MAINews, NTB – Dusun Terengan Pemenang Timur dihuni sekitar 450 KK. Terengan Tanak Ampar sekitar 265 KK sedang Terengan Lauq sekitar 185 KK. Ketika terjadi bencana gempa bumi masyarakat secara spontan membangun tenda-tenda dan membentuk posko. Setidaknya ada 4 posko yang dibangun yakni 2 di Terengan Tanak Ampar dan 2 di Terengan Lauq.
Menentukan posko pengungsian juga harus memperhatikan resiko. Jangan sampai justru menimbulkan masalah baru. Pun demikian yang terjadi di Dusun Terengan Lauq. Sekitar 65 KK bertahan di perbukitan Lauq. Topografi perbukitan memiliki resiko tinggi terhadap keselamatan pengungsi. Longsor akibat gempa susulan sewaktu-waktu bisa terjadi. Jika musim hujan tiba, resiko longsor semakin besar.
Melihat kondisi tersebut, Posko Mandiri Amal Insani (MAI) Foundation terus memberikan edukasi. Rano Karno Bilal, selaku koordinator posko MAI bersama relawan terus melakukan pendekatan ke tokoh masyarakat.
“Awalnya tidak mudah. Masyarakat sudah terlanjur membangun tenda di atas bukit dan merasa aman,” kata Rano.
Saat terjadi gempa mereka takut turun bukit karena melewati pemukiman Tanak Ampar yang hancur. Takut dengan kejatuhan bangunan karena listrik mati total. Begitu sudah bangun tentu berat hati untuk pindah. Repot dan capek karena harus mencopot dan memindahkan tenda sudah terbayang.
“Alhamdulillah, setelah dilakukan negosiasi antara kepala Dusun H. Farhan dan tokoh masyarakat, maka secara bertahap warga mau turun. H. Mukhtar sebagai tokoh masyarakat memiliki andil besar saat membujuk warga,“ ungkap Rano.
Akhirnya, sekitar 50 KK turun ke tempat yang lebih aman. Masih ada 15 KK yang bertahan di atas. Posko MAI Foundation yang awalnya 55 KK, sekarang dihuni 105 KK. Posko MAI Foundation tidak masalah dengan penambahan ini. Keselamatan justru menjadi lebih utama. Fungsi edukasi guna pengurangan resiko bencana dilakukan posko ini. Untuk kebutuhan logistik adalah bagian penanganan berikutnya.