‘Menembus Batas, Menebar Manfaat’, Itu adalah salah satu tujuan Ibnu Ruman Center (IRC). IRC adalah lembaga nirlaba yang bergerak untuk mensejahterakan masyarakat yang merepresentasikan pengembangan dan perpaduan antara kedokteran barat dan kedokteran timur, di mana kedokteran barat menitikberatkan pada pengobatan gejala, sedangkan pengobatan timur menitikberatkan pada perbaikan dan optimalisasi kerja organ.
IRC mengedepankan akupresur (totokan terhadap titik refleksi) sebagai bagian terapi yang utama. Di samping itu, IRC juga mengembangkan pengobatan perpaduan antara cara nabi atau bekam, akupuntur, terapi lintah, terapi sangat lebah, terapi suhu dan kiropatik sebagai solusi pemulihan kesehatan pasien. Adapun obat herbal ataupun obat sintetik hanya dijadikan sebagai alternatif terakhir menanggulangi masalah kesehatan pada pasien. Lebih gamblangnya, misi IRC itu sendiri yaitu mencerdaskan dan mendidik masyarakat agar meminimalisasi penggunaan obat kimiawi dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan. Selain mendapatkan pelayanan yang ramah dan bersahabat serta ditangani oleh terapis yang ahli, profesional dan berpengalama, berobat di IRC tidak dipungut biaya satu peserpun.
“Dari bulan Januari – Juni 2017, IRC sudah menangani hampir 16.000 pasien. Bahkan tahun lalu, total pasien yang berobat di Ibnu Ruman Center itu ada 26.299 jiwa,” ujar Nasrul Jatnika selaku Pakar Akupresure sekaligus Direktur Ibnu Ruman Center saat Launching Pendidikan dan Pelatihan Terapis Ibnu Ruman Center, (15/7/2017), di Antapani, Bandung yang bekerja sama dengan Mandiri Amal Insani (MAI) Foundation.
Sebanyak 10 orang yang berasal dari berbagai profesi seperti mahasiswa, perawat, penghafal Al Quran serta berasal dari Jawa Barat, Padang dan Tangerang turut menjadi peserta pendidikan dan pelatihan terapis yang mengambil tema Mencetak Generasi Terapis yang Bertakwa, Berkarakter, Professional, Mandiri, Berjiwa Sosial yang Tinggi guna Mensejahterakan Masyarakat. Dalam menangani pasien, Nasrul berkomitmen untuk menebar manfaat di berbagai golongan. Tak hanya Muslim, bahkan dari Non Muslim pun pernah diobati oleh IRC.
Mengenai pendidikan dan pelatihan terapis, Nasrul menjelaskan bahwa selama 2 minggu, peserta akan mendapat materi, lalu 2 minggu berikutnya peserta akan langsung praktek. Peserta juga akan diminta magang selama 6 bulan agar dapat memaksimalkan materi yang telah didapatkan saat pendidikan.
“Dan saya ucapkan terima kasih kepada MAI Foundation yang telah memberikan support untuk berlangsungnya kegiatan ini,” ungkap Nasrul lagi.
Mengenai Program Pesantren Terapis, Abung Sewaka selaku Pengurus MAI Foundation berpesan agar peserta melakukan pelatihan secara sungguh-sungguh sehingga ilmu yang didapat itu bisa diaplikasikan setelahnya untuk kesejahteraan dan menolong kaum dhuafa.
“Saya berharap program dilanjutkan karena bagus dan bisa menolong orang banyak,” tutur Iin Indarti (40 tahun) asal Bandung, salah satu peserta Pendidikan dan Pelatihan Terapis. (MAI Foundation/Riana)