fbpx

Meski Sendiri di Jakarta, Rahma Harus Tegar Demi Anaknya

penyakit jantung bawaanRona tegar terpancar dari wajah renta Rahma Yeni. Selama kurun waktu 2016, wanita berasal dari Medan itu selalu sigap berusaha melakukan yang terbaik demi kesembuhan anaknya. Fikri Radiansyah yang saat ini berumur 8 tahun itu sedang dirawat di Rumah Sakit Harapan Kita karena penyakit yang dideritanya yaitu penyakit jantung bawaan (Truncus Arteriosus Tipe II).

Ketika Fikri berusia 5 tahun, Fikri mengalami demam tinggi dan sesak napas. Oleh keluarganya, Fikri dibawa ke klinik untuk mendapatkan penanganan. Namun setelah 3 kali berobat di klinik, sakit yang Fikri derita tak kunjung sembuh. Dokter menyarankan agar Fikri dibawa ke Rumah Sakit Mitra Sejati, Medan.

Begitu tiba di Rumah Sakit Mitra Sejati, pihak rumah sakit malah menyarankan agar dipindahkan ke RS. H Adam Malik. Dari pihak rumah sakit inilah, orang tua Fikri mendapat informasi bahwa anaknya tersebut menderita jantung bawaan (Truncus Arteriosus Tipe II). Itu artinya, sejak lahir, Fikri hanya memiliki satu pembuluh darah besar yang mengarah keluar dari jantung. Biasanya, bayi lahir terdapat dua pembuluh darah terpisah yang mengarah keluar jantung. Jenis penyakit ini adalah penyakit langka. Bahkan karena langkanya, dokter mengatakan Fikri adalah pasien ketujuh se-Indonesia. Selain itu, Fikri juga memiliki PH tekanan paru tinggi.

Bimbang melanda keluarga Fikri. Apalagi dokter berkata peluang keberhasilan operasi Fikri hanya setengah berbanding setengah. Sebagai upaya lanjut, alih-alih membawa Fikri berobat ke Jakarta, keluarga membawa Fikri ke Rumah Sakit Dr. M. Djamil, Padang. Herannya, begitu sampai di Padang, kesehatan Fikri membaik.

Setelah 2 tahun lebih keadaan Fikri tak menandakan adanya kelainan lain akibat penyakit yang dideritanya itu, di usianya yang menginjak 8 tahun, demamnya kumat. Saking tingginya suhu tubuh yang dialami Fikri, ia kerap menginggau. Melihat itu, Fikri dilarikan ke RS. Dr. M. Djamil, Padang dan sempat dirawat selama 25 hari. Dokter mengatakan harus segera dioperasi. Operasi adalah jalan satu-satunya agar Fikri bisa sembuh, kalau tidak dioperasi, jantung yang berfungsi sebagai organ vital untuk memompa darah, darah bersih dan darah kotor akan bercampur. Hal ini tentunya akan membahayakan keadaan tubuh Fikri.

Mendapati hal kenyataan itu semua, orang tua Fikri langsung mengurus segala hal terkait rujukan ke Rumah Sakit Jantung Harapan Kita. Mereka meminta izin kepada keluarga untuk berobat di Jakarta. Mereka hanya berupaya semaksimal mungkin demi kesembuhan anaknya yang tersayang.

Akhirnya, pada bulan Januari 2016, Rahma membawa Fikri ke Jakarta. Setelah melakukan berbagai cek medis untuk menunjang proses operasi, akhirnya Fikri mendapat jadwal operasi yaitu tanggal 17 Mei 2016.

Setelah dioperasi (penambahan pembuluh darah dan penambalan jantung), pihak rumah sakit sengaja menidurkan Fikri selama seminggu karena PH paru-paru yang tinggi. Hal ini dilakukan agar kondisi Fikri pasca operasi bisa terjaga. Alangkah terkejutnya Rahma ketika di hari ke delapan, hari yang digadang-gadangkan Fikri akan membuka matanya, yang terjadi malah justru sebaliknya. Fikri tak bisa dibangunkan. Kata dokter penyebabnya adalah tensinya tinggi, HB dan trombosit turun. Harap-harap cemas.  Kedua telapak tangan Rahma mengusap wajah kebasnya. Mimik mukanya harap-harap cemas.

Di hari selanjutnya, hari yang Rahma harapkan akan membuahkan keajaiban, dari hidung dan mulut Fikri malah keluar darah. Parahnya, darah yang dari hidung tersebut naik ke otak yang menyebabkan pembengkakkan di kepalanya. Darah di kepalanya itu menyebar ke syaraf di otaknya.

Delapan bulan berlalu sejak Fikri dioperasi. Keadaan Fikri tak juga membaik. Meski saat ini kedua mata Fikri sudah terbuka, kondisi tubuh Fikri tak bisa digerakkan. Anak kecil itu tetap terbaring lemah di ruang ICU Rumah Sakit Harapan Kita. Melihat kondisi anaknya yang tak juga membaik, Rahma terpaksa berbohong kepada suaminya. Cukuplah ia yang tahu akan kondisi anaknya itu. Ia tidak ingin suaminya mengkhawatirkan kondisi istri dan anaknya itu. Biarlah suaminya fokus bekerja dan menjaga adiknya Fikri yang masih berumur 4 tahun.

Sejak tanggal 17 Januari 2017, Rahma Yeni menjadi salah satu penghuni Rumah Sehat Mandiri. Sebelum mengenal Rumah Sehat Mandiri yang diprakarsai oleh Mandiri Amal Insani (MAI) Foundation, ibu dua anak itu tinggal di ruangan kosong yang tersedia di rumah sakit bersama ibu-ibu yang keluarganya dirawat di rumah sakit. Ia bahkan tidur hanya beralaskan karpet tipis dan tanpa bantal. Ia rela melakukan itu semua demi Fikri. Demi menjaga amanah Allah. (MAI Foundation/Riana)

Baca Juga: Kisah Penderita Jantung Bawaan: Yuni, Aku Ingin Hidup Normal

RELATED ARTIKEL