fbpx

Jangan Tunggu Mata, Telinga dan Kulit Berbicara

Akan datang hari

Mulut dikunci

Kata tak ada lagi

 

Akan tiba masa

Tak ada suara

Dari mulut kita

 

Berkata tangan kita

tentang apa yang dilakukannya

Berkata kaki kita

ke mana saja ia melangkahnya

 

Tidak tahu kita

bila harinya

Tanggung jawab tiba…

 

Sahabat semua mungkin merasa familiar dengan lirik lagu “Ketika Tangan dan Kaki Berkata” yang dipopulerkan oleh penyanyi legendaris dalam negeri yakni Almarhum Chrisye ini. Liriknya yang dalam nan menyentuh menjadi lebih sempurna ketika dilantunkan oleh penyanyi berbakat Indonesia; Chrisye. Lagu ini sering dinyanyikan dalam momen sakral seperti saat ramadan, dalam nuansa hari raya, atau peringatan besar umat islam, juga dalam momen-momen maaf-memaafkan dan muhasabah diri. Lirik dalam lagu ini sangat lugas sehingga mudah dicerna banyak kalangan dan ketika dilantunkan banyak orang akan merasa tersihir dengan sakralnya lagu. Pesan dalam lagu ini seketika menyentil dunia batin kita untuk mengingat Allah dan dosa-dosa yang pernah dilakukan semasa hidup. Dosa-dosa yang secara sengaja ataupun tidak, terlanjur dilakukan dengan seluruh pancaindera kita sebagai perantaranya. Lewat hal keji yang dilihat oleh mata, ucapan menyakitkan dan tercela yang keluar dari mulut kita, perbuatan buruk yang dilakukan tangan, dan arah maksiat yang dilalui oleh kaki kita. Lagu ini memutar memori kita tentang dosa yang seketika muncul di kepala seperti sebuah slide presentasi amalan kita di dunia dan lantas kita merasa malu sebab sadar itu dosa dan kekejian namun tetap saja kita gemar melakukannya.

Seluruh pancaindera kita akan berbicara dan bersaksi di hadapan Allah tentang amalan yang diperbuat semasa hidup, baik dan buruknya. Seorang pancaindera kafir dan munafik akan bersaksi dengan penuh penyesalan dan rasa takut sebab seluruh amalan buruknya di dunia, sedangkan anggota tubuh mukmin akan bersaksi dan mengakui kesalahannya di dunia, juga bagian tubuh lain bersaksi atas kebaikan yang lain. Di akhirat kelak, seluruh pancaindera dapat memberikan kesaksian dan berbicara kecuali mulut. Kebohongan dapat dilontarkan oleh mulut kita namun hal itu tidak dilakukan oleh pancaindera yang lain, seperti mata, telinga, hati, kulit lewat tangan dan kaki. Hal ini dijelaskan pula dalam firman Allah QS : Yasiin : 65 yang berbunyi,

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.”

Kemudian dilengkapi penjelasannya pada QS: Fushilaat : 20-22,

“Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, pengelihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka: “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” Kulit mereka menjawab: “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, pengelihatan, dan kulitmu kepadamu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan.”

            Kedua ayat ini jelas menggambarkan tentang persaksian yang dilakukan oleh pancaindera manusia di akhirat kelak. Mata, telinga, dan kulit yang diizinkan Allah berbicara untuk memberi kesaksian atas amalan manusia di dunia, sementara mulut mereka dikunci. Bahkan bentuk amal soleh dan bumi pun dapat memberikan saksi, “Pada hari itu bumi menceritakan beritanya.” (QS: Al-Zalzalah : 4). Apa sajakah yang diceritakan bumi?

Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya yang diberitakan oleh bumi adalah bumi jadi saksi terhadap semua perbuatan manusia, baik laki-laki maupun perempuan yang telah mereka perbuat di muka bumi. Bumi itu akan berkata, “Manusia telah berbuat begini dan begitu, pada hari ini dan hari itu.” Inilah yang diberitakan oleh bumi. (HR. Tirmidzi no. 2429).

 

Inilah tanda bahwa pengadilan akhirat milik Allah benar adanya dan sebuah keniscayaan. Tidak ada seorang makhluk pun yang dapat berdusta dan mempermainkan Allah. MandatarisNya meliputi langit dan bumi, semua dalam pengawasan Allah. Jika manusia bisa berpikir bahwa ia mampu menutupi kebohongan dan dosa dari Allah di akhirat nanti maka mereka telah salah dan amat kerdil menilai kekuasaan Allah. Mungkin jika dapat kita analogikan tentang betapa luas jangkauan Allah dan seluruh alam semesta ini berpihak padaNya untuk mengawasi segala aktivitas hamba-hambaNya maka sepertinya pada setiap anggota tubuh kita, tanah yang kita injak, pepohonan, bunga-bunga di tangkainya, gunung-gunung, dan lautan terdapat CCTV Allah. Mereka yang bertugas melaporkan segala kejadian makhluk yang akan bersaksi di akhirat kelak, merekalah mata-mata sekaligus kaki tangan Allah.

Dengan informasi tentang betapa di akhirat kelak akan ada pengadilan Allah yang membuat anggota tubuh kita mampu berbicara dan bersaksi, tidak cukupkah ini menjadi pengingat dosa-dosa kita? Apakah berita ini hanya cukup menjadi kisah dan dongeng belaka kemudia kita tetap pada kebiasaan buruk kita? Tetap pada kemaksiatan yang kerap kita lakukan tanpa penyesalan? Apakah peringatan ini tidak cukup membuat kita menjadi hamba yang menyesali dosa-dosa dan memperbaiki diir? Tidakkah kita takut jika mata, telinga, dan kulit kita betul-betul berbicara tentang keburukan dan kemaksiatan kita di hadapan Allah? Kemudian semua catatan dosa kita lengkap dengan tahun, bulan, hari, tanggal, dan jam kejadian diceritakan oleh mereka dalam persidangan nanti persis seperti tayangan film yang seringkali kita tonton semasa di dunia. Maka di akhirat, kita menyaksikan tayangan video berisisi seluruh dosa-dosa kita selama hidup di dunia. Atas segala kabar berita ini, lantas akan berbuat apakah kita selanjutnya? Akan berupaya mengikis dosa dengan menjadi pribadi saleh tiap harinya atau hanya akan berdiam diri menunggu ajal datang? Mari bersama kita saling mengingatkan dan bermuhasabah diri mempersiapkan hari-hari akhir itu. Menunaikan segala kebaikan dan amal jariyah yang menjadi saksi kebajikan kita di pengadilan Allah nanti, yang akan memberatkan timbangan amal soleh kita, yang akan mencuci catatan keburukan atas dosa-dosa kita. Mari kita bercermin, sudah layakkah kita mencium surga Allah dan mendapatkan aset surga di dalamnya? Sudahkah mata, telinga, kulit, tangan, dan kaki kita berjalan pada segala yang Allah suka, pada semua perintahNya dan jauh dari laranganNya? Janganlah kita bosan menyiapkan bekal akhirat yang sejatinya hanyalah berisi amalan-amalan kita. Entah amalan mana yang diterima Allah nanti, apakah dari amalan salat kita, atau puasa, zakat, haji, atau bahkan amalan kecil saat kita bediam tanpa suara demi menjaga perasaan saudara kita? Kita tidak pernah tahu amalan mana yang akan mengantarkan kita ke surga. Berbuatlah kebaikan sebanyak-banyaknya, suburkan sedekah sederas-derasnya, hindarkanlah diri dari maksiat sejauh-jauhnya. Jangan menunggu mata, telinga, dan kulit kita bicara tentang amalan keji yang kelak memberatkan kita menyentuh neraka Allah dengan segala siksaan di dalamnya. Naudzubillahi min dzaalik.

Yuk Salurkan sedekah terbaik anda melalui www.maiberbagi.or.id

Penulis,
(
DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL