fbpx

Adab Bersilaturahim

 

Kita tentu tak asing dengan kata silaturahim yang merujuk pada kegiatan mengunjungi atau berkumpul antarkeluarga atau teman. Kata silaturahim sendiri berasal dari dua kata, yakni silah yang artinya hubungan dan rahim yang berarti keluarga atau kekeluargaan. Kata rahim juga merujuk pada salah satu organ yang hanya dimiliki oleh wanita, yakni kandungan yang kelak akan berkembang seorang janin dengan aman dan penuh kasih sayang di dalamnya. Jadi, silaturahim bisa diartikan sebagai hubungan kekeluargaan yang didasari oleh rasa kasih sayang.

Islam sangat menganjurkan silaturahim karena di dalamnya terdapat banyak keutamaan. Rasulullah menyuruh umatnya untuk bersilaturahim dalam sebuah hadits yang artinya,  “Beribadahlah pada Allah SWT dengan sempurna jangan syirik, dirikanlah sholat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahmi dengan orangtua dan saudara.” (HR Bukhari).

Dari hadits itu kita mengetahui bahwa derajat bersilaturahim sama pentingnya dengan larangan menduakan Allah, perintah mendirikan sholat, dan berzakat. Ketiga amalan tersebut merupakan tiga dari lima rukun Islam. Ini menandakan bahwa bersilaturahim sangat penting untuk diamalkan dan ada konsekuensi tersendiri apabila tidak dilaksanakan. Apa saja keutamaan dan konsekuensi apabila silaturahim tidak diamalkan?

Silaturahim dapat memperpanjang usia dan memperlancar rezeki. Ketika kita bertemu dengan keluarga, sahabat, atau teman, tentu sering terdengar keduanya saling mendoakan agar segera bisa bertemu kembali. Dengan kata lain, hal tersebut tersebut sama saja dengan mendoakan agar keduanya memu umur yang cukup panjang untuk bisa bertemu kembali.

Demikian halnya dengan rezeki yang bertambah. Sudah menjadi tradisi bahwa ketika hendak mengunjungi kaum kerabat, kita tidak datang dengan tangan kosong. Kita membawa buah tangan untuk diberikan kepada tuan rumah. Setibanya di rumah tujuan, tentu kita disuguhi minuman dan makanan. Pun ketika kita hendak berpamitan, tuan rumah juga tidak membiarkan kita pulang dengan tangan kosong. Kita pulang pun membawa oleh-oleh dari tuan rumah. Alhamdulillah.. Namun, jangan sampai tujuan kita bersilaturahim hanya demi mendapatkan buah tangan dari tuan rumah, ya.

Silaturahim juga bermanfaat untuk mempererat persaudaraan, menjauhkan diri dari neraka, menaati perintah Allah, mendapat pahala yang sama banyaknya dengan memerdekakan budak, mendapatkan pahala sama banyaknya dengan bersedekah kepada keluarga sendiri.

Namun, bagi orang yang enggan bersilaturahim juga akan mendapatkan konsekuensinya. Mereka yang memutuskan tali silaturahim akan Allah laknat sebagaimana firman Allah dalam surah Muhammad ayat 22-23 yang artinya, “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.”

Selain itu, mereka yang tidak mau menyambung silaturahim akan Allah tidak akan mengabulkan doanya, hukuman di dunia baginya akan disegerakan, terputus dari rahmat Allah, dan jauh dari surga. Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang gemar menyambung tali silaturahim. Aamiin aamiin yaa Rabbal’aalamiin.

Menyambung tali silaturahim bukan hanya perkara kita mengunjungi rumah seorang kerabat dengan membawa buah tangan saja, tetapi ada adab yang sangat perlu untuk kita perhatikan dan amalkan karena menyangkut ranah pribadi tuan rumah, yaitu rumah. Ada beberapa tipikal orang yang tidak nyaman bila rumahnya dikunjungi dan ada juga orang yang terbuka dan senang bila rumahnya dikunjungi. Untuk menghindari hal-hal yang tidak berkenan di kedua belah pihak, yakni tamu dan tuan rumah, perlu kita perhatikan adab-adab dalam bersilaturahim.

Niatkan Bersilaturahim hanya untuk Mencari Ridho Allah.

Tidak dibenarkan ketika kita bersilaturahim dengan tujuan lain. Jangan sampai kita hanya bersilaturahim kepada kaum kerabat hanya karena kita memiliki misi terselubung, misalnya ingin meminjam uang atau ingin mencari informasi tertentu dan ketika hajat kita sudah terpenuhi, kita tak lagi bersilaturahim dengan mereka. Niatkankah hanya untuk mencari ridho Allah melalui bersilaturahim karena ini adalah perintah Allah.

Minta Izin untuk Masuk

 Allah mengajarkan kita tentang adab ini dalam firman-nya surah An-Nur ayat 27 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.”

Jangan Bertamu di Waktu yang Tidak Tepat

Allah juga mengajarkan kita tentang tiga waktu yang tidak dianjurkan untuk bertamu dalam firman Allah surah An-Nur ayat 58 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum shalat Subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah shalat Isya’ (Itulah) tiga (waktu buka) ‘aurat bagi kamu.”

Di luar ketiga waktu itu, kita sebagai orang yang akan bertamu juga harus memperhatikan kapan tuan rumah istirahat dan bekerja. Jangan sampai kita bertanu di waktu yang tidak tepat karena hal itu tentu bisa menganggu bagi tuan rumah. Ketika kita memang sangat butuh untuk berkunjung di waktu-waktu tersebut, ada baiknya kita harus meminta izin terlebih dahulu sebelum berangkat ke rumahnya.

Dianjurkan Membawa Hadiah

Rasulullah bersabda dalam haditsnya yang artinya, “Biasakan saling memberi hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari)

Duduk di Tempat yang Telah Disediakan

“Janganlah orang itu duduk di tempat duduk khusus milik tuan rumah, kecuali jika diizinkan.” (HR. Muslim)

Selain itu, kita dilarang untuk duduk di tempat di mana kita bisa melihat isi rumah. Larangan ini tentu bertujuan untuk menghindari ketidaknyamanan tuan rumah apabila ada bagian rumah lainnya yang terlihat oleh orang luar.

Berusaha Menjaga Pandangan Mata

Selama bertamu, janganlah kita mengedarkan  pandangan kita untuk melihat-lihat hal yang tak perlu diamati, seperti memperhatikan dengan seksama bangunan dan isi rumah. Tentunya, tuan rumah juga tak akan nyaman kalau ada orang lain yang memperhatikan isi rumahnya dengan saksama.

Makanlah Apa yang Telah Disajikan

Rasulullah bersabda, “Apabila kalian di undang, hadirilah! Jika sedang puasa, doakanlah! Dan apabila tidak berpuasa, makanlah!” (HR. Muslim).

Jika kita sedang berpuasa, sampaikanlah jika kita tidak bisa memakannya karena berkuasa dana sebagai ganti atas kebaikannya, doakanlah tuan rumah dan keluarganya. Jangan pula kita meminta lebih dari yang dihidangkan dan jangan lupa untuk berterima kasih atas sajian yang dihidangkan. Tidak dibenarkan pula kita mencela atau mengkritik makanan yang tuan rumah sajikan. Jika memang makanannya terlalu banyak bumbu, misalnya terlalu asin, maka sampaikanlah dengan sangat santun dan halus agar tidak menyakiti dan menyinggung hati tuan rumah.

Segeralah Pulang

Allahh berfirman dalam surah Al-Ahzab ayat 53 yang artinya, “Jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan…”

Sekalipun kita bertamu di luar ketiga waktu yang telah di bahas sebelumnya, kita harus tetap memperhatikan kenyamanan dan kebutuhan tuan rumah. Jangan terlalu lama bertamu di rumah seseorang karena hal itu tentu tidak akan membuat nyaman dan akan merepotkan tuan rumah.

Mintalah Izin untuk Menginap

Jika hendak menginap, sampaikanlah izin kepada tuan rumah dan hendaknya tidak mendadak memberitahu hendak menginap. Selain ada kemungkinan untuk merepotkan tuan rumah, bisa jadi tuan rumah sudah ada agenda lain ketika tamu tersebut hendak menginap. Ketika tuan rumah sudah mengizinkan, kewajiban tuan rumah untuk menjamu tamu hanya tiga hari. Hak ini sesuai dengan hadits Rasulullah yang artinya, “Kewajiban menjamu tamu hanya berlaku 3 hari. Lebih dari itu statusnya sedekah untuk tamu.” (Muttafaq ‘alaih).

Demikian konsekuensi dari memutus hubungan silaturahim, keutamaannya, serta adab dalam bersilaturahim. Semoga kita memperhatikan dengan saksama apa yang telah Allah dan Rasulullah ajarkan tentang cara silaturahim ke rumah kaum kerabat dengan baik. Ingat, setiap perilaku akan kembali kepada pelakunya. Jadi, berusahalah berperilaku yang baik dan penuh sopan santun di mana pun kita berada agar kebaikan tersebut senantiasa kembali kepada kita.

Penulis,
(DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL