fbpx

Sudah Kayakah Anda ?

Harta kekayaan telah menjadi tolak ukur bagi masyarakat untuk menilai seberapa sukses seseorang. Rupiah yang seakan tak berseri, tabungan di berbagai bank, aset properti tersebar di mana-mana, investasi di setiap perusahaan besar, rumah mewah, mobil berderet di garasi selalu keluaran terbaru; konon katanya itulah ciri orang kaya. Sebaliknya, keadaan yang setali tiga uang, rumah reyot yang akan bergetar tatkala dihembus angin, hutang tersebar seantero kampung, tak ada kendaraan apapun terpajang di muka rumah hanya kaki yang ke mana-mana mengantarkan tuannya bepergian, inilah ciri orang miskin. Benarkah demikian?

Pandangan demikian menjadi benar bila yang kita minta pendapat adalah masyarakat awam. Namun, tidak demikian bila kita mengembalikannya ke panutan umat Islam, Rasulullah. beliau telah menjawab dalam hadistnya yang berbunyi, ”Bukanlah yang dinamakan kaya itu yang banyak harta, tetapi yang dinamakan kaya yang sebenarnya adalah kayanya jiwa.” (HR.Bukhari dan Muslim).

Berdasarkan hadits tersebut, kita segera dihadapkan sebuah kenyataan, berapa banyak mereka yang katanya miskin tapi sanggup berbagi kepada sesama? Berapa banyak mereka yang konon katanya kaya raya namun sombong; menganggap seluruh kekayaan yang ada di dirinya merupakan hasil jerih payahnya sendiri sehingga enggan untuk membaginya kepada orang lain? Kalau kenyataannya ada yang seperti ini, apakah definisi kaya yang sesungguhnya?

Rasulullah telah menjawabnya dalam sebuah hadits yang berbunyi, ”Ridholah dengan apa yang dibagikan Allah untukmu, niscaya engkau menjadi orang yang paling kaya.” (HR. Tirmidzi)

 

 

Berlandaskan dari hadits tersebut, kita menyadari betapa sulitnya bersyukur atas ketetapan Allah terhadap diri dan hidup kita. Seringkali kita lupa bersyukur bahwa dengan karuniaNyalah kita masih bisa bangun tidur setiap hari, masih bisa bekerja meskipun hasilnya mungkin baru cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, masih bisa makan dan minum seadanya, masih memiliki pakaian untuk menutup aurat, masih bisa punya tempat yang bisa disebut rumah untuk pulang sehabis bepergian meskipun saat ini baru bisa mengontrak, dan lain sebagainya.

Tidak bersyukur terhadap pemberian Allah hanya akan membuat hati sempit; selalu iri dengan apa yang Allah berikan kepada orang lain. Hal ini yang membuat hati susah melihat orang lain senang dan senang melihat orang lain susah. Kalau sudah begini, hidup pun terasa sesak karena terus berharap Allah akan memberikan apa yang Allah telah berikan kepada orang lain padahal Allah telah memberikan apa yang terbaik menurut Allah kepada hambaNya. Perhitungan Allah tidak mungkin salah karena Allah-lah sebaik-baiknya pencipta. Mereka yang kerap iri kepada orang lain selalu lupa bahwa Allah pun menyayanginya dengan memberikan apa yang telah ia miliki. Maka jadilah mereka golongan yang kufur nikmat, rasa bahagia akan Allah cabut dari hati mereka karena tidak ada rasa syukur sedikitpun kepada Allah yang telah memberikan mereka nikmat namun tak mereka sadari. Imbasnya, mereka selalu berusaha meningkatkan harta kekayaan dan enggan untuk berbagi karena merasa semua harta miliknya adalah hasil keringatnya sendiri.  Naudzubillah min dzalik. Semoga kita termasuk golongan orang yang selalu bersyukur.

Sahabat, mari kita renungkan betapa kayanya diri kita; bukti Allah sangat menyayangi kita. Maukah Anda menukar sepasang mata kita dengan uang miliaran? Maukah Anda menukar salah satu ginjal Anda dengan uang puluhan juta? Maukah Anda menukar salah satu anggota tubuh Anda dengan semua fasilitas kemewahan yang diberikan kepada mereka yang mau membelinya? Tentu tidak bukan? Sekarang bisa dihadapkan dengan kondisi seperti ini, betapa harta kekayaan tidak berarti apa-apa bila dibandingkan dengan yang telah Allah berikan terhadap tubuh sehat kita. Mengapa kita tidak menyadari betapa kayanya diri kita? Itu karena kita selalu mengorientasikan kekayaan hanya terletak pada jumlah harta kekayaan yang kita miliki.

Orang yang qona’ah atau selalu merasa cukup dan bersyukur akan hidup dengan tenang. Mereka yakin bahwa rezeki tidak akan tertukar; bahwa Allah menciptakan hambaNya sepaket dengan rezekinya. Orang-orang yang termasuk ke dalam golongan ini akan Allah tambahkan terus kenikmatan-kenikmatan sebagai ganjaran atas rasa syukur mereka terhadap pemberian Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Ibrahim ayat 7 yang artinya, ”Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka azabKu sangat pedih.”

Mencermati firman Allah ini, Allah akan menurunkan azab kepada mereka yang tidak mau bersyukur kepada pemberian Allah. Azab yang Allah berikan sebenarnya sudah sering kita saksikan kalau kita menyadarinya. Contohnya, kerusakan alam akibat keserakahan manusia, mulai punahnya beberapa jenis hewan dan tanaman akibat perburuan dan penebangan pohon besar besaran. Semua itu bukti bahwa manusia yang tidak pernah bersyukur akan Allah tanamkan rasa ketidakpuasan yang sedemikian besar hingga pada akhirnya ia sendiri jatuh miskin karena bangkrut. Bahkan, akibat keserakahannya itu dialami pula oleh merekayang sedang diazab Allah atas tidak bersyukurnya mereka. Contohnya, banyak hutan yang sengaja dibakar untuk membuka lahan baru lalu Allah memerintahkan api untuk terus membakar wilayah yang sebenarnya tidak termasuk dalam area pembukaan lahan baru. Masyarakat yang bahkan tidak menerima hasil jika kelak pembukaan lahan itu menghasilkan panennya harus menanggung derita akibat kepulan asap dan hawa panas yang membara. Hewan-hewan yang mendiami hutan tersebut pun banyak yang terpanggang api saat hendak menyelamatkan diri. Semua penderitaan itu akan Allah mintai pertanggungjawabannya kelak di akhirat nanti. Naudzubillah min dzalik. Sungguh pedih azab Allah kepada mereka yang tidak mau merasa cukup dan bersyukur atas pemberian Allah terhadapnya.

Bagaimana cara kita mensyukuri nikmat yang Allah berikan? Salah satu wujud mensyukuri nikmat Allah dapat dilakukan dengan cara membagi rezeki yang kita dapatkan kepada mereka yang lebih membutuhkan. Bersedekah tidak akan mengurangi harta yang kita miliki, malah sebaliknya, dapat membuat Allah menderaskan rezeki kita. Bersedekah merupakan bentuk rasa syukur sekaligus kepekaan orang lain yang belum beruntung seperti dia. Bersedekahlah, maka akan Allah tambahkan nikmatmu berlipat ganda!

Lalu, kalau kita diwajibkan untuk terus merasa cukup atas rezeki yang Allah berikan, apakah kita tidak boleh terus berikhtiar dalam rangka mengembangkan potensi diri? Apakah Allah melarang kita menjadi seorang hartawan? Tentu tidak. Allah menggelar dunia ini dengan segala macam isinya sebagai fasiltas manusia mengembangkan dan mengeksplorasi kemampuan hambaNya. Allah mempersilakan manusia menikmati dunia namun tidak melupakan akhirat tempat mereka pulang.

Rasulullah sendiri merupakan orang yang kaya raya karena usahanya sebagai pedagang yang jujur. Di usia 25 tahun, Rasulullah mempersunting Siti Khadijah dengan mahar 20 ekor unta ditambah sederet emas yang bila ditotalkan nilainya mencapai 1 miliar lebih. Ma syaa Allah. Namun, Rasulullah tidak pernah silau dengan harta kekayaan. Beliau gunakan harta kekayaannya untuk bersedekah karena Rasulullah sadar bahwa dunia hanya sementara. Bisakah kita demikian?

Sahabat, selain dengan menanamkan rasa syukur dan cukup terhadap apa yang Allah tetapkan kepada kita, ada satu cara mudah nan sederhana lagi yang dapat membuat kita menjadi orang kaya. Rasulullah bersabda, Dua rakaat solat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Muslim). Mengapa solat fajar bisa menjadikan pengamalnya seolah memiliki lebih banyak dan lebih baik dari dunia dan isinya? Itu karena di waktu itu rahmat Allah turun ke bumi; memberikan ampunan kepada mereka yang memohon ampun, memberikan rezeki kepada mereka yang meminta rezeki kepada Allah. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah yang berbunyi, “Apabila tersisa sepertiga dari malam hari Allah ‘Azza wa Jalla turun ke langit bumi dan berfirman, Adakah orang yang berdoa kepada-Ku akan Kukabulkan? Adakah orang yang beristighfar kepada-Ku akan Kuampuni dosa-dosanya? Adakah orang yang mohon rezeki kepada-Ku akan Kuberinya rezeki? Adakah orang yang mohon dibebaskan dari kesulitan yang dialaminya akan Kuatasi kesulitan-kesulitannya?’ Yang demikian (berlaku) sampai tiba waktu fajar (subuh).” (HR Ahmad)

Bagaimana Sahabat, untuk menjadi kaya tidak harus selalu bergelimang harta bukan? Sudahkah kita bersedekah hari ini sebagai bentuk syukur kepada Allah? Sudahkah subuh tadi kita mendirikan solat fajar? Sudahkah kita menjadi pribadi yang kaya?

Penulis,
(DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL