fbpx

Menikmati Lelah Kehidupan

Allah berfirman dalam QS: Yusuf : 87, “….. dan janganlah kamu berputus ada dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang kafir.”

Kemudian juga dalam QS: Ali Imran : 139, “Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu orang-orang yang beriman.”

Juga dalam QS: Al-Insyirah : 5-8, “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan lainnya).”

Tiga ayat ini mestinya amat cukup menjadi menguat dan pemacu semangat kita dalam beribadah, bekerja, dan menjalani hidup di dunia ini sebagai ladang amal saleh yang buahnya dapat kita tuai di akhirat kelak. Harusnya ayat-ayat ini menjadi garansi dan jaminan atas lelahnya kita berjalan di bumi Allah. Sebab sungguh dalam kelelahan itu terdapat janji Allah tentang datangnya kemudahan setelah masa-masa sulit datang. Pun Allah menjanjikan itu dalam dua kali ucapan yang berarti ada penekanan dan penegasan dalam janjiNya bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Maka alasan apalagi yang membuat kita putus dari harapan pada Allah. Allah bukan menjanjikan kemudahan datang setelah kesulitan tetapi bersamaan dengan Allah mendatangkan kesulitan, ia pun mendatangkan kemudahan. Kesulitan dan kemudahan datang bersamaan. Itulah mengapa kita harus meyakini ketika datang ujian dan cobaan yang mungkin tidak kita sukai, membuat kita sedih dan menderita, namun tidak akan lama keadaan gelap itu diobati oleh kemudahan. Allah mendatangkan sulit dan mudah seperti racun beserta penawarnya. Datang beriringan. Maka pantaslah disebutkan jika kemudahan setelah kesulitan ialah sebuah keniscayaan Allah SWT yang tidak bisa kita pungkiri validasinya. Tiga ayat tadi adalah bunyian motivasi Allah pada hambaNya untuk tidak berputus asa, tidak bersedih lalu menjadi lemah karena kitalah yang Allah tinggikan derajatnya, serta garansi hidup bahwa ketika Allah datangkan keadaan sulit yang membuat kita lelah, bersamaan itu pula Allah datangkan kemudahan, obatnya. Lantas apa alasan dan garansi lain yang membuat kita tidak menikmati lelahnya hidup?

Sejatinya perasaan lelah dalam hidup ketika menghadapi cobaan dan ujian Allah adalah sebagai manifestasi keimanan padaNya. Semakin hamba bersabar dan bersyukur dalam kondisi terberat sekalipun dalam hidupnya maka sejatinya ia telah lolos menghadapi ujian naik kelas keimanan. Kita perhatikan bersama peringatan Allah tentang ujian dan cobaan hidup bagi hambaNya dalam QS: Al-Ankabut : 2-3 yang artinya, “Adakah manusia itu menyangka bahwa mereka dibiarkan saja setelah mengatakan “Kami telah beriman, “ sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami (Allah) telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang berdusta.”

Keimanan seorang hamba tidak cukup hanya dengan menyatakan ia telah beriman saja tapi butuh cobaan hidup yang mengujinya menuju kenaikan kelas tingkatan iman seorang hamba. Jika dalam ujian itu seorang hamba mampu bersabar dan bersyukur serta tetap meyakini pertolongan Allah akan datang sebagai jalan keluar dari masalah hidupnya sebab Allah lah satu-satunya tempat bergantung dan meminta pertolongan, maka sesungguhnya hamba tersebut telah berhasil melalui tangga menuju tingkatan kelas yang lebih tinggi dalam ujian keimanan. Iman tidak cukup diucapkan saja tanpa pembuktian, sebab iman ialah bukti atas tiga hal. Iman ialah yang diucapkan dengan lisan, diyakini oleh hati, serta dibuktikan dengan amal perbuatan.

Orang yang pandai menikmati lelah adalah mereka yang memiliki keimanan besar terhadap Allah dan hari akhir. Mengapa? Sebab mereka yakin lelahnya mereka di dunia adalah demi lillah, hanya untuk Allah. Mereka sadar dan memahami betapa dunia memanglah tempat untuk merasakan lelah dan bersusah payah. Dunia tempat menanam benih dan menyiapkan bekal sebanyak-banyaknya. Maka apa yang dapat dirasakan seorang petani penanam benih padi jika bukan kelelahan bekerja? Dalam rasa lelah dan letih yang teramat sangat di hidupnya, bahkan jatuh sakit dalam melakukan ibadah sebagai hamba ketika sekolah, belajar, bekerja, dan mencari rezeki, ia hanya yakin bahwa Allah yang menjamin rasa lelah itu. Ia akan melakukan dua hal terapi yang Allah anjurkan ketika merasakan lelah, yakni sabar dan salat. Seperti firman Allah dalam QS: Al-Baqarah : 45, “Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusu’.”

Allah akan menghargai dan memberikan balasan kebaikan yang berlipat bagi hamba yang merasa lelah dalam keadaan berikut:

  • Lelah dalam berjihad di jalan Allah

Seperti janji Allah dalam QS: At-Taubah : 111, “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.”

  • Lelah dalam berdakwah dan mengajak manusia pada kebaikan
  • Lelah dalam beribadah dan beramal saleh

Firman Allah tentang pahala beribadan dan beramal saleh dalam

QS: Al-‘Ankabut : 69, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.”

  • Lelahnya mengandung dan melahirkan, menyusui, merawat, dan mendidik anak laki-laki atau pun perempuan sebagai amanah Allah
  • Lelah dalam mencari nafkah yang halal
  • Lelah dalam mengurus keluarga
  • Lelah dalam belajar dan menuntut ilmu

Seorang alim ulama termahsyur yakni Imam Syafi’i mengatakan bahwa jika kita tidak mampu menaham lelahnya belajar maka kita akan menanggung beratnya kebodohan. Ini merupakan ungkapan dan jaminan sebagai gambaran bahwa kelelahan dalam belajar dan menuntut ilmu pun berilai pahala di sisi Allah dan mengandung kebaikan luar biasa di dalamnya. Yakni untuk memangkas kebodohan yang bahkan Allah pun membenci hambaNya yang bodoh dan tidak memiliki ilmu.

  • Lelah dalam keadaan lapar, kesusahan, kekuranagn, dan rasa sakit

Nabi SAW bersabda, “Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan atau penyakit, atau kekhawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya.” (HR. Al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no 2573).

Betapa Allah berjanji akan membalas lelah dan letih hambaNya di dunia dengan nilai pahala yang amat besar dan kebaikan yang berlipatganda. Apalagi yang kita harapkan sebagai balasan Allah atas kelelehan kita hidup di dunia selain surga Allah? Maka setelah ini, kita sudah lebih mampu menjalani hidup dengan ringan dan bahagia berkat janji-janji Allah dalam ayatNya tentang balasan lelahnya hidup di dunia. Setelah ini, yang kita lakoni hanyalah perintah Allah beribadah padaNya sebagai hamba, menunaikan tugas khalifatu fil ‘ardh dan berjalan di muka bumi mencari rezeki dan keberkahan Allah. Jika lelah, maka itulah hidup, tempatnya bersusah payah dan menanam lelah untuk kita tuai manisnya di surga annti.

Wallahu ‘alam bish shawab.

Mari Salurkan Sedekah Anda melalui www.maiberbagi.or.id

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL