MAINews, NTB – Bencana gemba bumi yang terjadi di Nusa Tenggara Barat (NTB) meninggalkan trauma bagi warga terdampak. Wanita dan anak-anak menjadi kelompok rentan akan trauma. Beberapa kali gempa besar terjadi di bumi Lombok semakin menambah kualitas trauma yang terjadi. Setidaknya ada tiga gempa besar yakni 6,4 SR pada (29/7), 7,0 SR pada (5/8) dan terakhir 6,2 SR yang terjadi tanggal 9 Agustus 2018.
Jika tidak ada penanganan yang baik terhadap trauma yang ada, maka ini investa negatif bagi kehidupan anak-anak berikutnya hingga dewasa. Oleh karenanya, Mandiri Amal Insani (MAI) Foundation melakukan trauma healing di posko pengungsian. Trauma healing ditujukan terutama untuk anak-anak.
Jumat, (10/8/2018), hampir 100 anak mengikuti trauma healing. Mereka mengikuti kegiatan yang dijalankan di posko MAI Foundation di Dusun Terengan Tanak Ampar, Kabupaten Lombok Utara. Team relawan dari Geppuk (Gerakan Para Pendongeng Untuk Kemanusiaan) sebagai pemandu. Acara dimaksudkan untuk memberikan motivasi, menguatkan keagamaan dan keceriaan. Kegiatan dikemas dalam bentuk gerak, lagu dan kisah atau dongeng.
Kak Dwi dari Geppuk juga memberikan tips bagaimana jika gempa bumi terjadi. Tips disampaikan dalam bentuk lagu sehingga trauma semakin berkurang.
Rano Karno Bilal, selaku Ketua Posko MAI Foundation juga mendorong agar aktifitas mengaji rutin mulai Ashar hingga Isya.
“Kegiatan ini akan dijalankan setiap hari, kecuali dongeng yang rencana dilakukan minimal seminggu dua kali,” terang Rano.
Haji Farhan selaku Kepala Dusun Terengan menyambut baik kegiatan tersebut. Baru sehari dilakukan, terlihat anak-anak menjadi ceria.
“Jika terus dilakukan, Insya Allah anak-anak semakin bisa melupakan kengerian bencana yang terjadi,” aku Farhan.