fbpx

Mencintai Maisyah

Maisyah atau mencari penghidupan yang halal adalah kewajiban bagi setiap umat muslim. Dalam Islam, bekerja dipandang sebagai sebuah ibadah yang selain untuk menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya, kita juga mengharapkan pahala dari Allah. Pekerjaa  adalah harga diri bagi tiap muslim. Apapun jenis pekerjaan kita, selama itu dikerjakan dengan cara dna jalan yang halal serta mendatangkan manfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain, Allah akan menghitungnya sebagai jihad fii sabillllah.

Allah sangat membanggakan mereka  yang sanggup menghidupi dirinya dengan usahanya. Allah mewajibkan seluruh hambaNya untuk berusaha mencari rezeki yang telah Allah sediakan d dunia. Telah Allah sediakan semuanya untuk mencukupi kebutuhanmanusia, tinggal manusianya saja yang harus berjuang menemukannya. Allah tidak menyuruh hambaNya bekerja di luar kemampuan dan batas dirinya sesuai dengan firmanNya dalam surah Al-Baqoroh ayat 286 yang artinya, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.”  Allah, melalui ayat ini, menginginkan manusia agar berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Allah tidak mungkin memberikan beban di luar yang sanggup ditanggung hambaNya. Kitahanya wajib berusaha mencari rezeki yang telah Allah turunkan di dunia lewat bekerja, serahkan semua perhitungan rezeki yang akan kita dapat kepada Allah. Biarkan Allah yang menghitungnya sesuai dengan kesunggunguhan kita berusaha.

Perintah agar umat manusia bekerja Allah jelaskan dalam surah Al-Qhasas ayat 73 yang artinya, “Dan sebagian rahmat-Nya, Dia jadikan untuk kamu malam dan siang supaya kamu beristirahat padanya dan supaya kamu mencari sebagian dari karunia-Nya dan agar kamu bersyukur.”

 

 

Karena pekerjaan merupakan sesuatu yang angat berharga. Kita patut bersyukur kepada Alah yang telah memudahkan kita mendapatkan pekerjaan. Mencintai yang menjadi tanggung jawab kita adalah salah satu wujud bersyukurkepada Alalh agar nikmat yang kita miliki semakin bertambah. Salah satu bentuk paling nyata dari mencintai pekerjaan kita adalah menyedekahkan sebagian dari kafalah yang kita terima. menyedekahkna sebagian kafalah tidak akan membuat kita kehilangan separuh gaji, malah sebagai gantinya Allah akan memudahan tiap pekerjaan kita karena berkah sedekah tersebut.

Selain bersedekah, kita juga membuktikan kecintaan kita terhadap sebuah pekerjaan dengan mempersembahkan ikhtiar terbaik. Allah sendiri sangat menyukai orang-orang yang memaksimalkan kemampuannya dalam bekerja, ”Sesungguhnya Allah mencintai hambaNya yang apabila ia bekerja, ia menyempurnakan pekerjaannya.” (HR. Thabrani)

Pekerjaan yang dlakukan dengan kesungguhan hati akan menghasilkan kemakmuran dan kenyaman bagi orang lain. Bekerja bukan hanya sekadar menghasilkan uang demi memenuhi kebutuhan keluarganya (apalagi hanya untuk mengisi waktu luang belaka), tetapi juga unuk memberikan yang terbaik untuk orang lain. Kita harus berusaha sebaik mungkin menyelesaikan pekerjaan kita karena ada orang lain yang menggantungkan nasibnya pada hasil pekerjaan kita. Contohnya, seorang polisi harus bekerja semaksimal mungkin menciptakan rasa aman dan damai bagi masyarakat. Apa jadinya jika seorang polisi yang diamanahi seperti itu bekerja sekehendak hati? Bagaimana mungkin masyarakat akan menaruh kepercayaan yang besar kepada pihak kepolisian?

Untuk memaksimalkan kinerja, sudah seharusnya kita memahami betul apa keahlian yang kita miliki karena hal itu mampu memudahkan kita dalam memilih pekerjaan. Bekerja sesuai dengan keahlian akan memaksimalkan kinerja kita. Kita pun akan mudah menyiasati dan mengatasi masalah kalau di tengah jalan mengalaminya. Bekerja sesuai keahlian juga akan membuat kita lebih profesional karena telah menguasai seluk beluk dan risiko pekerjaan tersebut.

Pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mumpuni di bidangnya hanyalah akan membawa kemudhorotan bagi banyak pihak. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi yang berbunyi, “Jika suatu perkara itu diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kedatangan hari Kiamat.” (HR. Bukhari). Banyak orang yang akan dirugikan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang tidak kompeten. Dikhawatirkan mereka akan membuat sebuah kebijakan atau mengambil tindakan yang salah yang sehingga menimbulkan kesengsaraan bagi banyak orang.

Selain cara-cara di atas, ada satu perkara yang wajib dimiliki baik bagi para pegawai maupun pelaku usaha. Perkara tersebut adalah menanamkan empat sifat Rasulullah ketika bekerja, yaitu shiddiq, amanah, fathonah, dan tabligh. Dengan memiliki empat sifat Rasulullah ini, etos kerja akan timbul dan semakin menambah mahabbah kita terhadap pekerjaan.

Shiddiq artinya jujur. Jujur dalam berkata maupun bertindak. Shiddiq berkaitan dengan  pekerjaan juga bisa diartikan sebagai kemampuan untuk berbuat yang benar sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku dan porsi yang diberikan. Sebagai seorang pekerja, kita tidak dibenarkan melanggar SOP dan bertindak semaunya. Aturan dibuat untuk dipatuhi agar seluruh aspek yang bersinggungan langsung dengan pekerjaan kita tidak terganggu. Contoh, seorang guru yang mendapatkan jam mengajar selama dua jam pembelajaran harus mengajar tepat selama itu Tidak boleh lebih atau mengurangi jatah waktu yang diberikan agar tidak mempengaruhi jam pelajaran selanjutnya. Seorang guru dituntut untuk menyampaikan ilmu yang diampunya. Juga, seorang guru harus jujur dan transparan dalam mengolah nilai siswanya. Hal yang juga berlaku untuk pengusaha. Mereka harus jujur dalam mengembangkan dan memasarkan produknya. Tidak boleh mereka merendahkan produk pesaingnya sebagaimana mereka menutupi kekurangan produk yang dibuatnya.

Sifat Rasulullah selanjutnya yang harus dimiliki oleh para pekerja adalah amanah atau dapat dipercaya. Mendapatkan kepercayaan dari rekan kerja atau pimpinan sama sulitnya dengan mempertahankannya. Untuk mendapatkan kepercayaan, kita harus mengerjakan segala pekerjaan sesuai petunjuk. Semua tanggung jawab yang dibebankan kepada kita harus dikerjakan dengan mengerahkan semua kemampuan.

Sifat yang ketiga adalah fathonah. Fathonah artinya cerdas, sebuah sifat yang wajib dimiliki oleh para pekerja. Kecerdasan pekerja tak hanya bisa dilihat dari nilai-nilai di atas selembar ijazah. Lebih jauh lagi, kecerdasan pekerja akan terlihat ketika ia mulai bekerja. Bagaimana cara ia mengatur waktu agar semua pekerjaannya selesai tepat waktu, bagaimana caranya menyelesaikan maslaah yang ditimbul sebagai risiko atas pekerjaannya, bagaimana ia mengelola emosi saat bersitegang dengan rekan sejawatnya.

Yang terakhir adalah tabligh yang dapat diartikan dengan kemampuan berkomukasi yang baik. Seorang pekerja yang baik harus tahu dengan siapa ia berbicara dan harus bagaimana ia bersikap. Adakalanya seorang karyawan diberi tugas untuk melobi partner bisnis perusahaan tempat ia bekerja. Ia harus tahu bagaimana cara bernegosiasi. Akan lebih baik lagi jika ia sudah mengetahui karakter lawan bicaranya.

Itulah sifat-sifat yang harus dimiliki oleh mereka yang bekerja. Sinergi dari keempat sifat itu akan meningkatkan mahabbah terhadap pekerjaan yang kita sedang geluti saat ini. Mencintai pekerjaan sama halnya dengan mencintai diri sendiri dan orang lain. Hal ini dikarenakan dalam bekerja, kita tidak hanya berurusan dengan eksistensi diri sendiri, tetapi juga dengan orang lain yang akan menikmati hasil pekerjaan kita.

Dengan mencintai pekerjaan, kita telah menjaga harga diri; menghindarkan kita dari sikap pengemis minta dikasihani. Mencintai pekerjaan merupakan sedekah tenaga, waktu pikiran, dan perasaan yang membuat kafalah yang diterima lebih berkah karena dihasilkan dengan kerja keras yang penuh dengan kerdihoan. Mencintai pekerjaan sama dengan melakukan sedekah jariyah yang pahalanya terus mengalir deras bahkan ketika kita sudah berkalang tanah.

 

Penulis,

(DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL