MAINews, Yogyakarta –Regenerasi Amil pada sebuah Negara Islam dan Lembaga Zakat sangat dibutuhkan untuk tetap terus menjaga going concern Negara dan Lembaga. Regenerasi tersebut dapat dilakukan dalam berbagai macam bentuk, salah satunya melalui gerakan Amil Goes To Campus. Oleh karena itu Forum Zakat Nasional, Forum Zakat Wilayah Yogyakarta, Kementerian Agama, Mandiri Amal Insani Foundation, Republika dan LAZNAS BSM bekerjasama dengan beberapa Kampus termasuk UGM melaui Fossei mengadakan “Amil Goes to Campus”. Acara perdana tersebut diadakan di Auditorium Prof Dr Sukadji Ranuwiharjo MM FEB Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, pada Senin, (23/4/2018).
Amil Goes to Campus merupakan salah satu program untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang Amil kepada mahasiswa di setiap kampus, sehingga mahasiswa mengetahui industri zakat untuk dijadikan sasaran berkarir pada saat pasca kampus. Sejumlah pakar dihadirkan untuk membahas tema keamilan kepada kurang lebih 230 peserta, diantaranya: Bambang Suherman (Ketua Umum Forum Zakat Nasional 2018-20121), Ifran Junaedi (Pimpinan Redaksi Harian Republika), Abdul Ghofur (Direktur MAI Foundation, Penulis buku Tiga Kunci Fundraising), Achmad Akbar Susamto, Ph. D (Ketua Korps Alumni FOSSEI, Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis Syariah FEB UGM), Rizki Okto Priansyah (Direktur LAZNAS BSM) serta keynote speech oleh H. Muhammad Fuad Nassar, S.Sos, M.Sc (Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementrian Agama Republik Indonesia).
Dalam paparannya, Fuad Nassar membahas mengenai regulasi ZISWAF di Indonesia. Ia menilai gerakan zakat memiliki posisi yang strategis dalam mengatasi permasalahan nilai-nilai manusia, sejalan tujuan bernegara dan hak asasi manusia. Karenanya, penting sekali membangun literasi dengan merangkul elemen tridharma perguruan tinggi.
“Jadi, bukan sekadar memperkaya wacana keilmuan tapi beresonansi menjangkau sisi nyata kemiskinan di tengah kekerasan structural yang terjadi,” kata Fuad.
Dalam paparannya, Fuad Nassar mengingatkan Indonesia akan menghadapi fenomena bonus demografi. Ia merasa, fenomena itu akan memberikan peluang peningkatan kualitas indeks literasi tentang zakat dan filantropi dan pembangunan infrastruktur sosial.
Fuad menekankan, pembangunan kehidupan bangsa memerlukan nafas panjang dan sikap pantang menyerah, demi memenuhi hak-hak orang yang membutuhkan. Untuk itu, kesadaran semua manusia kalau kita bersaudara dan harus saling tolong menolong dirasa perlu ditanamkan.
Melalui slogan ”volunteerisme”, Bambang Suherman memotivasi audiens untuk mewujudkan pemimpin perubahan sosial. Hal ini dapat dilakukan melalui action, inisiatif, dan model pengembangan filantrophi Islam salah satunya zakat. Selain itu, Rizki Okto Priansyah mengajak agar mengoptimalkan potensi dana zakat di Indonesia yang mencapai 217 triliun rupiah. Dengan angka kemiskinan di Indonesia per Maret 2017 sebanyak 27,77 juta jiwa, potensi zakat, infak, sedekah dan wakaf bisa mejadi penyeimbang perekonomian global.
Amil Goes To Campus menurut Abdul Ghofur merupakan sarana untuk zakat berkelanjutan. Mahasiswa kelak menjadi amil sebagai profesi kebanggaan yang utama, bukan profesi alternatif, terlebih profesi karena tidak ada pilihan lainnya. Untuk itu, mahasiswa harus diberi pengetahuan dan pemahaman tentang Amil kepada mahasiswa disetiap kampus, sehingga mahasiswa mengetahui industri zakat untuk dijadikan sasaran berkarir pada saat pasca kampus. Pada kesempatan itu pula, Irfan Junaidi membahas ZISWAF dalam Perspektif Media.
Amil Goes to Campus di MM FEB UGM ini diikuti 230 lebih peserta dan dibuka oleh Pengurus MAI Foundation Iwan Rudiyana. Harapannya, kegiatan dapat terus berkembang dalam gelaran-gelaran selanjutnya, tidak lain demi meningkatkan literasi filantropi di tengah-tengah perguruan tinggi.