Derap langkah diiringi suara ceria terdengar di luar. Tak lama kemudian, sesosok gadis kecil menggandeng lengan gadis yang lebih kecil darinya muncul dari balik pintu bersama kedua orang tuanya. Tangannya yang mungil membuka jaket yang membalut tubuh kurusnya. Gadis kecil itu bernama Saskia Atya Alaika Putri.
Kepada orang yang berada di sana, gadis kecil itu memamerkan bekas luka pisau yang telah membedah tubuh ringkihnya. Garis lurus memanjang dari atas ke bawah di dadanya sepanjang ±20 cm merupakan saksi, bahwa di usianya yang masih 12 tahun, anak pertama dari pasangan Nelia Putri (34) dan Armen (43) itu tetap memperjuangkan kehidupan untuk hidup dengan semangat yang tidak pernah meluntur.
“Sejak dia (Putri) masih bayi, sekitar berumur 3 bulan, gejala penyakitnya mulai kelihatan. Berat badannya itu tidak naik-naik,” Nelia, Sang Ibu mulai bercerita. “Pernah dibawa ke posyandu, kata petugasnya bilang kalau anak saya itu kena busung lapar,” tambahnya lagi.
Waktu berlalu. Putri semakin tumbuh. Namun pertumbuhan itu tidak dibarengi dengan pertambahan berat badan yang signifikan. Ketika kelas 1 SD, berat badan Putri hanya 15 kg saja. Sangat jauh dari teman sebayanya. Kondisi Putri yang tidak biasa itu menarik perhatian teman kerjanya. Oleh teman kerjanya itu, Putri disarankan agar lekas dibawa ke dokter.
Akhirnya, Putri yang saat itu sedang duduk di bangku kelas 2 SD dibawa ke Poli Anak di Rumah Sakit Daerah Padang. Dari penjelasan dokter dari Poli Anak itulah Neli mengetahui bahwa Putri sedang menderita penyakit jantung bocor bawaan.
“Jantung bocornya udah mencapai 6-8 mili dan harus dioperasi secepatnya,” cerita Neli lagi.
Mengetahui jenis penyakit yang diderita serta biaya yang harus dikeluarkan itu membuat Neli dan Sarmen bingung. Apalagi pekerjaan Neli yang hanya sebagai tukang cuci piring di rumah makan serta Sarmen yang kerjaannya serabutan itu tak mencukupi biaya pengobatan. Meski sekarang ada BPJS yang membantu biaya pengobatan dan perawatan, mengingat kehidupan di Jakarta yang mahal, tetap saja hal itu yang mengganggu pikiran.
Butuh waktu hingga semuanya siap. Tahun 2015 adalah awal Putri ke Jakarta. Bulan Oktober 2016, Putri mendapat kepastian tanggal operasi. Dan selama itu pula, Putri mendapat bantuan dari pihak yang tidak diduga.
Mengenal Rumah Sehat Mandiri membuat Neli semakin bersyukur. Letaknya yang tak jauh dari RS Jantung Nasional Harapan Kita mempermudah Putri menjalani perawatan. Sejak 2 Februari 2017, Putri dan keluarganya tinggal di RSM. Putri dan beberapa pasien lain di RSM saling menyemangati untuk tetap sabar.
Saat ini, Putri sudah dioperasi dan sedang menjalani perawatan paska operasi. Berat badannya pun berangsur bertamah. Kendati saat ini terpaksa tidak bisa mengikuti ujian kelulusan, namun ketika ditanya tentang cita-cita, sambil senyum, Putri berujar, “ingin jadi dokter.” (MAI Foundation/Riana)