fbpx

Hanya kepada Allah Kusandarkan Hidupku

“Dan hanya kepada Tuhanmulah (Allah SWT) hendaknya kamu berharap”. (QS. Al Insyirah: 8)

Pernahkah kita mendengarkan ungkapan, ‘jika tak ada dinding untuk bersandar, akan selalu ada lantai untuk bersujud?’ Tentu kalimat tersebut populer menjadi meme di berbagai media sosial. Kalimat itu menjelaskan bahwa apapun masalah dan urusannya, mengadulah hanya kepada Allah lewat sujud. Kalimat itu pula mengatakan bahwa tak ada yang abadi selain Allah. Oleh karena itu, janganlah bersandar dan berharap selain kepada Allah. Ketika kita menyandarkan dan berharap kepada orang lain, pun itu adalah sahabat terbaik kita, ada masanya kita akan dikecewakan dengan persahabatan itu karena Allah tidak mau hambaNya menaruh harapan dan bersandar selain kepadanya. Allah sengaja membuat kita kecewa atau sakit hati ketika kita sudah terlalu jauh menyandarkan urusan hidup kita kepada sesama manusia.

Seharusnya kita menyadari bahwa segala sesuatu yang asalnya dari Allah, akan kembali kepada Allah. Keluarga, sahabat, teman, kolega, suatu saat akan kembali kepada Allah. Ketika kita terlalu bergantung, berharap, bahkan menyandarkan hidup kepada mereka, kita akan kehilangan arah dan tak tahu apa yang harus dilakukan saat mereka berpulang atau mengecewakan kita karena sikap yang tak berkenan di hati. Pun halnya dengan masalah dan kehidupan. Keduanya adalah berasal dan milik Allah yang suatu saat akan kembali kepada Allah. Maka sudah sepatutnyalah kita mengembalikan semua urusan hidup ini kepada Allah.

Tak ada yang mengalahkan kekuatan, kekuasaan, dan kekayaan Allah. Allah-lah Zat yang Maha Besar. Bagi Allah, semua yang terjadi di alam semesta dan dianggap sangat rumit oleh hambaNya hanyalah persoalan yang sangat sepele. Dengan segala kekuasaan, kekuatan, kebesaran, kemuliaan, dan kekayaan yang Allah miliki, Dia tak membutuhkan apapun. Sebaliknya, kitalah, hambaNya yang sangat lemah inilah yang sangat membutuhkan Allah untuk hadir dalam hidup kita. Sebagaimana Allah berfirman dalam surah Al-Fathir ayat 15, “Hai manusia, kamulah yang membutuhkan Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.”

Menyandarkan diri dan hidup hanya kepada Allah dapat membuat perasaan tenang dan aman. Mengapa? Karena kita menyandarkan semua masalah pelik kita kepada Allah yang Maha Besar. Di mata Allah, semua persoalan begitu sepele dan sangat mudah diselesaikan. Bagi Allah, tak ada yang melebihi kebesaran Allah. Dengan selalu menghadirkan, melibatkan, dan menyandarkan, dan mengandalkan Allah, seluruh masalah kita yang rumit itu akan terlihat begitu sepele. Allah sendiri yang mengatakan bahwa kesulitan selalu datang bersama dengan solusinya. Allah mengatakan itu sebanyak dua kali berturut-turut dalam surah Al-Insyiroh ayat 5 dan 6 sebagai bentuk penegasan bahwa hambaNya tidak boleh memusingkan persoalan yang ada karena jalan keluarnya sudah Allah siapkan. Tugas kita hanyalah terus melibatkan Allah dalam setiap langkah.

Berbeda halnya ketika kita mengandalkan orang lain untuk kita jadikan sandaran hidup. Mereka juga manusia seperti kita yang tak luput dari kesalahan, kekurangan, dan masalahnya sendiri. Adakalanya masalah itu hadir bersamaan dengan masalah yang sedang merundung kita. Tak jarang, karena letih atau bingung bagaimana menghadapi masalahnya sendiri ditambahkan harus menenangkan dan memberikan solusi untuk kita, keluarlah sikap, sifat, dan perkataan yang tak mengenakkan di hati.

