Setiap orang tentu memiliki aktifitasnya masing-masing. Semua aktiftas itu tentunya beragam satu sama lain. Salah satu aktifitas itu diantaranya adalah bekerja mencari nafkah. Ada yang bekerja dengan menjadi karyawan, pedagang maupun usaha-usaha lainnya. Dari semua usaha dan pekerjaan yang kita lakukan itu, terkadang ada satu hal yang bisa jadi seringkali kita abaikan. Yaitu berkah.
Setiap pekerjaan yang dilakukan tentunya adalah ikhtiar untuk mencari nafkah maupun maisyah bagi setiap orang. Sehingga tak jarang, karena desakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya ataupun keingginan hawa nafsunya, beberapa orang rela mencari pekerjaan apapun. Beruntunglah bagi mereka yang saat ini memiliki pekerjaan yang “halal” dan berhati-hatilah jika sampai saat ini diantara kita masih ada yang terjebak dalam pekerjaan yang menjerumus pada maksiat.
Pernahkah diantara kita berada dalam fase jenuh dalam kerja? Padahal disaat itu harta kita sedang melimpah ruah. Atau kondisi hati yang selalu gelisah sekalipun orang-orang yang kita cintai selalu berada disekeliling kita. Atau saat usaha kita terus berada dipuncak padahal kita secara sadar berada jauh dari jalanNya. Bisa jadi diantara kita melakukan hal yang sama namun merasakan hal yang berbeda. Atau bekerja secara maksimal namun selalu mengeluh dan merasa gagal. Bisa jadi itu adalah ciri dari ketidakberkahan rezeki maupun pekerjaan kita. Atau bisa jadi semua itu adalah buah dari harta yang belum sempat “dibersihkan”. Karena ciri keberkahaan rezeki dan pekerjaan bukan pada persoalan banyak atau sedikit. Namun salah satu ciri keberkahan adalah ketentraman hati. Maka salah satu kunci agar rezeki dan pekerjaan menjadi berkah adalah dengan bersedekah.
“Tiada hari melainkan pada pagi harinya ada dua malaikat yang turun. Lalu salah satunya berucap (berdoa): Ya Allah, berilah ganti untuk orang yang berinfaq. Sedangkan yang lain berdoa: Ya Allah timpakanlah kehancuran kepada orang yang kikir (tidak berinfaq).” (Muttafaqun ‘alaih)
Adakalanya kita lalai terhadap harta yang sebagian darinya adalah hak milik orang miskin. Adakalanya kita melupakan hak-hak dhuafa yang berhak mendapatkan sebagian dari harta kita. Atau seringkali kita merasa terbebani bersedekah saat harta kita sedang sempit. Padahal tidak sedikit dengan sedekah banyak perkara susah berubah menjadi mudah. Dan tidak sedikit pula mereka yang bersedekah kemudian rezekinya menjadi berlimpah. Karena hal ini adalah janji Allah. Tentunya janji bagi mereka yang bersedekah seperti dalam firmanNya :
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)
Terkadang selalu banyak alasan serta bisikan dari setan agar kita enggan untuk bersedekah. Dari mulai takut kehilangan harta atau berkurangnya jumlah harta hingga ketakutan akan kefakiran. Tentunya hal ini memang nyata, karena hal tersebut sudah Allah SWT ingatkan dalam firmanNya:
“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat buruk (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” (Qs Al-Baqarah 268).
Padahal hal tersebut sebaliknya, Allah sudah memberitahu hamba-hambanya untuk tidak khawatir hartanya berkurang karena bersedekah. Justru Allah berjanji akan menggantinya dengan yang lebih besar. “Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.” (HR. Muslim, no. 2588).
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39). (tau/hal).