fbpx

Terjerat Oleh Harta

Islam tidak melarang hambanya untuk menjadi seorang yang kaya raya. Allah juga telah memfasilitasi dunia dan seluruh isinya sebagai ladang manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Allah memang tidak melarang seorang muslim bekerja agar ia kaya raya bahkan Dia menyuruh manusia untuk keluar dari zona nyaman untuk mencari rezeki yang Allah hamparkan.

Namun, Allah melarang keras hambanya menimbun harta kekayaan dan bersikap pelit sesuai dengan firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 34-35 yang artinya, “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, Pada hari dipanaskan emas dan perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakarnya dahi merreka, lambung, dan punggung  (lalu dikatakan) kepada mereka: “inilah harta bendamu yang amu simpan untukmu sendiri. Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.”

Melalui ayat ini Allah mengancam mereka yang menimbun harta dengan mengembalikan harta tersebut di akhirat nanti dalam bentuk siksaan di neraka. Allah memerintahkan kita untuk membagi rezeki yang Allah anugerahkan kepada kita tidak hanya untuk mengatasi masalah sosial ekonomi, tetapi lebih jauh lagi untuk kebahagiaan diri orang yang bersedekah.

Berbicara mengenai harta, kita tidak bisa melepaskannya dari kata uang dan bahagia seolah kedua hal ini saling ketergantungan. Banyak orang menganggap bahwa banyaknya harta akan berbanding lurus dengan kebahagiaan yang dia inginkan. Namun kenyataannya tidak. Harta memang bisa membeli apapun kecuali kebahagiaan dan iman.

Seseorang yang beriman tentu tahu di mana letak kebahagiaan yang sesungguhnya. Kebahagiaan akan tumbuh subur meskipun harta yang dimilikki hanya setali tiga uang.

Berbeda dengan mereka yang meletakkan kebahagiaannya di atas harta kekayan yang mereka miliki. Mereka tentu tidak akan pernah puas dengan harta yang dimilikinya. Mereka akan terus mencari, memperbanyak, dan menjaga harta demi mengejar kebahagiaan yang semu. Banyak di antara mereka yang Allah matikan hatinya karena mereka lalai terhjadap kewajibannya terhadap Allah dan sesamanya. Allah buat mereka semakin sibuk menjaga mereka dan semakin banyak pula masalah yang timbul karenanya. Allah jadikan mereka golongan manusia yang rugi dunia akhirat. Hati mereka tak tenang karena terus dibayangi kekhawatiran akan hartanya yang bisa berkurang. Mereka yang meletakkan kebahagiaannya di atas uang sejatinya tidak benar-benar bahagia dan tidak sempat menikmati jerih payahnya.

Ada banyak kisah tentang hamba Allah yang memohon dengan sangat agar Allah menurunkan kekayaan kepadanya namun seolah lupa dengan Allah begitu ia menjadi hartawan. Sebutkan kisah yangmasyhur Qorun dan hartanya yang diceritakan harus diangkut sebanyak 60 unta dan didampingi oleh 600 pelayan. Qorun sendiri diawal oleh 4000 orang dan diiringi oleh 4000 hewan ternak. Namun, apa yang terjadi? Allah lenyapkan hartanya dalam sekejap ditelan bumi.

Sebut juga kisah Tsalabah yang sezaman dengan Rasulullah yang Allah ebri kekayaan padanya namun akhirnya Alah menghukumnya denga tertolaknya semua sedekah yang dia berikan. Kisah tersebut bukan dongeng pengantar tidur semata. Itu adalah kisah hidup mereka tang terjerat terbelenggu harta mereka. Kita bisa mengambil pelajaran dari kisah-kisah nyata itu agar kita tidak terjerat harta benda yang kita miliki.

Solusi untuk mereka yang kaya raya namun terjerat hartanya sendiri adalah bersedekah. Telah banyak kisah dan dalil yang menyatakan bahwa Allah akan memberikan banyak manfaat bagi pemberi sedekah, baik manfaat di akhirat maupun di dunia.

Sedekah mampu membahagiakan hati si pemberi dan tentu saja si penerimanya. Sedekah merupakan jalan keluar satu-satunya untuk menghilangkan masalah yang makin terasa berat. Allah pun telah membeli fasilitas kemudahan utuk kita menjadi muzakki. Dewasa ini banyak lembaga ziswaf yang mengambil peran sebagai jembatan antara muzakki dan mustahiq. Mereka menghimpun dana sedekah dari masyarakat untuk kemudian mereka salurkan kepada masyarakat yang membutuhkan. Tanpa memandang mazhab, suku, afiliansi poltik dan organisasi. Mereka hadir untuk menggerakkan perputaran roda ziswaf lebih cepat dan tepat.

Mengelola Harta Kekayaan

Allah memerintahkan kita bekerja dan menikmati dunia seisinya. Namun, Allah juga mengingatkan bahwa kita hanya sementara di dunia. Kita diwajibkan untuk menabung dan mengelola keuangan kita di akhirat nanti. Dalam bentuk apa kita mengelola uang untuk akhirat? Satu-satunya jalan untuk mengelola uang di akhirat adalah dengan cara bersedekah. Tiap sen uang yang kita sedekahkan akan bernilai pahala yang bahkan di antaranya tidak akan berhenti mengalir ketika kita meninggal kelak.

Ibarat dua mata pisau, harta dapat menjerumuskan pemegangnya ke dalam kenistaan namun dapat juga menjadi perantara kemuliaan pemegangnya di dunia akhirat. Sebagai umat Muslim, kita perlu mengetahui tata kelola uang dengan baik yang diperuntukkan tidak hanya untuk keperluan di dunia tetapi juga di akhirat kelak. Ibarat kata, kita ini adalah perantau dari sebuah kampung yang suatu hari nanti akan kembali ke kampung berbekal kekayaan yang kita cari selama di perantauan.

Banyak manfaat yang akan diterima oleh mereka yang bersedekah, di antaranya adalah hatinya akan tenang karena orang yang breriman tentu paham bahwa setiap apa yang ia miliki di dunia pasti akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Sedekah juga akan memadamkan api siksaan di dalam kubur dan juga mendapat jaminan di hari akhir seperti yang Rasulullah terangkan dalam hadits,  ”Aku memerintahkan kalian untuk bersedekah karena yang demikian, itu (sedekah) seperti seseorang yang ditawan oleh musuh, dan mereka mengikat erat tangannya pada lehernya lalu mereka mendapatkannya untuk memenggal lehernya, kemudian dia berkata, ’aku tebus perkara ini dari kalian dengan hartaku yang sedikit dan banyak,’ hingga akhirnya dan menebus dirinya dari mereka.” (HR. At-Tirmidzi).

Menyikapi Dunia Seisinya

Allah menciptakan alam semesta bukan tanpa tujuan seperti yang Allah jelaskan dalam surah Al-Anbiya ayat 16 yang artinya, “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya secara main-main.”

Allah sengaja menciptakan alam semesta sebagai sarana manusia menciptakan banyak hal yang membawa manfaat bagi umat manusia. Demikian juga halnya dengan harta. Allah tidak melarang hambanya menjadi orang kaya. Malah Allah senang karena akan banyak manusia lain yang tertolong dengan hartanya lewat sedekah.

Allah berfirman dalam surah Al-Munaafiiqun ayat 9 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah dan barang siapa yang berbuat demikian, mereka itulah orang-orang yang merugi.” Dalam ayat ini Allah memperingatkan serta mengancam agar semua yang kita mliki tidak melalaikan kita terhadap kewajiban beribadah kepada Allah.

Dunia dan seisinya yang Allah ciptakan seyogyanya disikapi dengan bijaksana dengan cara menggunakannya sebagai sarana mencapai tujuan hidup kita, mencapai ridho Allah dan mendapatkan banyak pahala sebagai bekal di akhirat nanti.  Hal ini Allah jelaskan dalam surah Al-Kahfi ayat 46 yang artinya, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan dunia akan tetapi hanyalah amalan-amalan yang kekal lagi soleh lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”

Semoga kita tidak termasuk mereka yang terjerat harta. Semoga Allah selalu memberikan kita kesadaran untuk terus bersedekah; mengelola uang untuk dibawa ke akhirat.

Yuk salurkan Zakat, infaq dan wakaf anda melalui www.maiberbagi.or.id

Penulis,
(DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL