fbpx

Sabar Di Segala Keadaan

“Sabar ya,” sebuah kata yang biasa kita dengar sebagai jawaban ketika kita sedang curhat kepada orang lain tenang masalah yang tengah kita hadapi. Kita dituntut untuk bersabar ketika kita sedang sedih ataupun marah. Kita diminta sabar atas semua rasa kecewa dan sakit hati yang mendera hidup kita. Namun, apa itu sabar? Apakah sabar hanya sikap menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal anarkis agar tidak terjadi masalah yang lebih parah? Atau sabar adalah tidak melakukan apa-apa sembari menerima kenyataan buruk yang menimpa kita? Apakah sabar hanya bisa diaplikasikan ketika kita sedang dirundung malang?

Sabar Menurut Islam

Allah berfirman dlam surah Al-Baqoroh ayat 153 yang artinya, ”Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan solat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” Berdasarkan ayat ini, kita dapat mengetahui bahwa perbedaan antara orang yang beriman kepada Allah adalah mereka sabar dan mendirikan solat atau tidak. Orang yang sabar lagi mendirikan solat adalah mereka yang yakin dan percaya dengan kekuasaan dan ketetapan Allah terhadap diirnya. Mereka yang sabar yakin sepenuhnya bahwa manusia hanya wajib memiliki rencana dan mengikhtiarkannya dengan semaksimal mungkin. Hasil akhir tetaplah menjadi hak prerogatif Allah yang tak bisa diganggu gugat. Allah-lah yang tahu apa yang terbaik bagi hambaNya. Allah pulalah yang tahu masa depan akan seperti apa. Untuk itulah kita sebagai umat muslim sangat diwajibkan untuk bersabar atas semua ketetapan Allah dan mendirikan solat sebagai penopang hidup kita karena esensi dari solat itu sendiri adalah memanjatkan doa, mengharap kebaikan di setiap langkah kaki kita.

Rasulullah sendiri menjelaskan ada empat macam sabar yang harus diterapkan dalam hidup manusia. Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits yang berbunyi, “Sabar itu ada empat macam; sabar dalam menjalankan fardu, sabar dalam menghadapi musibah, sabar dalam menghadapi gangguan manusia, dan sabar dalam kefakiran.”

Hadits tersebut kemudian dijabarkan oleh Imam Nawawi dalam kitab Matan Tanqihul Qaul yang kajiannya berbunyi seperti berikut ini,

  1. Sabar dalam menjalankan fardu memiliki makna bersabar dalam menunaikan ibadah kepada Allah, seperti solat, puasa, zakat yang seringkali terasa begitu berat pada beberapa orang dan pada waktu waktu tertentu. Sabar dalam menjalankan ibadah fardu merupakan taufik yang Allah berikan kepada kita.

Sebagai manusia yang memiliki hawa nafsu, terkadang manusia tergoda oleh bisikan syaitan yang awalnya terlihat dan terdengar indah. Contoh, ketika sudah terdengar azan subuh di saat cuaca di luar sana sedang turun hujan dengan sangat deras. Syaitan akan mudah membisiki kita untuk tidur saja terlebih dahulu karena di luarnya pasti sangat dingin dan dikhawatirkan sakit. Solatnya nanti saja ketika hujannya sudah mereda. Bisa jadi ada yang menuruti bisikan syaitan tersebut dan ia kembali tidur bergulung selimut yang hangat sampai ia bangun kesiangan. Di sinilah kita harus mampu menyabarkan diri untuk tidak tergoda oleh godaan syaitan dengan segala tipu dayanya yang menyesatkan. Kita sabar menahan air dan cuaca yang dingin sambil kita bayangkan betapa Allah akan sangat meridhoi diri kita.

  1. Sabar dalam menghadapi musibah. Hal ini sering kita lakukan ketika kita dirundung musibah. Seperti yang telah dijelaskan di awal, kita dituntut untuk sabar dalam menghadapi masalah yang sudah menjadi sunnatullah dalam kehidupan manusia. Musibah yang Allah berikan kepada kita seyogyanya disikapi sebagai cara Allah mengajari kita menjadi manusia yang lebih baik dan dipahami sebagai cara Allah untuk mengangkat derajat kita. Dari musibah itulah kita dapat mengukur kadar keimanan kita. Apakah kita sanggup bersabar dan tetap yakin dengan rencana Allah untuk kita atau kita tidak sabar dan mencari jalan pintas untuk menyelesaikannya yang sama saja mengingkari kehebatan Allah menyelesaikan semua masalah untuk kita? Ingatlah, Allah selalu menginginkan dan memberikan yang terbaik untuk hambaNYa namun terkadang hambaNYa khilaf dan lupa sehingga lari dari kebaikan-kebaikan yang Allah berikan kepadanya.
  2. Sabar dalam menghadapi gangguan manusia. Sabar dalam hal ini bermakna sabar untuk menahan emosi ketika kita merasa terganggu oleh sikap orang lain yang semena-mena. Adakalanya orang lain membuat kita tidak nyaman dengan kehadirannya karena sikapnya yang tidak terpuji. Sebaiknya, bila kita mampu menasihatinya agar ia berubah menjadi lebih baik, maka nasihatilah. Jika kita tidak bisa menasihatinya, maka doakanlah kebaikan baginya karena Allah-lah yang mampu membolak-balikkan hati seorang hamba. Kita pun harus menunjukkan sikap yang santun terhadapnya dengan sabar menahan emosi dan tidak mengumbar arah kepadanya.
  3. Sabar dalam kefakiran. Tidak ada manusia yang ingin hidup dalam kemiskinan. Untuk itulah semua orang berlomba giat bekerja untuk memperbaiki keadaannya menuju taraf hidup yang mereka inginkan. Namun, ada di antara kita yang sudah giat bekerja dan berusaha semaksimal mungkin, tetap saja hasilnya tidak pernah membawanya ke taraf hidup yang diinginkannya. Kalau sudah begini, apa yang bisa diperbuat selain sabar dan pasrah kepada Allah?

Sabar dan pasrah bukan berarti kita duduk diam berangku tangan menunggu semuanya membaik tanpa melakukan apa-apa. Sabar dan pasrah hanya bisa kita amalkan ketika kita sudah berusaha sebaik mungkin dan hasilnya kita serahkan kepada Allah. Allah-lah yang Maha Mengetahui segala hal. Allah pula yang tahu mana yang terbaik untuk hambaNya. Tetap berhusnudzon kepada Allah merupakan kunci yang paling pas agar bisa istiqomah bersabar dan pasrah terhadap ketetapannya.

Mengapa ada orang yang Allah takdirkan miskin ketika ia sudah berusaha sama giatnya dengan orang lain? Bisa jadi Allah tahu bahwa ketika hambanya ini Allah berikan kekayaan, ia akan menjadi kufur nikmat dan jauh dari Allah. Sedangkan ketika Allah berikan kehidupan yang serba kekurangan, hambanya ini gemar meminta dan berdoa kepada Allah. Bukankah Allah menyukai hambaNya yang selalu meminta kepadaNya? Bisa jadi Allah mengabulkan doa-doa hambaNya tidak di dunia, melainkan Allah simpan semua doanya untuk dikabulkan sebagai bekal kehidupannya di akhirat yang lebih kekal kelak. Allahu a’laam bisshowab.

 

Sabar Menghadapi Nikmat Allah

Sabar tidak hanya sebuah sikap yang wajib kita amalkan ketika menghadapi musibah saja, tetapi juga harus kita amalkan ketika kita diberikan kebahagian dan kenikmatan oleh Allah. Kenikmatan dan kebahagian sejatinya merupakan ujian dari Allah dalam bentuk yang lain. Banyak orang yang mampu bersabar ketika dihadapkan oleh hal-hal yang tidak mengenakkan di hidupnya. Namun masih banyak orang yang belum mampu menahan diri atas kenikmatan yang ia dapatkan.

Sabar ketika mendapatkan kenikmatan bertujuan untuk menghindarkan diri dari sifat sombong, takabur, dan riya. Sudah menjadi kebiasaan ketika manusia mendapatkan kebahagiaan, kenikmatan, keberhasilan, prestasi yang gemilang atau harta kekayaan maka manusia akan mengakuinya sebagai hasil jerih payahnya sendiri. Padahal, jerih payahnya itu tidak akan menghasilkan apapun tanpa campur tangan Allah. Sabar menahan segala kegembiraan dan menyikapi kebahagiaan dengan cara yang bijak mempu menghindarkan kita dari murka Allah akibat kemungkinan sifat sombong dan lupa bersyukur yang bisa saja terbersit dalam hati. Lebih dari itu, bersabar menghadapi kebahagiaan mampu menolong orang lain dari penyakit hati yang timbul karena iri melihat kebahagiaan yang dipamerkan.

Sebagai umat Nabi Muhammad, sabar merupakan sifat mulia yang harus kita iliki dana malakna dalam keadaan apapun, baik ketika sedang kesusahan maupun sedang merasa senang. Rasulullah sendiri tidak terhitung lagi berapa kali belaiu harus bersabar menahan sedih ketika ia dizolimi oleh kaum kafir Quraisy. Bersiap sabar terhadap apapun yang terjadi dalam kehidupan kita mampu menolong dan menjauhkan kita dari hal-hal buruk yang akan kita sesali di kemudian hari bila kita menuruti amarah. Maka tidak salah bila Allah menyuruh kita menjadikan sabar dan solat sebagai penolong.

Yuk sedekah melalui www.maiberbagi.or.id

Penulis,
(DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL