fbpx

Agar Anak Bertaqwa

Memiliki seorang anak merupakan impian dan kebahagiaan tersendiri bagi setiap pasangan suami istri. Ketika belum hadir seorang anak dalam sebuah pernikahan, maka pasangan suami istri tersebut akan terus mengusahakan hadirnya permata hati tersebut. Apabila seorang anak sudah hadir, maka ia akan terus disirami dengan kasih sayang, perhatian, dan hal-hal terbaik. Segala harapan, dia, serta impian orangtua akan terus dipersembahkan kepada anaknya.

Namun, di balik euforia menyambut seorang anggota keluarga baru yang sangat lucu dan menggemaskan tersebut, ada sebuah tanggung jawab baru yang amat berat dampaknya. Orangtua baru tersebut memiliki tugas baru, yakni mempersiapkan anak ini menjadi anak yang Sholeh/Sholehah, beriman serta bertaqwa kepada Allah. Berhasil atau tidaknya tugas ini akan berdampak langsung pada kehidupan si anak kelak di masa depan.

 

 

Hubungan antara anak dan orangtua saling mempengaruhi masa depan keduanya. Anak dapat menyebabkan surga atau neraka bagi orangtuanya. Begitu pula sebaliknya. Orangtua dapat menyebabkan anaknya menyimpang dari fitrah diin nya karena pada dasarnya anak yang baru lahir layaknya selembar kertas putih yang bersih dan orangtuanyalah yang akan mewarnai kehidupan anak tersebut. Hal ini sesuai dengan sebuah hadits Rasulullah yang berbunyi, “Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian melihat darinya buntung (pada telinga)?” (HR. Al-Imam Malik).

“Telah dikabarkan kepada kami bahwa seorang anak akan tergantung di leher ayahnya pada hari kiamat nanti. Lalu dia berkata, ‘Wahai Rabbku, ambillah hakku dari orang yang menzhalimiku ini!’ Sang ayah berkata, ‘Bagaimana aku menzhalimimu, sedangkan aku telah memberimu makan dan pakaian?’ Sang anak berkata, ‘Benar, engkau telah memberiku makan dan pakaian, tetapi engkau melihatku melakukan maksiat dan engkau tidak melarangku’,” (Dikutip dari Majalah Az-Zahur, Sya’ban 1420 H).

Dari riwayat tersebut kita mengetahui bahwa sang anak dapat menuntut orangtuanya karena selama hidup di dunia jika anak dibiarkan melakukan maksiat sedang orangtuanya tidak melarang. Tentu hal ini berkaitan dengan gaya dan pola didik orangtua terhadap anak tersebut hingga kesalahaan tersebut dapat luput dari perhatian si orangtua.

Dari hadits itu pula dapat kita tarik sebuah pelajaran bahwa sang anak memiliki hak terhadap orangtuanya, yaitu dibimbing dan diarahkan ke jalan yang benar. Sang anak berhak atas nasihat dan y dari orangtuanya. Memberi nafkah lahir memang sangat dibutuhkan oleh seorang anak, namun, nafkah batin juga sangat dia butuhkan agar dalam masa pertumbuhannya ia memiliki bekal yang cukup untuk di kemudia hari apabila si ank telah hidup jauh dari orangtuanya di perantauan.

Cepat atau lambat, orangtua akan meninggalkan anaknya untuk hidup mandiri. Entah karena orangtua tersebut meninggal atau si anak tinggal jauh di perantauan. Untuk itu, sedini mungkin si anak harus dibekali keterampilan hidup dan pengetahuan agama yang mencukupi agar si anak dapat melanjutkan hidup kelak dengan atau tanpa orangtua di sisinya.

Bagaimana cara mendidik anak agar bertaqwa?

Seperti yang telah saya tulis di atas, seorang anak yang baru lahir bak selembar kertas putih bersih nan kosong dan orangtuanyalah yang menjadi pewarnanya. Sama halnya dengan mendidik anak. Mendidik anak tidak bisa jika kita baru memulainya ketika anak sudah lahir. Mendidik anak harus dimulai ketika kita memilih pasangan hidup. Mengapa demikian?

Memilih pasangan hidup berarti memilihkan orangtua untuk anak-anak nanti karena anak tidak bisa memilih ingin dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga dan dengan orangtua yang seperti apa. Untuk itulah sangat penting bagi kita untuk memilih suami atau istri yang berakhlakul Karimah. Suami atau istri yang memiliki pengetahuan agama serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari diharapkan mampu mempersiapkan dirinya menjadi ayah atau ibu untuk anak-anaknya kelak sesuai dengan tuntunan hidup yang Al-Qur’andan hadits ajarkan.

Selanjutnya, mendidik anak juga harus dilakukan sejak anak tersebut masih dalam alam rahim. Kita bisa memulainya dengan rutin membaca Al-Qur’an, rutin mendirikan solat, baik solat fardhu maupun sunah, datang ke majelis ilmu, bertutur kata yang baik, memperhatikan asupan gizi si ibu yang akan diteruskan ke janinnya, dan perbuatan baik lainnya.

Ketika anak lahir, kita azankan dan memberinya sebuah nama yang terbaik sebagai doa untuk anak tersebut. Usahakan lantunan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an, shalawat, nasyid, dan oerkataan yang baiklah yang kerap diperdengarkan di sekitar anak. Tak lupa, kita biasakan  terus melibatkan Allah dalam segala hal. Kita juga bisa menceritakan kepada anak-anak kisah para nasi dan sahabat nabi. Anak-anak bisa kita biasakan membaca doa dalam setiap aktivitasnya; memulai dengan basmalah dan mengakhiri dengan hamdalah.

Tidak hanya cukup sampai di situ, sebagai orangtua, kita wajib menjadi suri tauladan yang baik. Kita harus menjadi contoh bagaimana menjadi muslim sejati. Dengan kata lain, segala ucapan dan perilaku kita harus benar-benar sesuai dengan ajaran Rasulullah karena daya ingat dan rekam seorang anak sangatlah kuat.

Kita bisa mengajak dan mencontohkan bagaimana caranya berwudhu dan mendirikan solat. Kita tak perlu khawatir anak-anak akan bermain air jika sedang diajari berwudhu karena dunia anak adalah dunia bermain. Mereka sebenarnya sedang belajar ketika kita melihatnya sebagai aktivitas bermain belaka.

Masih banyak aktivitas lainnya yang bisa dilakukan bersama anak dalam rangka mengajarkan dan mengenalkan agama kepada anak sedini mungkin. Selain mengajarkan berbagai aktivitas, ada satu hal yang perlu kita perhatikan selama mendidik anak agar, yaitu doa dan kasih sayang.

Selain memerlukan pengetahuan yang sudah kita penuhi dengan berbagai aktivitas seperti yang telah disebutkan di atas, batin seorang anak juga perlu diisi oleh orangtuanya. Jangan sampai anak merasa kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang yang seharusnya menyayanginya. Orangtua perlu mengisi gelas batin si anak dengan cara terus memuji setiap anak berhasil melakukan sesuatu, menyemangati ketika si anak mulai terlihat letih dan bosan, dan menegur dan memperbaikinya dengan halus bila anak berbuat salah. Dengan begitu anak akan merasa diperlakukan adil dan tidak membebani hatinya.

Setelah semua usaha tersebut kita lakukan, yang bisa kita amalkan sebagai orangtuanya adalah mendoakan si anak. Kita memohon kepada Allah agar memberikannya kehidupan yang berkah, penuh dengan rahmat, dan selalu dikelilingi orang-orang yang menyayanginya sebagai bentuk penjagaan kalau si anak memang Allah takdirkan untuk tak lama hidup bahagia dengan orangtuanya.

Dia anak yang Sholeh dan bertaqwa memang dambaan bagi setiap orangtua. Namun, jangan berharap anak kita bisa seperti itu kalau kita tak pernah berusaha untuk terus memperbaiki diri karena anak mendapatkan pendidikan pertamanya dari orangtua. Penting untuk diingat, bahwa anak adalah cerminan bagaimana orangtuanya mendidiknya.

Penulis,
(DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL