fbpx

Ibadah vs Waktu

Dua puluh empat dalam sehari; tujuh hari dalam sepekan; empat pekan dalam sebulan; dua belas bulan dalam setahun; dan terus saja waktu bergulir, dari kita lahir sampai nanti tak ada lagi waktu tersisa untuk kita. Sudahkah ibadah kita cukup sebagai bekal pulang ke akhirat nanti?

Waktu merupakan salah satu bentuk rezeki yang Allah turunkan kepada manusia. Sudah seharusnya manusia bisa mengatur dan mengolah waktu dengan sebaik mungkin. Namun, manusia sering terlena dengan waktu yang ada seolah lupa bahwa kapan saja ia bisa kehilangan waktu. Manusia sering menunda pekerjaanya hanya karena terbiasa mengerjakannya di akhir waktu dan mereka lupa bahwa bisa jadi tak ada lagi waktu untuknya. Hal ini yang menjadi keresahan Rasulullah dalam haditsnya yang berbunyi, “Dua nikmat yang manusia banyak tertipu di dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Bukhori)

Dari redaksi hadits tersebut, hanya sedikit orang yang mampu mengalokasikan waktu sehat dan waktu luangnya dengan baik. Sebagian besar manusia menggunakan waktu dan kesehatannya untuk bersantai dan baru akan bekerja keras jika tuntutan datang. Akibatnya segala pekerjaan pun akan dilakukan dengan tergesa-gesa dan hasilnya tentu tidak maksimal. Begitu pun dengan melakukan ibadah. Banyak yang beribadah hanya asal terlaksana saja, tanpa memenuhi hak-hak ibadah. Contoh, ketika solat, karena sering melakukannya di akhir waktu, akhirnya hak-hak dalam rukun solat tidak tertunaikan demi mengejar waktu agar tidak segera berkumandang azan selanjutnya. Hak-Hak rukun solat di antranya adalah tuma’ninah. Orang yang terbiasa menunaikan waktu ibadah biasanya melakukan solat terburu-buru tanpa tuma’ninah. Bacaannya pun tak lagi diperhatikan panjang pendeknya. Tak hanya solat, ketika membaca Al-Quran pun demikian. Tak lagi dipenuhi hak-hak setiap hurufnya. Pada akhirnya apabila menunda waktu sudah menjadi gaya hidup akan lahir istilah korupsi waktu.

Waktu adalah ibadah. Artinya setiap waktu yang Allah anugerahkan kepada kita merupakan kesempatan untuk beribadah kepada Allah. Kita tidak pernah tahu berapa lama kesempatan yang Allah berikan kepada kita untuk beribadah, namun satu hal yang pasti, setiap detik yang kita lewati selalu berjalan maju menuju kematian. Akan sia-sia semua kesempatan yang Allah berikan bila kita terus saja menunda waktu sembari mengatakan membesarkan hati, ”taubatnya besok saja.”

Allah berfirman dalam surah Adz-Dzaariyat ayat 56-58 yang artinya, Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan.  Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh

Dari ayat ini telah sangat gambalng dijelaskan bahwa hidupnya manusia hanya untuk beribadah kepada Allah. Jika manusia tidak beribadah kepada Allah maka tidak ada kerugian di sisi Allah. Justru manusialah yang merugi bila tak beribadah karena sejatinya ibadah adalah cara kita meminta memohon apapun kepada Allah.

Setiap waktu atau kesmepatan yang Allah berikan kepada kita harus digunakan untuk beribadah. Lalu bagaimana dengan cara kita bekerja memenui kebutuhan sehari-hari? Bukankah Allah telah memerintahkan kita untuk mencari rezeki di atas bumi Allah ini? Bukankah kita juga Allah perintahkan untuk menyambung silaturahim kepada sesama manusia?

Apapun yang kita lakukan di muka bumi ini, selama itu di jalan Allah dan di jalan kebenaran dan kebaikan, maka akan dihitungs ebagai ibadah kepada Allah. Salah satu syaratnya adalah dengan membaca basmalah ketika mau memulai kegiatan. Dengan membaca basmalah, efeknya akan terasa luar biasa seakan kita selalu dibersamai Allah dan harapannya dengan membaca basmalah dalam tiap aktivitas dapat meredam hal-hal yang buruk.

Agar semua aktivitas keseharian kita dinilai ibadah oleh Allah, selain mengawalinya dengan niat lilahi ta’ala dan membaca basmalah, kita juga perlu mengoptimalkan waktu dalam sehari semalam. Hal ini harus dilakukan dengan tertib dan disiplin agar semua rencana kerja hari ini tidak ada yang tertunda. Salah satu yang penitng untuk dilakukan agar kita terhindar dari sikap melalaikan waktu adalah menanamkan hadits Rasulullah yang berbunyi, ”Di antara kebaikan Islam seseorang adalah dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.”

Ketika kita memegang teguh hadits ini, maka alam bawah sadar kita akan menggerakkan tubuh kita menjauhi hal-hal yang tidak bermanfaat, seperti menunda pekerjan, menghindari bersantai sebelum waktunya, selalu ingat dengan recana kerja hari ini, dan terus merasa tidak nyaman ketika tubuh belum bergegas untuk melaksanakan kewajibannya.

Selanjutnya, kita bisa memilah dan memilih mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu atau kita biasa menyebutnya dengan skala prioritas. Kita harus terbiasa menempatkan sesuatu pada waktu dan tempatnya. Contoh, dalam sehari semalam kita mendirikan solat wajib sebanyak lima kali yang kita sudah tahu kapan saja waktunya. Yang harus kita pahami berkenaan dengan jadwal solat adalah, kita mengerjakan kegiatan apapun (baik belajar, berorganisasi, ataupun bekerja) dalam rangka untuk mengisi kekosongan waktu antara azan yang satu ke azan yang selanjutnya. Jangan sekali-kali kita membaliknya dengan, kita solat hanya untuk mengisi waktu dan beristirahat dari pekerjaan yang satu ke pekerjaan yang lainnya. Kalau kita sudah bisa menanamkan pemikiran seperti ini, tentu mudah bagi kita untuk solat tepat waktu karena telah menyelesaikan pekerjaan lainnya sebelum waktu solat tiba.

Modal Manusia adalah Waktu

Diriwayatkan bahwa Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata, ”Sesunggguhnya malam dan siang bekerja terhadapmu, maka beramallah pada malam dan siang itu.”

Seperti yang telah disampaikan di awal, waktu adalah rezeki yang Allah berikan kepada kita untuk beribadah keada Allah. Ibadah tidak hanya dilakukan dengan cara mendirikan solat, berdzikir, membaca AL-Quran, berpuasa, menunaikan zakat, haji, dan ibadah lainnya yang terpaku pada waktu pelaksanaannya, tetapi juga dengan melaksanakan kegiatan lain yang sifatnya untuk kepentingan duniawi. Allah sendiri telah berfiman tentang pentingnya menyeimbangkan urusan akhirat dan dunia dalam surah Al-Qashash ayat 77 yang artinya, ” Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Islam adalah agama yang adil dan sempurna. Allah tahu bahwa manusia butuh meminta dan memohon yang kemudian diaplikasikan dalam bentuk beribadah dan juga manusia butuh mencari rezeki dengan cara bekerja. Allah sendiri yang memerintahkan manusia untuk bekerja mencari rezeki yang telah diturunkanNya. Namun, Allah juga mengaruniakan begitu banyak pahal dan nilai ibadah yang akan diberikan kepada mereka yang mau melakukan aktivitas keduniawiannya di jalan Allah dan dengan cara yang halal. Dengan begitu, banyak kesempatan bagi manusia untuk pulang ke akhirat menbawa banyak bekal pahala karena Allah telah menghadiahkan sesuatu yang snagat berharga kepada manusia sebagai modal; ibadah tak terbatas waktu.

Yuk sedekah melalui www.maiberbagi.or.id

Penulis,
(DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL