Pernahkah melihat seseorang mengunggah status di beranda media sosial yang selalu bernada keluhan? Atau apakah pernah berada di jalan raya yang macet lalu melontarkan keluhan atas kejadian tersebut?
Mengeluh adalah refleksi dari ketidakpuasan terhadap permasalahan hidup seperti keluarga, pekerjaan, pasangan, masa lalu dan berbagai macam hal lainnya. Sayangnya, setiap harinya, manusia tidak akan lepas dari yang namanya masalah. Karena masalah muncul setiap waktu, maka mengeluh bisa menjadi suatu kebiasaan yang melekat. Apalagi seiring berkembangnya teknologi yang menyuguhkan berbagai aplikasi media sosial. Di saat merebaknya aplikasi-aplikasi yang seharusnya menambah koneksi pertemanan, aplikasi tersebut malah dijadikan lahan untuk menumpahkan keluh kesah.
What’s on your mind? Apa yang ada di dalam pikiranmu?
Artinya, apa yang kita tulis menjadi sebuah status media sosial, itulah yang ada di dalam pikiran kita. Apabila baik pikiran, maka apa yang tertulis pun menjadi balik, begitu juga sebaliknya. Keluhan yang disebarkan itu tidak akan membuat situasi yang sedang kita hadapi menjadi lebih baik. Malah justru sebaliknya. Mengeluh hanya akan menguras energi dan menciptakan perasaan negatif yang tidak membuat diri kita berkembang. Lebih jauh, orang-orang yang ada di list pertemanan berpicing mata terhadap kita. Ada yang bersimpati, namun tidak sedikit pula yang nyinyir.
Pribadi kita, bisa dilihat dari status yang diunggah. Untuk mengatasi sikap kita yang suka mengeluh sebenarnya mudah. Yaitu dengan belajar bersyukur atas apa yang sudah kita raih serta berpikir positif bahwa apa yang sedang dihadapi itu ada hikmahnya.
Sebagai contoh. Jika kita sering mengeluh tentang jumlah gaji yang diterima, yakinlah bahwa banyak di luaran sana yang berpenghasilan jauh lebih kecil sehingga tak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Jika kita sering mengeluh karena masih tinggal di kontrakan sepetak. Ketahuilah, bahwa ada yang jauh lebih mengenaskan dibanding kehidupan kita saat ini. Jika menghadapi macet panjang, masih banyak di luaran sana yang belum memiliki kendaraan bermotor seperti kita.
Jadi intinya, tengoklah ke bawah untuk melihat ke atas bahwa Allah SWT telah menganugerahkan segala sesuatunya itu indah pada waktunya, bahwa itulah yang terbaik untuk umatnya.
Bersyukur adalah emosi yang tersehat. Semakin kita bersyukur atas apa yang dimiliki, maka semakin banyak hal yan akan kita miliki untuk disyukuri. Kita pun akan menjalani kehidupan dengan optimis dan positif. Namun jika masalah yang menghimpit tak menemukan solusi yang diinginkan maka jalan terbaik adalah kembali kepada Sang Pencipta dengan berdoa. (MAI Foundation/Riana)