Kita tidak dilarang bertukar pikiran dengan seseorang yang kita percaya. Namun, janganlah kita meletakkan kepercayaan, keyakinan, harapan, dan sandaran itu secara berlebihan. Selain itu, jangan pula meletakkan kepercayaan pada orang yang munafik. Salah menaruh kepercayaan akan membuat kita justru jatuh dalam keterpurukan. Bukankah salah satu ciri orang yang munafik adalah ketika ia dipercaya, ia akan mengkhianatinya? Bukan hal yang mustahil, bukan, ketika kita menumpahkan isi hati kita tentang sesuatu, di kain hari ia akan mengumbar rahasia itu ke ranah publik? Semoga kita senantiasa Allah jaga dari orang-orang munafik seperti itu.

Carilah orang yang mengerti, memahami, dan mengamalkan ilmu agama untuk kau jadikan teman bertukar pikiran. Orang yang amanah ini akan memberimu saran-saran yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dia tak akan menjauhkanmu dari agama. Sebaliknya, ia akan selalu mendorongmu untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Pun ketika ia kita mintai sebuah solusi, jalan keluar yang ia berikan pun tidak akan bertentangan dengan perintah Allah.

Ikhtiar bertukar pikiran dengan orang yang amanah tersebut adalah salah satu upaya kita untuk mendekatkan diri kepada Allah karena yang dikatakannya tidak bertentangan dengan Allah. Bisa jadi Allah menolong kita lewat solusii yang dia berikan. Sama halnya ketika kita sakit. Apakah kita akan memasrahkan diri begitu saja kepada Allah tanpa berusaha mengobatinya? Tentu tidak, bukan. Kita tetap menaruh harapan agar lekas sembuh hanya kepada Allah. Namun, cara agar Allah mau menyembuhkan kita adalah dengan jalan mengobati penyakit tersebut lewat obat-obatan yang diresepkan oleh seorang dokter. Bukankah Allah tidak mengubah suatu kaum sebelum kaum itu kau berusaha sendiri mengubahnya?

Menyandarkan diri dan berharap hanya kepada Allah tak akan membuat kita kecewa. Kuncinya adalah benar-benar memasrahkan diri kepada Allah setelah kita berikhtiar semaksimal mungkin untuk berusaha membereskan masalah atau hal lainnya. Selain itu, untuk menyandarkan diri hanya kepada Allah dengan penuh, kita harus mempercayai dan meyakini Allah sepenuhnya. Percaya bahwa setelah ikhtiar semaksimal mungkin, maka apapun keputusan Allah adalah yang terbaik untuk kita. Kita wajib meyakini bahwa Allah telah memberikan yang terbaik untuk kita pun ketika ketetapan tersebut bukanlah apa yang kita inginkan. Wajib bagi kita untuk terus berbaik sangka dan menerimanya dengan lapang dada karena dengan keikhlasan, kita bisa merasa tenang, nyaman, dan aman menyerahkan diri kepada Allah semata.

Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat Al Mu’min ayat 60 yang artinya, “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.

Ayat ini menegaskan bahwa tidak ada jalan lain untuk menyandarkan diri kepada Allah selain berdoa kepadaNya. Berdoa merupakan bentuk sebuah penghambaan diri, penyerahan total, dan pengakuan tak terbantahkan dari seorang hamba tentang keagungan, keesaan, kekuatan, kekuasaan, dan kebesaran Allah terhadap hidupnya. Dengan berdoa, ia mencurahkan, mengadukan, bermanja kepada Allah tentang kepelikan hidup dan keinginan hajatnya.

Sebaliknya, orang yang enggan berdoa adalah mereka yang sombong dan tak mempercayakan dirinya kepada Allah. Ia meyakini bahwa segala sesuatu dalam hidupnya adalah karena usahanya sendiri dan ia merasa mampu mengatasi semua hal. Mereka sombong padahal satu-satunya Zat yang boleh menyombongkan diri hanyalah Allah. Allah memurkai mereka yang enggan berdoa kepada Allah.

Sandarkanlah semua beban hidupmu hanya kepada Allah. Curahkanlah semua gundah gulanamu hanya kepada Dia yang Maha Mengetahui segala isi hatimu. Memintakan hanya kepada Zat yang Maha Kaya, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Pahamilah bahwa jarak antara musibah dengan jalan keluar hanya sedekat kening dan sajadah tempat bersujud.

Penulis,
(Dessy Husnul Q)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL