fbpx

3 Amalan Yang Tidak Terputus Setelah Meninggal

Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah bersabda: “Apabila manusia meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakan kepadanya.” (HR Muslim).

Tentu kita sudah mengetahui hadits tersebut karena sering membaca atau mendengarnya di beberapa kajian ilmu. Bahkan, bisa jadi di antara kita ada yang sudah istiqamah mengamalkannya sebagai bekal untuk hidup di akhirat nanti. Di dalam hadits tersebut disebutkan bahwa ada tiga hal yang dapat dilakukan oleh manusia selama masa hidupnya di dunia dan kematian tak mampu memutus bendungan pahalanya, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak shaleh. Dalam kesempatan kali ini, in syaa Allah kita akan bersama-sama melihat sedikit lebih jauh mengenai apa yang Rasulullah maksud dengan ketiga hal tersebut.

Sedekah Jariyah

Sedekah jariyah adalah pemberian dari seseorang ke orang lain yang diniatkan untuk kebaikan dan untuk mendapatkan ridho Allah. Sedekah bisa diamalkan kapan saja, oleh siapa saja, dan dalam bentuk apa saja selama apa yang disedekahkan itu memiliki nilai manfaat untuk si penerimanya. Inti dari sedekah jariyah adalah bagaimana si pemberi sedekah mempersembahkan sesuatunya yang memiliki nilai manfaat dalam jangka waktu yang lama agar bisa terus menerus digunakan oleh si penerima sedekah.

Katakanlah kita ingin menyedekahkan tanah bangunan kepada masyarakat untuk digunakan sebagai tempat yang kelak di dalamnya rutin diselenggarakan kajian ilmu. Selama tempat yang disedekahkan itu terus digunakan sesuai dengan akad awal, orang yang telah menyedekahkan tempat tersebut akan terus menerima pahalanya. Begitu pula dengan ilmu yang para peserta pengajian dapatkan. Selama ilmu tersebut terus diamalkan oleh para peserta pengajian, maka orang yang menyedekahkan tempat untuk pengajian tersebut akan terus mendapatkan pahalanya juga. Hal ini merupakan berkah dan balasan dari Allah atas keikhlasan dan kesediaannya menjadi perantara Allah dalam menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang berguna untuk kehidupan manusia.

Bagaimana jika kita belum Allah berikan rezeki berupa tanah yang luas atau bangunan yang besar untuk kita sedekahkan sebagai tempat menimba ilmu? Jangan khawatir, Allah Maha Pemurah dengan segala kekayaanNya. Pernahkah Anda melihat kotak amal yang ada di dalam masjid, mushola, atau pernahkah kita menjumpai ada beberapa orang yang mencari sumbangan dana yang tak jauh dari lokasi itu ada sebuah masjid yang sedang dibangun? Atau pernahkah kita memperhatikan di beberapa SPBU, ada orang yang menggalang dana dengan membawa kotak kardus? Mayoritas kegiatan aksi sosial tersebut adalah untuk menggalang dana  dengan tujuan untuk membangun sebuah masjid, mushola, madrasah, atau untuk pembiayaan operasional sebuah rumah yatim piatu, atau bahkan untuk membiayai sebuah pengobatan seseorang yang sedang sakit parah.

Nah, apakah semua yang telah kita jumpai di jalanan atau bahkan menjadi pemandangan sehari-hari tersebut terjadi atas dasar ketidaksengajaan? Misalnya kita tidak sengaja lewat jalan tersebut dan tidak sengaja pula bertemu dengan orang yang meminta sumbangan. Tentu tidak, Pembaca yang budiman. Segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup kita sudah Allah rencanakan dan selalu ada pelajaran di dalamnya. Dengan kita kerap kali bertemu dengan mereka yang menggalang dana untuk pembangunan sebuah masjid (misalnya), sebenarnya Allah memberikan kita kesempatan untuk dapat mengamalkan sedekah jariyah. Allah tahu kita belum mampu menyedekahkan sebidang tanah atau sebuah bangunan, maka Allah sengaja pertemukan kita dengan mereka yang sedang menggalang dana agar kita menyedekahkan sebagian rezeki kita untuk pembangunan sebuah masjid. Meskipun bukan kita yang menyediakan sebidang tanah, kita ada di dalam barisan orang-orang yang ikut andil dalam pembangunan masjid tersebut dengan cara menyedekahkan beberapa lembar rupiah yang ada di kantong baju kita saat itu.

Ilmu yang Bermanfaat

Menurut Anda, siapa saja yang berperan penting untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan, baik itu pengetahuan agama maupun pengetahuan umum? Seorang guru, dosen, ustadz, atau mereka yang memiliki gelar akademis sebagai pendidik? Kalau begitu, hanya segelintir orang yang bisa mendapatkan privilage  pahala tak terputus ketika nafas sudah berhenti. Memang benar dan tepat jika guru, dosen, ustadz, alim ulama, dan mereka yang bergelar akademis sebagai pendidik dan mumpuni dalam bidangnya menjadi salah satu sumber ilmu dan di tangan merekalah ilmu-ilmu yang mereka pelajari disebarluaskan. Namun, bukan tak mungkin orang yang selama ini tidak pernah berprofesi sebagai guru dan semacamnya tidak dapat menjadi sumber ilmu yang bermanfaat.

Semua orang dapat menjadi guru dan murid dalam satu waktu dan keadaan yang bersamaan. Contoh kecilnya biasa dan dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang anak menumpahkan air dari sebuah gelas yang oleh ibunya diletakkan di pinggir meja dan hal tersebut membuat ibunya tidak berkenan. Dalam kondisi tersebut, seorang ibu akan menasihati serta memberi contoh yang baik agar anaknya tidak lagi melakukan kesalahan yang serupa. Setelah ia menasihati anaknya, si ibu pun mengintropeksi dirinya sendiri agar di lain waktu ia tak meletakkan gelas di pinggir meja karena anaknya dapat mencapainya. Dari kasus kecil ini si ibu memposisikan dirinya sebagai guru yang mengajarkan hal-hal baik kepada anaknya sekaligus menjadi pembelajar dari kejadian tersebut melalui perantara anaknya yang menumpahkan air.

Dari nasihat yang si ibu berikan kepada anak tersebut, si anak dapat mempelajari bahwa ia harus mengerjakan sesuatu dengan hati-hati dan harapannya agar pelajaran tersebut dapat terus terekam di dalam benaknya dan kedepannya ia lebih hati-hati. Itu baru contoh kasus kecil dan sederhana yang mungkin sepele, namun terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana dengan nasihat-nasihat orangtua kita tentang nilai-nilai kebaikan dalam hidup, nasihat untuk terus beribadah, atau bahkan solusi-solusi yang sering kita terima dari seseorang ketika kita meminta pendapatnya dan kita menjalankan solusi tersebut? Bukankah semua nasihat dan solusi yang mereka berikan kepada kita bernilai pahala tak terputus bagi mereka?

Ilmu yang bermanfaat juga tidak hanya dapat kita peroleh dari kajian atau nasihat dari orang yang mumpuni di bidangnya. Ilmu pun dapat kita dapatkan dari membaca buku. Bahkan, di zaman yang sekarang serba digital ini, ilmu sangat mudah kuta dapatkan. Kita bisa menonton rekaman dari video berbagi, atau kita bisa mendapatkan ilmu dari akun-akun media sosial yang terpercaya. Nah, dengan banyaknya media untuk menyebarluaskan ilmu yang bermanfaat, maka akan semakin banyak pula orang yang dapat teredukasi dengan postingan-postingan bermanfaat tersebut. Tentu hal ini akan menjadi ladang pahala tersendiri bagi penulis atau pengisi konten media tersebut.

Namun, ada satu hal yang perlu diwaspadai. Ketika kita hendak mengambil ilmu dari dunia maya, lebih baik kita juga harus mengkonfirmasi kebenarannya kepada orang yang ilmunya lebih mendalam atau jangan “ditelan” begitu saja semua informasi yang kita dapatkan dari dunia maya.

Doa Anak Shaleh

Anak shaleh yang mendoakan kebaikan untuk orangtuanya yang sudah meninggal tidak akan tertolak. Doanya langsung naik tanpa hijab dan Allah langsung ijabah. Sekarang, apa kriteria yang harus kita penuhi agar kita dapat menjadi anak yang shaleh demi memberikan keutamaan hadits tersebut kepada orangtua kita?

Tentunya kita harus bertaqwa kepada Allah; beriman kepada Allah dengan cara mengimaniNya dalam hati, mengikrarkannya dengan lisan, dan membuktikannya dengan tindakan. Jika iman kepada Allah sudah bercokol kuat dalam hati dan benak kita, maka seluruh tingkah laku dan ucapan kita akan senantia terjaga dari hal-hal buruk yang tidak Allah ridhoi.

Bagaimana jika kita juga adalah orangtua yang ingin memiliki anak sholeh?

Pastikan bahwa kita sudah memenuhi kewajiban sebagai orangtua dan menunaikan hak-hak anak dengan baik. Kita curahkan kasih sayang dan pendidikan terbaik untuk mereka. Kita didik anak-anak dengan ajaran Islam. Kita terus menghadirkan Allah dalam setiap aktivitas sehari-hari seperti mengajarkan doa-doa, sifat-sifat Allah. Juga kita jadikan Rasulullah sebagai suri teladan untuk anak. Jangan lupa kita jadikan Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai rujukan utama dalam kehidupan. Dan jangan lupakan bagian yang tak kalah penting, yakni selalu doakan kebaikan dan kebahagiaan anak-anak kita kepada Allah.

Akhirul Kalam…

Setiap apa yang kita lakukan dan selama itu membuahkan manfaat bagi banyak orang dalam jangka waktu yang lama, maka selama itu pula ada hadiah pahala yang terus mengalir kepada kita bahkan ketika sudah tak lagi ada di dunia. Jadi, bagaimana jika mulai saat ini kita sama-sama berkomitmen dan saling mengingatkan untuk terus melakukan hal-hal yang dapat membuahkan pahala mengalir deras tiada henti? Bukankah di balik derasnya pahala yang mengalir ke kita, juga ada manfaat yang begitu banyak yang orang lain rasakan dari apa yang telah kita tinggalkan?

Penulis,
(DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL