fbpx

Benahi Paradigma Kebahagiaan Agar Bisa Meraihnya

 

Kebahagiaan adalah harapan yang selalu ada di hati setiap orang, sering kali diukur dengan mata dunia, diungkapkan dalam cahaya kekayaan dan berbagai anugerah yang membentuk kelimpahan. Setara dengan berbagai anugerah seperti kebangsawanan, kecantikan, kekayaan keluarga, dan anugerah Ilahi lainnya.

Tampaknya kebahagiaan adalah takdir yang tertulis di surga bagi sebagian orang. Orang juga sering percaya bahwa kekayaan materi adalah kunci kebahagiaan. Jadi mereka bekerja keras untuk mencapai kebahagiaan. Namun kenyataannya, banyak orang yang memiliki segala kekayaan namun merasa hidupnya kehilangan makna dan kepuasan. Harta benda dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan dalam hidup, namun tidak selalu menjamin kebahagiaan yang berkelanjutan.

Kebahagiaan sering kali diukur dalam istilah materialistis dan harus dilihat dari sudut pandang yang lebih dalam, bukan dibagi berdasarkan kepemilikan atau harta benda. Hakikat kebahagiaan yang sebenarnya mungkin terletak pada kemampuan kita menghadapi dan mengatasi permasalahan yang kita hadapi. Seperti kata pepatah, kebahagiaan bukan terletak pada seberapa banyak kekayaan yang dimiliki, namun pada sejauh mana seseorang mampu mengembangkan dirinya melalui tantangan.

Sebaliknya, orang bijak mampu mengatasi badai masalah dan meletakkan dasar yang kokoh bagi kebahagiaan. Mampu memandang kehidupan secara positif, menemukan makna dalam perjuangan, dan mengembangkan ketahanan mental adalah kunci menuju kebahagiaan sejati. Sebab sejatinya setiap permasalahan yang kita hadapi sebenarnya juga merupakan anugerah dari Tuhan, dan Dia Menakarnya sesuai dengan kemampuan kita dalam menghadapinya. Maka saat kita telah melewati ujian dan tantangan permasalahan itu, akan memahami potensi-potensi kekuatan, ketahanan, dan kemampuan diri yang DIA Berikan.

Kita sering terjebak dalam kebingungan membandingkan diri kita dengan orang lain, terutama dalam hal materi atau prestasi. Namun, banyak orang lupa bahwa kebahagiaan tidak hanya didasarkan pada kekayaan dan anugerah yang terlihat. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, kebahagiaan adalah hasil dari proses melewati setiap tantangan hidup.

Melihat kebahagiaan dari perspektif ini mengilhami pemahaman bahwa menghadapi masalah adalah tonggak sejarah dalam pertumbuhan pribadi dan perkembangan emosional. Dalam perjalanan hidup, permasalahan hanyalah buah dari perjalanan, bukan penghalang menuju kebahagiaan. Masalah merupakan bagian integral dari pengalaman, membangun karakter dan memperkaya ketahanan pribadi.

Penting untuk diingat bahwa kebahagiaan tidak dapat diukur dengan satu ukuran atau standar universal. Setiap orang mempunyai definisi dan pengalaman bahagia yang unik. Beberapa orang menemukan kegembiraan dalam pencapaian profesional, sementara yang lain merasakannya melalui hubungan/interaksi, aktivitas kreatif, atau pelayanan kepada orang lain.

Memiliki harta yang berlimpah tidak menjamin seseorang akan hidup tanpa beban. Mereka mungkin merasakan tekanan yang kuat, tanggung jawab yang berat, dan bahkan kesulitan emosional yang tersembunyi dari pandangan publik. Sebaliknya, mereka yang berkecukupan bisa menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan, berkat kearifan menghadapi permasalahan dan rasa syukur yang terpatri dalam jiwa.

Ketika kebahagiaan diukur dari kemampuan seseorang dalam menghadapi permasalahan, maka akan timbul kesadaran bahwa setiap orang mempunyai takdir dan cobaannya masing-masing. Melalui kesulitan, kita mempunyai kesempatan untuk tumbuh dan mengembangkan kekuatan batin kita. Kebahagiaan sejati bermula dari ketahanan batin yang dijalin melalui perjuangan dan tekad mengatasi rintangan.

Dalam Al-Qur’an Allah Azza Wajala berfirman: “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (Q.S. Al-Insyirah: 5-6). Begitu pula dengan hadits Rasulullah SAW yang mengajarkan: “Sungguh suatu mukjizat bagi seorang mukmin. Segala urusannya adalah baik baginya dan tidak menjadi milik siapa pun kecuali mukmin. Jika dia mendapat bahagia, maka dia bersyukur, itu bagus.” baginya; jika ia menemui kesulitan, ia bersabar, itu juga baik baginya” (HR. Muslim).

Oleh karena itu, tidak perlu merasa iri dengan harta atau pemberian orang lain. Setiap orang memiliki bebannya masing-masing, dan terkadang kekayaan atau ketenaran tidak membawa kebahagiaan sejati. Sebaliknya, fokuslah pada bagaimana kita dapat tumbuh sebagai individu, belajar dari pengalaman kita, dan hidup dengan rasa syukur.

Jangan heran jika seseorang kaya, terkenal, dan berkedudukan tinggi namun tidak bisa menemukan kebahagiaan. Dan tidak jarang kita menjumpai orang-orang yang dianggap miskin dan membutuhkan, namun mereka bisa dengan mudah menjalani hidup bahagia dalam kesehariannya.

Kebahagiaan sejati dicapai dengan menghadapi dan memahami permasalahan secara bijaksana. Dengan perspektif ini, kita dapat meletakkan landasan bagi kebahagiaan berkelanjutan dan menjauh dari paradigma bahwa kekayaan materi adalah satu-satunya pohon kebahagiaan. Kita akan menjadi orang-orang yang senantiasa bersyukur, tangguh dalam menjalani hidup, serta siap memaknai dan mengambil pelajaran dari setiap babak perjalanan hidup. Oleh karena itu hendaknya kita menjadi penikmat kebahagiaan abadi, sejalan dengan cita-cita surga. Insya’Allah.

 

Penulis: QodratSQ

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL