fbpx

Tanda Hati Yang Mati

Hati merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Bukan, bukan hati yang termasuk ke dalam orang tubuh atau yang dalam bahasa kedokteran lazim disebut liver, sesuatu yang akan kita bahas dalam kesempatan ini adalah “hati” yang memegang kendali penting dalam sifat manusia. Jika hati itu buruk, maka buruk pula perangai pemiliknya. Sebaliknya, jika hati itu terpelihara dengan baik, maka akan baik juga sifat pemiliknya. Perkara ini telah Rasulullah jelaskan dalam sebuah hadits, “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia jahat, maka jahat pula seluruh jasad. Ketahuilah, ia adalah hati.” (HR. Bukhari).

Hati atau dalam bahasa Arab disebut dengan qolbu perlu dijaga dan terus disucikan keberadaannya. Hati merupakan inti dari kehidupan manusia. Untung atau ruginya kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat kelak sangat dipengaruhi oleh hati. Jika kita tidak merawat dan menyuburkannya dengan hal-hal yang baik, hati juga rentan terhadap penyakit. Penyakit-penyakit tersebut adalah ujub (berbangga diri), sombong, hasad, kikir, riya, suudzon, berbohong, tamak, menghina orang lain, sulit mengendalikan emosi, haus pujian, putus asa, rendah diri, berkhianat, putus asa, dan masih banyak lagi. Semua penyakit itu bila tidak segera ditangani akan menjadikan hati kita mati.

Apa yang dimaksud dengan hati yang mati? Apa penyebabnya? Apa saja tandanya? Dan, apa akibatnya?

 

Kematian merupakan hal yang pasti akan dirasakan oleh setiap mereka yang hidup. Manusia yang meninggal masih bisa memberikan pelajaran dan sesuatu yang bermanfaat bagi yang ditinggalkan. Pun ketika yang meninggal adalah mereka yang dicela oleh Allah. Mereka tetap masih memberikan pelajaran bagi kita, janganlah melakukan apa yang telah menyebabkanya dicela oleh Allah agar tidak mengalami apa yang Allah timpakan kepadanya. Begitupun mereka yang meninggal adalah orang baik. Besar kemungkinan setiap fasilitas umum yang kita gunakan sekarang merupakan sedekah jariyah semasa hidupnya, seperti sekolah, masjid, jalanan, dan lain sebagainya. Kita masih bisa memanfaatkannya sebagaimana mereka yang masih terus mendapatkan pahalanya.

Justru, yang harusnya kita khawatirkan adalah kematian hati karena hati yang mati tdak akan menghasilkan apa-apa selain kerugian yang besar. Mereka yang hatinya telah mati tidak hanya memberi dampak buruk bagi hidupnya sendiri, tetapi juga hidup orang lain. Ia tidak lagi merasa kasihan terhadap orang yang menderita akibat tindakannya. Baginya, perbuatannya itu benar dan. Allha telah menyinggung tentang hati yang mati dalam surah Al-Baqoroh ayat 7 yang artinya, “Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang berat.”

Dalam sebuah riwayat Ibrahim bin Adham atau yang dikenal juga dengan Abu Ishaq, yang sedang berjalan di Pasar Bashroh, lalu orang-orang mengerumuninya dan seraya bertanya: “Wahai Abu Ishaq, sudah sejak lama kami memanjatkan do’a kepada Allah, tetapi mengapa do’a-do’a kami tidak dikabulkan? Padahal Allah telah berfirman dalam kitab-Nya; “Berdo’alah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan do’a kalian.” (QS.Ghoofir : 60).  Lalu Abu Ishaq menjawab, “Hal itu dikarenakan hati kalian telah mati dengan sepuluh perkara berikut:

  1. Kalian mengenal Allah tetapi kalian tidak menunaikan kewajibannya.
  2. Kalian mengakui mencintai Rasulullah, tapi kalian meninggalkan sunnahnya.
  3. Kalian membaca Al-Qur’an, tapi kalian tidak mengamalkan isi kandungannya.
  4. Kalian sangat banyak diberi nikmat karunia, tapi kalian tidak mensyukurinya.
  5. Kalian selalu mengatakan bahwa syetan itu musuh kalian, tetapi kalian mengikuti langkahnya.
  6. Kalian mempercayai surga itu ada, tetapi kalian tidak berbuat amal untuk mengantarkannya kesana.
  7. Kalian mempercayai neraka itu ada, tetapi kalian tidak lari dari panas siksanya.
  8. Kalian mengakui bahwa kematian itu benar adanya, tetapi kalian tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
  9. Kalian sibuk mengurusi kekurangan orang lain, akan tetapi lupa pada kekurangan diri sendiri.
  10. Kalian mengubur jenazah, akan tetapi tidak mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut

Dari sepuluh tanda hati yang mati dalam riwayat tersebut, dapat kita pahami bahwa hati yang mati merupakan hati yang selalu menuntun kepada hal-hal yang buruk dan maksiat. Ibadah yang mereka dirikan tak mampu membuat mereka tenang dan bahagia sebagaimana kemaksiatan yang mereka terus lakukan tak membuat mereka khwatir akan hari akhir nanti. Mereka mengerti bahwa apa yang dilakukannya salah dan membuahkan dosa besar, namun karena hal itu sudah menjasi kebiasaan, otaknya telah kebal dengan konsep dosa serta neraka dan tidak lagi menggubrisnya. Yang ia dahulukan adalah hawa nafsunya. Ia tuhankan hawa nafsunya. Alih-alih bertaubat dan meninggalkannya, ia terus berupaya agar hawa nafsunya terpenuhi karena ia terus merasa haus dan kurang. Satu-satunya kebenaran baginya hanyalah menuruti hawa nafsunya. Maka jadilah ia sesat, tersesat, dan menyesatkan yang terus berjalan ke arah kemaksiatan. Naudzubillah min dzalik.

Mencegah selalu lebih baik dari pada mengobati

Di atas, kita sudah pelajari bahwa kalau kita memiliki sifat hasad, sombong, ujub dan lain sebagainya maka dapat dipastikan hati kita sedang sakit. Sebelum hati kita menjadi mati karena terlalu lama menyadari bahwa kita sedang sakit, seyogyanya kita mengintrospeksi diri demi menyembuhkan ia yang sakit.

Kita terus dekatkan diri dengan Allah dan tanamkan dalam diri bahwa Allah selalu mengawasi tiap gerakan kita. Allah akan membalas apapun dan sekecil apapun perbuatan kita, baik maupun buruk. Juga, kita mencari lingkungan yang bisa membuat kita lebih baik dan memberikan kita nasihat yang baik. Setelah itu, kita buat diri ini sibuk dengan perbuatan baik, seperti pergi ke banyak majlis Al-Quran atau membaca kisah-kisah Nabi dan para sahabat untuk menimbulkan semangat berbuat kebaikan. Juga kita perlu membaca kaum-kaum yang Allah berikan azab akibat kedurhakaan mereka kepada Allah. Selain itu, sangat penting kita jaga ucapan kita. Pastikanlah apa yag keluar dari mulut kita hanya ucapan yang baik. Ingat, lidah tak bertulang, begitu mudah ia tergelincir. Untuk mengantisipasinya, kita bisa terus membasahi lidah kita dengan terus berdzikir kepada Allah.

Bagaimana jika hati terlanjut mati?

Kembalilah bersujud dan mohon ampunlah kepada Allah. Buang semua ego dan rasa sombong untuk meminta maafNya. Bertaubatlah karena Allah berjanji akan mengubah keadaan mereka yang bersungguh-sungguh bertaubat. Renungkanlah kematian mereka yang kita kenal. Bayangkanlah kematian datang menjemut terlebih dahulu sebelum sempat kau jemput hidayahmu. Di kuburmu, kau hanya bertemankan dosa yang menambah suram suasana. Lalu kau tahu pasti apa yang segera akan kau jelang begitu orang terakhir yang mengantarmu ke pembaringan di bawah tanah pergi. Malaikat mendatangimu dan ……

Sebelum adegan dalam tanah kuburan itu terjadi, perbanyaklah berdzikir, istighfar, dan bersholawat karena perbedaan antara hati yang mati dan tidak adalah berdzikir. Lalu hidupkanlah sunah-sunah Rasulullah, mulai dari solat tajahud, solat berjamaah di masjid, menjaga wudhu, dan bersedekah. Istiqomahlah dengan sunah Nabi.

Allahu a’laam bisshowab..

Semoga hati kita tidak pernah sakit, atau bahkan mati. Semoga hati kita terus bergetar hebat tatkala mendengar lantunan ayat Al-Quran dan kumandang azan.

Mari tunaikan zakat, infaq dan wakaf anda melalui www.maiberbagi.or.id

Penulis,
(DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL