fbpx

Birrul Walidain

Akhir-akhir ini media ramai dengan pemberitaan seorang anak yang menggugat orangtua kandungnya ke pengadilan. Kasus ini tidak sekali dua kali terjadi di negeri ini. Ujung pangkal masalahnya tak lain adalah harta. Anak yang menggugat orangtua kandungnya merasa tak terima dengan pembagian harta atau sejenisnya. Menyimak kasus-kasus seperti ini saya jadi terbayang sebuah peribahasa lama, air susu dibalas dengan air tuba.

Islam sangat memperhatikan hubungan antara anak dan orangtuanya. Bahkan Islam memposisikan berbakti kepada ornagtua lebih baik dari pergi berjihad.

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata. Aku pernah tanyakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling dicintai Allah?’ Beliau menjawab, ‘Shalat pada waktunya.’ ‘Lalu apa lagi?’ Tanyaku. Beliau menjawab, ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Lebih lanjut, kutanyakan, ‘Lalu apa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Jihad di jalan Allah.’” [Muttafaq ‘alaih]

Pernah suatu hari seorang pemuda menghampiri Rasulullah dan menyatakan ingin ikut berjihad bersama Rasulullah. Kemudia Rasulullah bertanya apakah ia masih memiliki orangtua. Pemuda itu mengatakan bahwa ia masih memiliki orangtua. Lantas Rasulullah memerintahkan pemuda itu pulang dan memperlakukan kedua orangtuanya dengan baik

Saya pernah membaca sebuah ungkapan, bahwa selama ibu kita masih bernafas, selama itu pula hidup kita akan baik-baik saja. Hal ini menandakan bahwa seorang anak, betapapun usianya sudah menginjak dewasa, ia akan tetap dipandang sebagai seorang anak kecil bagi orangtuanya. Orangtua akan terus memperlakukan anaknya dengan kasih sayang dan kelembutan yang sama seperti mereka memperlakukan anaknya ketika masih bayi. Orangtua tidak akan pernah lupa dan surut mendoakan kebaikan bagi anaknya.

Selama orangtua, terutama ibu, masih mendoakan kita, selama itu pula doa-doanya akan terus menjaga kita karena salah satu doa yang tak tertolak adalah doa seorang ibu. Sebagaimana dengan doa, ucapan seorang ibu bak dua mata pisau yang sama tajamnya. Ucapan seorang ibu akan naik ke lauhul mahfudz tak terhijab apapun dan akan Allah kabulkan langsung. Maka, berhati-hatilah menjaga hati ibu kita.

Tentu kita semua sudah mengenal imam Masjidil Haram  Syeikh Abdurrahman bin Abdul Aziz As-Sudais. Keindahan suaranya sering kita dengarkan saat ia melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an.  Tak hanya itu, ia pun memegang jabatan yang sangat tinggi, setara dengan menteri di kerajaan Arab Saudi, Kepala Dua Tanah Suci, Makkah AlMukarramah dan Madinah Al-Munawarah. Semua kemuliaan yang ia raih ternyata buah dari kutukan tak terperikan dari ibundanya ketika sang imam masih kecil.

Sudais kecil pernah menaburkan tanah ke hidangan yang telah ibundanya sajikan untuk para tamu. Sontak, ibunya berkata dengan marahnya, “idzhab ja’alakallahu imaaman lil haramain (pergi kamu, biar kamu jadi Imam di Haramain)”. Ucapannya langsung naik dan Allah mengabulkannya. Maka Sudais kecil menjelma menjadi seorang imam Masjidil Hatim yang snagat disegani di seluruh penjuru dunia.

Dari kisah ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa kita benar-benar harus menjaga hati orangtua kita. Jangan sampai keluar kata-kata yutidak baik yang pada akhirnya akan berdampak buruk bagi kehidupan kita. Kita tidak bisa berlindung di balik kalimat, “Makanya, jaga emosi biar ngga keluar kata-kata buruk”. Oh konsepnya tidak seperti itu, Saudaraku. Kita tak pernah tahu sedang bagaimana keadaan perasaan dan pikiran ornagtua kita. Kita juga tak pernah tau apa saja masalah yang sedang dihadapi oleh keduanya. Pun kita  tak pernah mengerti bagaimana keduanya letih dan lelah setelah seharian berkutat dengan dunia luar untuk menghidupi kita. Namun kita bisa menahan dan mengusahakan agar diri ini bersikap sebaik dan semanis mungkin kepada keduanya.

Allah berfirman dalam surah al-Isra ayat 23-24 yang artinya, “Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’”

Dari ayat tersebut harusnya kita bisa memahami bahwa kita sebagai anak jangan sampai mengatakan kata-kata dan perbuatan kasar kepada orangtua kita. Ayat tersebut memperingatkan kita untuk jangan sampai kita mengatakan “ah” kepada keduanya. Kata “ah” biasa keluar dari mulut seseorang ketika hendak mengeluhkan sesuatu. Nah, kalau kita saja dilarang untuk mengeluhkan sesuatu yang ada pada orangtua kita, bagaimana mungkin kita diperbolehkan mengatakan sesuatu yang jauh lebih menyakitkan kepada keduanya?

Kewajiban bakti seorang anak kepada kedua orangtuanya tidak akan pernah gugur meskipun keduanya  berbeda agama dengan anaknya. Saking tingginya posisi kedua orangtua di mata Allah, Allah tetap menyuruh berbuat baik dan memperlakukan keduanya dengan penuh kasih sayang dan rasa hormat sekalipun keduanya berbeda agama. Selama perintah dan nasihat yang keduanya berikan baik dan tidak bertentangan dengan agama Islam, seorang anak juga wajib mematuhinya.

Perintah Allah ini Rasulullah jelaskan dalam haditsnya yang berbunyi, “Wahai Rasulullah, ibuku datang kepadaku namun masih enggan masuk Islam, apakah saya tetap menyambung hubungan dengannya? Rasul bersabda, “Iya sambunglah hubungan (silaturrahim dengannya). (HR. Bukhari, Muslim,Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Hibban).

Berbakti dan mengabdi kepada orangtua bukanlah sebuah perkara sia-sia dan hanya bertujuan untuk membahagiakan dan balas Budi kepada keduanya saja, tetapi juga Allah siapkan banyak Fadhilah bagi mereka yang sanggup merajakan kedua orangtuanya. Hal ini Allah janjikan karena Allah akan teru menguji kesungguhan si anak dalam berbakti kepada ayah bundanya.

Birrul walidain merupakan amalan yang paling utama dan yang paling Allah sukai setelah mendirikan solat. Orang yang mampu mengamalkan perbuatan mulia ini akan Allah berikan banyak kebaikan. Di antaranya adalah Allah akan memanjangkan umur dan memudahkan rezeki anak yang berbakti, ridho Allah terletak pada ridho orangtua, Allah akan senantiasa mengabulkan doa-doa anak yang berbakti, taubatnya diterima Allah, termasuk jihad fii Sabilillah.

Birruk walidain tentunya tidak terbatas hanya kepada kedua orangtua kandung, tetapi juga kepada siapa saja yang usianya lebih tua dari si anak. Kakak, paman, bibi, kakek, nenek, dan siapa saja yang lebih tua, wajib hukumnya kita hormati. Menghormati orang lain yang lebih tua dari kita adalah adab dasar serta terpuji dalam kehidupan bermasyarakat. Percuma jika kita sangat menghormati kedua orangtua, namun sikap yang berbanding terbalik ketika kita berhadapan dengan orang lain. Atau sebaliknya, kita sangat ramah dalam bertutur kata dengan orang lain namun begitu menghadapi orangtua sendiri, perkataan yang kasarlah yang keluar dari mulut kita. Nauzubillah min dzalik.

Salah Satu Birrul Walidain

Orangtua tidak pernah perhitungan ketika mengeluarkan uang untuk membesarkan kita sebagai anaknya. Pun orangtua juga tak pernah meminta anak-anaknya mengembalikan semua uang, tenaga, pikiran, waktu yang telah mereka curahkan selama mengurusi kita. Mereka tak pernah meminta kembali apa yang telah mereka usahakan. Ketika mereka tak memiliki apa yang diminta anaknya, dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh akan mereka upaya kan agar ada untuk anaknya. Mereka sungguh tak meminta apa apa kepada kecuali satu hal.  Mereka hanya meminta satu hal yang tak akan mengurangi harta, waktu, tenaga, dan pikiran anak-anak. Mereka hanya meminta doa. Doa anak-anaknya akan mengantarkan mereka ke surga; menjauhkan mereka dari api neraka.

Namun, sebagai anak, apakah hanya doa yang bisa kita berikan kepada orang tua kita sebagai balas Budi atas segala yang telah mereka upayakan hingga kita kini hidup serba berkecukupan? Tidak. Kita bisa memberikan fasilitas terbaik untuk kehidupan orangtua kita di akhirat nanti.  Bagaimana caranya?

Wakaf atas nama orangtua kita menjadi salah satu cara memberikan hadiah terbaik untuk mereka. Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, wakaf merupakan salah satu amalan sedekah yang pahalanya tak akan terputus selama apa yang diwakafkan terus bermanfaat bagi orang lain. Mengalirkan pahala yang terus menerus mengalir deras kepada orangtua menjadi sebuah amalan yang sangat terpuji yang bisa dilakukan oleh seorang anak dalam rangka birrul walidain.

Penulis,
DHQ

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL