada siapapun. Ia bersyukur kepada Allah karena lewat sakitnya inilah, dosa-dosanya akan Allah ampuni. Ia ikhlas menerima takdir sakitnya ini karena ia sadar bahwa Allah-lah yang paling tahu mana yang terbaik untuk hambaNya. Selain itu, keimanan yang tinggi kepada Allah membuatnya percaya bahwa sebuah penyakit datang bersama dengan obatnya atas izin Allah.

Lain halnya ketika sakit tersebut disikapi dengan buruk. Mencela penyakit; menyalahkan orang lain, diri sendiri, bahkan Allah; berkeluh kesah secara berlebihan; berburuk sangka terhadap ujian sakit; mengobati sakitnya dengan cara haram; merutuki nasib yang dianggapnya buruk karena sakit dan sikap lainnya merupakan reaksi yang sama sekali tidak membuat dosa kita dihapuskan. Justru, sikap yang demikian itu hanya akan menambah dosa, menurunkan imunitas, dan semakin membebani pikiran dan perasaan si penderita.

Syaitan memang tidak membiarkan kita begitu saja menyikapi sakit dengan bijaksana. Ia akan menghasut seseorang pada saat orang tersebut sedang sangat lemah keadaannya. Syaitan akan menanamkan pikiran-pikiran buruk seperti bisikan berburuk sangka kepada sesuatu yang menyebabkan ia sakit, menyalahkan orang lain atas sakitnya, hingga bujukan untuk tak beribadah karena sedang sakit. Padahal, Allah sudah memberikan banyak rukhsoh atau keringanan dalam beribadah bagi mereka yang sedang sakit. Salah satu rukhsoh dalam beribadah adalah Allah memperbolehkan bertayamum alih-alih berwudhu karena dikhawatirkan kondisi tubuh seseorang akan semakin memburuk ketika terkena air. Tak hanya itu, ketika kita tak kuat shoakt dengan berdiri dan melakukan gerakan sholat lainnya, maka kita diperbolehkan sholat sambil duduk bahkan berbaring. Semua keringanan ini menunjukkan bahwa sakit tidak serta-merta membatalkan syariat beribadah kepada Allah.

Justru sebaliknya, sakit harusnya kita jadikan momentum untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Berdoalah dan memohonlah kepada Allah demi mendapatkan kesembuhan. Perbanyaklah bersedekah sebagai salah satu perantara Allah menyembuhkan penyakit tersebut. Perbanyaklah merenung dan mengintrospeksi diri saat sakit, bisa jadi sakit yang kita alami sekarang adalah akibat dari perbuatan zolin kita terhadap diri sendiri.

Sakit sejatinya bagian dari musibah dan ujian yang mana keduanya adalah bentuk cinta Allah terhadap hambaNya. Ketika Allah menakdirkan sebuah penyakit kepada seorang hambaNya, maka sikapilah sakit itu sebagai teguran dan juga kesempatan emas. Penyakit sebagai teguran artinya Allah hendak mengingatkan untuk tidak berlebihan dan melampaui batas dalam menjalani hidup. Contohnya, ketika seseorang terlalu sering bekerja melampaui batas waktu dan tenaga, maka tubuhnya pun akan jatuh sakit. Lewat sakit inilah Allah menegurhamba tersebut untuk lebih memperhatikan hak-hak tubuhnya yang perlu istirahat yang cukup.

Menyikapi sakit sebagai kesempatan emas artinya benar-benar harus mensyukuri nikmat sakit yang sedang dialaminya. Lewat sakitnya, dosa-dosanya akan diampuni Allah. Melalui sakitnya itu juga, ia mendapat kesempatan untuk beristirahat dan memperhatikan asupan gizi tubuhnya yang sebelumnya dia abaikan.

Meskipun begitu, haram hukumnya bagi kita untuk memperpanjang masa sakit. Maksudnya adalah jangan sampai terbersit dalam pikiran kita untuk tidak mengobati penyakit tersebut lantaran ingin merasakan lebih lama privilage yang hanya didapatkan ketika sakit. Menunda mengobati penyakit sama saja dengan menzolimi diri sendiri dan haram hukumnya. Juga tidak diperbolehkan sengaja menyakiti diri sendiri demi mengharapkanBagaimana bisa kita bertahan untuk tidak segera berobat ketika sakit? Bukankah keadaan sakit sangat menganggu kita untuk melakukan aktivitas termasuk beribadah seperti biasanya?

Berputus asa dari rahmat Allah ketika sedang sakit tidak akan mendatangkan kesembuhan. Putus asa hanya akan menambah beban pikiran. Tak jarang, manusia sakit justru bukan karena ada yang salah dengan tubuhnya, tetapi pikirannyalah yang bermasalah. Terlalu banyak negative thinking terhadap sesuatu yang berkaitan dengan hidupnya akan semakin melemahkan daya tahan tubuhnya. Akibatnya, tubuhnya akan mudah terserang penyakit.

Sebaliknya, tetap semangat dan berbaik sangka terhadap Allah dalam segala kondisi akan semakin menguatkan daya tahan tubuh seseorang. Tubuh, pikiran, dan jiwanya akan senantiasa sehat dan terpelihara dari keburukan. Saat ketiga hal tersebut sehat, maka akan sangat banyak amal sholeh yang dapat dilakukan. Jagalah kesehatan diri sendiri sebagai bentuk rasa syukur terhadap Allah. Namun, jika sakit sedang bertamu di tubuhmu, sikapilah dengan bijak dan Allah akan menghapus dosa-dosa Anda.

Penulis,
(Dessy Husnul Q)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL