fbpx

Mencari Nafkah Dalam Pandangan Islam

“Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan seorang budak, lalu satu dinar yang engkau yang engkau keluarkan untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar (dari amalan kebaikan yang disebutkan tadi, pen)” (HR. Muslim).

Islam sangat memuliakan dan menghargai orang yang mencari nafkah untuk keluarganya. Bahkan, mereka yang mencari nafkah untuk keluarganya disamakan dengan jihad fii Sabilillah. Oleh sebab itu, jika ada seseorang yang meninggal ketika ia sedang bekerja maka kematiannya itu dihukumi mati syahid. Ma syaa Allah..

Jamaknya, di dalam sebuah keluarga yang bertugas dan bertanggung jawab atas nafkah adalah seorang suami. Namun, ada juga di dalam banyak keluarga dan dengan berbagai kondisi, istrilah yang menjadi tulang punggung keluarga. Siapapun itu yang bertanggung jawab mencari nafkah, mereka tetaplah seorang pahlawan bagi keluarganya.

 

Bekerja mencari nafkah bukanlah perkara mudah. Tak semudah kita melihat bapak atau suami kita yang berangkat pagi dengan pakaian rapi dan pulang yang tak jarang pulang larut malam. Mereka harus mengesampingkan keinginan pribadi. Tak jarang mereka rela kebutuhannya tak tercukupi asal kebutuhan keluarganya cukup.

Mencari nafkah tak hanya berbicara mengenai bekerja untuk menghasilkan sekian rupiah demi mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Lebih jauh lagi, ternyata mencari nafkah itu adalah sebuah ibadah yang tentu saja bernilai pahala yang amat besar di sisi Allah. Kelihatannya, membiayai kebutuhan hidup keluarga, seperti memberi uang untuk makan, membayar uang sekolah, memberi uang untuk jajan anak-anak, membelikan pakaian untuk keluarga dan pengeluaran lainnya terlihat hanya kegiatan menghabiskan uang yang didapat dari bekerja, namun di balik semua uang yang dikeluarkan untuk menghidupi keluarga adalah sedekah yang paling baik yang pahalanya lebih besar dari sedekah lainnya. Mengapa demikian?

Seorang pencari nafkah adalah mereka yang merelakan waktu, tenaga, pikiran, dan perasaannya demi kebahagiaan keluarganya. Di saat orang lain bersedekah dengan uang yang mereka miliki, kepala keluarga bersedekah dengan waktu, tenaga, dan pikiran dengan cara menafkahi keluarganya. Lalu, hasil dari pekerjaannya itu juga tidak digunakan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk keluarganya. Bagi pencari nafkah, kebahagiaan keluarganya adalah yang paling utama. Setiap keluh, peluh, dan letih hilang seketika saat melihat anak-anaknya menyambut kepulangannya di pintu rumah dengan riang gembira.

Menafkahi keluarga berarti sama dengan mempersiapkan peradaban selanjutnya yang lebih baik. Dengan nafkah yang ia berikan, seorang istri dapat mengurus, merawat, dan mendidik anak-anak dengan baik. Melalui nafkah yang ia berikan, seorang anak dapat tumbuh dengan baik dan terdidik karena mendapatkan pendidikan terbaik dan mendapatkan kasih sayang yang cukup. Nafkah yang ia hasilkan juga menjadikan orangtua yang sudah renta dalam naungannya memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Dengan nafkah tersebut, yang mungkin nominalnya masih sedikit, ternyata dapat mempersiapkan generasi masa depan dan juga merawat generasi yang telah mendidiknya hingga mampu mencari nafkah.

Oleh karena sebab itulah, Islam sangat menghargai para pejuang nafkah dan memberikan begitu banyak keutamaan yang tidak didapatkan selain oleh para pejuang nafkah. Apa saja keutamaan menafkahi keluarga?

Pahala Berlimpah akan Ia Dapatkan

Rasulullah bersabda, “Sungguh tidaklah engkau menginfakkan nafkah (harta) dengan tujuan mengharapkan (melihat) wajah Allah (pada hari kiamat nanti) kecuali kamu akan mendapatkan ganjaran pahala (yang besar), sampai pun makanan yang kamu berikan kepada istrimu.” (HR. Bukhari)

Begitu besar balasan yang Allah berikan kepada tulang punggung keluarga yang telah letih setiap hari mencari rupiah. Namun mendapatkan oahal yang telah Allah janjikan ini, sangat diperlukan niat yang hanya disandarkan kepada Allah. Setiap hari kita harus menanamkan dalam benak bahwa berangkatnya saya ke kantor adalah karena Allah; lillahi Ta’ala. Jangan kita pernah mengharapkan selain balasan dari Allah. Ketika kita sudah menyerahkan semuanya kepada Allah, maka Allah akan memberikan yang lebih dari yang kita butuhkan.

Sangat sayang jika kita bekerja hanya untuk mendapatkan beberapa rupiah agar dapur dapat terus mengeluarkan asapnya. Jika itu yang ada dalam hati kita setiap kita bekerja, maka Allah hanya akan memberikan sebatas apa yang kita niatkan tersebut. Pada akhirnya, kita tidak bisa menikmati setiap letih yang datang mendera setelah bekerja.

Mendapatkan Ganti yang Lebih Baik

 “Tidak ada satu subuh pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat. Salah satu di antara keduanya berdoa, ‘Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfak’, sedangkan yang satunya lagi berdoa ‘Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan hartanya.” (HR. Bukhari & Muslim)

Dari  hadits ini, kita tahu bahwa orang yang bersedekah akan didoakan oleh malaikat agar Allah memberikan ganti kepadanya. Nah, menafkahi keluarga dari yang hasil yang seseorang peroleh adalah sebuah bentuk sedekah. Hal ini telah Rasulullah jelaskan dalam sebuah hadits yang berbunyi, “Harta yang dikeluarkan sebagai makanan untukmu dinilai sebagai sedekah untukmu. Begitu pula makanan yang engkau beri pada anakmu, itu pun dinilai sedekah. Begitu juga makanan yang engkau beri pada istrimu, itu pun bernilai sedekah untukmu. Juga makanan yang engkau beri pada pembantumu, itu juga termasuk sedekah” (HR. Ahmad)

Sekarang coba kita perhatikan, sebuah keluarga bisa mengonsumsi makanan yang bergizi, bisa mengenakan pakaian yang pantas, anak-anak bisa bersekolah di tempat terbaik, kesehatan keluarga terjamin, dan semua kebutuhan hidup tercukupi. Berapa banyak uang yang telah seorang kepala keluarga keluarkan untuk semua hal tersebut? Tentu jumlahnya tidak sedikit, bukan? Nah, sekarang kita tinggal bayangkan saja apa balasan yang telah Allah siapkan untuk menggantikan seluruh uang yang telah habis digunakan keluarganya? Ma syaa Allah, betapa Allah Maha Pemurah lagi Maha Kaya.

Mencari Nafkah Berarti Menghalangi Diri dari Api Neraka

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,

“Ada seorang ibu bersama dua putrinya menemuiku meminta makanan, akan tetapi ia tidak mendapati sedikit makanan pun yang ada padaku kecuali sebutir kurma. Maka aku pun memberikan kurma tersebut kepadanya, lalu ia membagi sebutir kurma tersebut untuk kedua putrinya, dan ia tidak makan kurma itu sedikit pun. Setelah itu ibu itu berdiri dan pergi keluar. Lalu masuklah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka aku pun mengabarkannya tentang ini, lantas beliau bersabda,

“Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuan lalu ia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ingat, Setiap Kepala akan Dimintai Pertanggungjawaban

Dari Anas bin Malik, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Allah akan bertanya pada setiap pemimpin atas apa yang ia pimpin” (HR. Tirmidzi)

Di akhirat nanti, seorang kepala keluarga akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah, apakah benar selama ia memimpin, ia sudah benar-benar memperhatikan keluarganya atau menelantarkannya. Jika ia benar-benar mengurus keluarganya dengan sangat baik dan sesuai dengan yang Rasulullah ajarkan, maka ia semua yang telah ia kerjakan tersebut akan menghalanginya dari api neraka. Sebaliknya, jika ia menelantarkannya, maka tiada penghalang antara dia dan keburukan hari akhir.

Begitu berat beban seorang kepala keluarga yang juga berperan sebagai pahlawan nafkah. Namun, semua perjuangannya akan Allah balas dengan kebaikan yang tiada tara. Sekarang tugas kita sebagai anggota keluarga yang dinafkahi adalah mendoakan kebaikan, keselamatan, keberkahan, dan keamanan bagi ia, pahlawan nafkah keluarga kita. Dan jangan lupa, ketika ia pulang dari dunia luar mencari sesuap nasi untuk keluarga kita sambut dengan senyuman manis dan ucapan lembut, “Terima kasih, Pahlawan keluarga. Semoga lelahmu berkah.”

Penulis,
(DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL