fbpx

Istighfar

 

 “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan membanyakkan harta dan anak-anakmu. Dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh ayat 10-12).

Istighfar merupakan sebuah tindakan meminta dan memohon ampunan dari seorang hamba kepada Allah. Seorang hamba yang memohon ampunan kepada Allah berarti dia menyadari dan mengetahui bahwa dirinya telah berbuat kesalahan, berdosa dan yang dapat mengampuninya hanyalah Allah semata. Beristighfar tidak hanya cukup dengan melafazkan kalimat, astaghfirullah hal adzim yang mengandung arti, “aku memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung” saja, tetapi juga harus dibarengi dengan niat dan bukti untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik dan tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama.

Istighfar erat kaitannya dengan taubat karena setelah seseorang memohon ampunan dari Allah sudah sepantasnya ia bertaubat dengan taubat yang sesungguhnya. Ketika kita sudah beristighfar namun di lain waktu masih melakukan perbuatannya yang sama, maka ia hanya bermain-main dengan istighfarnya.

Rasulullah sendiri mengatakan bahwa ia biasa beristighfar sebanyak tujuh puluh kali setiap hari. “Demi Allah, aku sungguh beristighfar pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari)

Dalam hadits lain dikatakan, “Ketika hatiku malas, aku beristighfar pada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali.” (HR. Muslim).

Rasulullah sebagai satu-satunya manusia yang Allah jaga perilaku dan ucapannya serta telah Allah jamin sebuah surga untuknya saja masih mengamalkan istighfar setiap hari dalam jumlah yang banyak. Bagaimana dengan kita?

Ada banyak dalil, baik yang bersumber dari Al-Qur’an maupun Al-Hadits yang menyuruh umat Islam untuk banyak mengamalkan istighfar. Anjuran ini didasari oleh betapa besarnya fadhillah yang terdapat dalam amalan beristighfar.

Dalam surah Nuh ayat 10-12, Alah menjelaskan bahwa, “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan membanyakkan harta dan anak-anakmu. Dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”

Dari dalil tersebut, kita mengetahui bahwa beristighfar kepada Allah akan menderaskan rezeki untuk kita. Dalam redaksi ayat tersebut, beristighfar kepada Allah dapat menjadi perantara Allah menurunkan hujan, rezeki yang berlimpah, memberikan keturunan, kebun (yang bisa kita artikan sebagai hasil pertanian dan perkebunan yang melimpah), dan sungai (yang bisa diartikan dengan melimpahnya hasil Budi dayabikan dan hasil laut lainnya termasuk tambang). Tidak hanya itu, rezeki yang bisa kita dapatkan dengan Istiqomah beristighfar kepada Allah bisa berupa keluarga yang rukun, anak-anak yang sholeh, kesehatan yang paripurna untuk seluruh anggota keluarga, segala urusan menjadi lancar, pekerjaan dan sekolah Allah mudahkan prosesnya serta segala bentuk kemudahan hidup yang kita alami.

Amirul Mukminin Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu  berpegang pada firman Allah ini ketika beliau memohon hujan dari Allah Ta’ala.

Mutharif meriwayatkan dari Asy-Sya’bi : “Bahwasanya Umar Radhiyallahu ‘anhu keluar untuk memohon hujan bersama orang banyak. Dan beliau tidak lebih dari mengucapkan istighfar (memohon ampun kepada Allah) lalu beliau pulang. Maka seseorang bertanya kepadanya, ‘Aku tidak mendengar Anda memohon hujan’. Maka ia menjawab, ‘Aku memohon diturunkannya hujan dengan majadih (bintang yang menjadi pertanda bahwa hujan akan turun) langit yang dengannya (dengan fadhillah ayat ini)  diharapkan bakal turun hujan. Lalu beliau membaca surah Nuh  ayat 10-11.

Dalam riwayat lain juga diceritakan mengenai fadhillah beristighfar.

Imam Al-Qurthubi menyebutkan dari Ibnu Shabih, bahwasanya ia berkata,

Ada seorang laki-laki mengadu kepada Al-Hasan Al-Bashri tentang kegersangan (bumi).

Maka beliau berkata kepadanya, “Beristighfarlah kepada Allah!”

Yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan.

Maka beliau berkata kepadanya, “Beristighfarlah kepada Allah!”

Yang lain lagi berkata kepadanya, “Doakanlah (aku) kepada Allah, agar Ia memberiku anak!”

Maka beliau mengatakan kepadanya, “Beristighfarlah kepada Allah!”

Dan yang lain lagi mengadu kepadanya tentang kekeringan kebunnya.

Maka beliau mengatakan (pula) kepadanya, “Beristighfarlah kepada Allah!”

Saya teringat ada seseorang bercerita dan kisah ini based on true story. Di sebuah perkampungan, tinggallah seorang ibu dan anaknya yang sedang sakit parah. Mereka hanya tinggal berdua saja dengan kondisi ekonomi yang kekurangan. Sebagai orangtua, si ibu telah berupaya membawa anaknya ke berbagai fasilitas kesehatan dan hanya mendapatkan satu jawaban yang membuat hatinya sedih, “Bu, di daerah ini tak ada dokter yang mampu mengobati anak ibu. Pergilah ke pusat kota dan temuilah seorang dokter bernama dokter Fulan. Beliau ahli di bidang penyakit yang anak ibu derita.”

Tentu saja ia sedih karena ia tak punya uang untuk membawa anaknya berobat ke pusat kota. Akhirnya ia kembali ke rumah dan merawat anaknya semampunya dan memberikan yang terbaik yang bisa ia usahakan. Ia menjalani hari-harinya merawat sang anak sambil beristighfar.

Di tempat lain, ada seorang dokter yang ditugaskan untuk mengikuti sebuah kegiatan di luar kota. Ia berangkat menuju tempat tujuan dengan menaiki sebuah pesawat. Karena cuacanya buruk, pesawat itu harus mendarat darurat di daerah lain sebelum sampai di tempat tujuan utama. Akhirnya si dokter itu memutuskan untuk melanjutkan perjalanan melalui jalur darat. Lagi-lagi perjalanannya harus terhambat karena cuaca semakin memburuk dan memaksanya untuk berteduh di sebuah kampung. Ia berjalan menghampiri sebuah rumah. Niatnya ia hendak berteduh sampai cuaca kembali normal.

Si pemilik rumah pun mempersilakan dokter itu masuk dan bermalam di rumahnya. Sambil mengisi waktu, mereka berbincang saling memperkenalkan diri hingga dokter itu menanyakan keberadaan anak dari si pemilik rumah karena ia tak melihat anaknya di rumah itu. Si ibu pemilik rumah menjelaskan bahwa anaknya sedang sakit dan ada di dalam kamar. Ibu itu pun menjelaskan perihal penyakit yang diderita anaknya dan menceritakan bahwa ia sebenarnya disuruh pergi ke pusat kita untuk menemui dokter Fulan karena dokter itu merupakan spesialis penyakit yang diderita anaknya namun ia tak memiliki cukup uang untuk pergi menemui dan berobat ke dokter itu.

Allahu Akbar. Bu, sayalah dokter itu. Ma syaa Allah. Ternyata ini hikmah dari cuaca buruk yang membuat perjalanan saya tertunda hari ini. Allah ingin menunjukkan kepada saya bahwa ada orang yang membutuhkan pertolongan saya. Allah gerakkan hati saya untuk berteduh di rumah ibu dan kita dipertemukan oleh Allah di sini. Bu, besok pagi kita akan ke rumah sakit terdekat untuk memeriksakan keadaan anak ibu. Baru setelah itu saya akan mengoperasi anak ibu. In syaa Allah,” seru dokter itu sambil menahan haru.

Selidik punya selidik, ternyata ibu itu memiliki amalan yang sangat utama, yaitu istiqomah dalam beristighfar. Dengan perantara istighfar itu, Allah membukakan jalan keluar yang tidak pernah disangka oleh ibu itu. Bahkan ibu itu tak perlu mengeluarkan biaya sedikit pun untuk mengobati anaknya. Dokter itu sendiri yang Allah gerakkan untuk mendatanginya.

***

Allah berfirman dalam surah Yasin ayat 19 yang artinya, Utusan-utusan itu berkata: “Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas”.

Dari firman tersebut, Allah memperingatkan kita bahwa salah satu penyebab musibah hadir dalam hidup kita adalah karena sikap kita yang melampaui batas. Terlalu banyak kita memaklumi dan membiarkan perbuatan dosa yang kita ataupun lingkungan di sekitar kita perbuat. Allah menegur kita dengan cara mendatangkan musibah. Kemudian musibah itu datang bertubi-tubi silih berganti, menandakan kita tak kunjung menyadari kesalahan dan jauh dari niat bertaubat.

Lantas tibalah kita pada titik jenuh dengan musibah yang datang tiada ampun menghantam pertahanan kita. Kita mulai mencari Allah padahal Allah tak pernah meninggalkan kita, justru kita yang melupakanNya. Mulailah kita menyesali keadaan hingga akhirnya terucap kalimat,

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ

“Aku memohon ampun kepada Allah. Yang tidak ada ilah kecuali Dia yang Maha Hidup lagi terus menerus Mengurus makhluknya. Dan aku bertaubat kepada-Nya”

Setelah itu,  kita perlahan memperbaiki diri dan keadaan. Mengintrospeksi diri atas segala kesalahan yang pernah diperbuat. Kita bertaubat dengan sesungguhnya taubat. Menghindarkan diri dari sesuatu yang berpotensi dapat memancing kita melakukan kesalahan-kesalahan itu lagi.

Barulah, sebagai penyemangat dan hadiah untuk kita, Allah ganti musibah yang sempat berlalu lalang di kehidupan kita dengan banyak kebaikan. Rezeki yang sempat surut, Allah deraskan kembali. Langit kehidupan kita yang sempat mendung, Allah ganti dengan berjuta warna pelangi yang ceria. Badai itu telah berlalu. Muram itu berganti ceria karena kita sudah mendapat ampunan.

Pembaca yang budiman, setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda. Setiap orang juga memiliki kesanggupan yang berbeda dalam keistiqomahan beribadah. Seperti kata Ibnu Rajab, “Jika kita  tak mampu bersaing dengan para shalihin dalam ibadahnya, berlombalah dengan para pendosa dalam istighfarnya.” Ada banyak amalan yang mampir mengantarkan kita ke surga dan meraih ridho Allah. Yang paling ringan adalah beristighfar memohon ampun kepada Allah karena sebagai manusia biasa kita tidak luput dari kesalahan.

Namun, yang wajib diingat dan diperhatikan adalah jangan sampai niat kita beristighfar hanya untuk mendapatkan kekayaan saja. Ingat, manusia akan mendapatkan apa yang ia niatkan dan harapkan. Ketika kita melakukan ibadah hanya karena menginginkan rezeki yang berlimpah, maka Allah hanya akan menurunkan rezeki baginya tanpa disertai ridho Allah. Apapun ibadahnya harus diniatkan karena ingin mendapatkan ridho Allah. Kalau sudah benar niat kita, maka Allah akan turunkan dua hal bagi kita, yakni ridho Allah dan Allah akan mengabulkan apapun yang kita minta. Ma syaa Allah.

Penulis,
(DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL