Oleh: Nur Faridah
Manusia adalah makhluk yang labil. Pada satu waktu ia berbuat baik, pada waktu lain berbuat buruk. Suatu saat ia ingat, pada saat lain lupa. Pada satu waktu ia benar, pada waktu lain salah. Di sinilah pentingnya nasihat dan saran untuk mengingatkan. Melalui nasihat, orang salah menjadi benar, orang baik menjadi lebih baik, orang lupa menjadi ingat, dan seterusnya.
Sebuah keburukan bukan untuk dilanjutkan, apalagi sampai menjadi budaya, melainkan diperbaiki. Hal tersebut perlu nasihat dan peringatan. Pengetahuan manusia terbatas, tak bisa menjangkau segala hal. Ia perlu mendengarkan nasihat orang lain karena terkadang Allah memberikan petunjuk kepadanya melalui nasihat orang lain.
Dalam Alquran, Allah mengatakan bahwa di atas setiap orang yang tahu, ada orang yang lebih tahu lagi (QS Yusuf [12]: 76). Artinya, manusia jangan pernah merasa paling benar dan mengklaim tak pernah salah. Manusia pasti ada salahnya. Di situlah ia perlu nasihat, lalu diterima untuk memperbaiki diri.
Nasihat yang baik sangat penting, selain sebagai koreksi dan evaluasi atas apa yang manusia ucapkan dan lakukan, juga sebagai pertimbangan sebelum melakukan sesuatu. Orang yang anti terhadap nasihat yang baik sejatinya adalah orang sombong dan bebal. Merasa diri paling benar, sementara yang lain salah, lalu meremehkan bahkan melecehkan. Nabi mengatakan, sombong adalah melawan dan mengingkari kebenaran serta merendahkan orang lain (HR al-Bukhari).
Nasihat bisa datang dari apa pun atau siapa pun yang punya pengetahuan lebih. Paling penting dan utama adalah nasihat agama (Islam). Kata Nabi, agama adalah nasihat (HR al-Bukhari). Islam adalah penunjuk dan penuntun manusia untuk meraih kebahagiaan lahir batin, dunia, dan akhirat sehingga ia penuh dengan nasihat-nasihat bijak dan baik. Para nabi dan rasul Allah dalam Alquran disebutkan adalah para pemberi nasihat kepada kaumnya berdasarkan wahyu Allah.
Nabi Hud, misalnya, mengatakan, Aku menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku dan pemberi nasihat yang tepercaya kepada kamu. (QS al-A’raf [7]: 68). Nabi Nuh mengatakan, Aku menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, memberi nasihat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS al-A’raf [7]: 62). Nabi Syuaib mengatakan, Aku menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, memberi nasihat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS al- A’raf [7]: 93).
Nasihat baik yang kita sampaikan kepada orang lain akan menjadi investasi kebaikan kita, baik di dunia maupun di akhirat. Nabi mengatakan, Sampaikan dariku walaupun hanya satu ayat. (HR al-Bukhari). Tanpa nasihat, seseorang tidak akan terkontrol sehingga bisa menabrak apa pun. Ia juga akan menjadi liar tak terkendali hingga akhirnya bisa melahirkan kerusakan dan kerugian tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga orang lain.
Hidup tanpa nasihat akan membuat kita tetap berjalan di tempat, stagnan. Kreativitas kita akan terangsang manakala kita sering mendengar dan menerima nasihat yang positif. Kita akan menjadi kaya inisiatif ketika kita banyak berdialog, berdiskusi, dan saling bertukar nasihat. Tak ada manusia yang sempurna. Oleh karena itu, manusia perlu peran orang lain dalam kehidupan hingga ia bisa meniti jalan ke tujuannya dengan baik dan selamat.
Dengan nasihat, kekurangan manusia menjadi tertambal. Dengan nasihat juga, kelebihan seseorang takkan membuatnya berubah menjadi sombong. Dengan nasihat juga, ia akan menjadi lebih bijak, rendah hati, dan peduli, serta menyayangi sesama. Allah menegaskan, Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS al-‘Ashr [103]: 2-3).
Wallahu a’lam.
Cr: Republika