fbpx

Berbisnis Dengan Allah

Di zaman ini, siapa yang tak pernah menjadi pelaku bisnis? Mulai dari bisnis kecil-kecilan hingga bisnis dengan nilai fanastis. Bisnis umumnya dilakukan sebagai sumber pendapatan utama atau sebagai tambahan saja. Tak jarang juga, hasil berbisnis lebih besar dari gaji yang didapatkan  tiap bulan. Tentu Anda pernah juga berbisnis. Apa bentuk bisnis yang Anda jalan? Berniaga? Berinvestasi? Memberi modal dengan sistem bagi hasil?  Siapa yang menjadi mitra bisnis Anda? Jujurkah ia? Berapa banyak keuntungan yang Anda dapatkan dari bermitra bisnis dengan dia? Atau jangan-jangan, Anda pernah merugi? Sekecil apapun modal yang dikeluarkan untuk berbisnis dengan sesama hamba tentu memiliki risiko merugi meskipun kita tidak mengharapkan hal itu terjadi. Namun, tahukah Anda bahwa ada satu bisnis yang tak ada risiko merugi sedikit pun? Bahkan dengan menjadi pelaku bisnis ini, kita akan terus menuai untung besar berkali lipat dari modal yang kita investasikan. Bisnis apakah itu?

Dalam sebuah firman Allah surah At-Thagabun ayat 17 yang artinya, ”Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipatgandakan (pembalasannya) kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun” kita dapat mengetahui bahwa bisnis yang tak pernah merugi bahkan mendapatkan keuntungan yang sangat besar adalah berbisnis dengan Allah. Ya, kita bisa bertransaksi langsung kepada Sang Maha Pencipta dengan modal yang tak perlu kita cari karena Dia telah memberinya gratis untuk kita. Apa saja modalnya? Kesehatan, akal pikiran, kepandaian, tenaga, kehidupan, perasaan, anggota tubuh dan semua yang Allah berikan untuk kita menjadi modalnya. Tinggal kita yang memutar dan menggunakan modal-modal tersebut untuk berbisnis dengan Allah.

Lalu bagaimana menggunakan semua modal-modal itu agar bernilai bisnis minus rugi?

Seumur hidup kita bisa menggunakan modal-modal itu asal tetap di koridor Allah. Sebagai contoh kecil, ketika kita sedang berjalan dan melihat ada batu, ranting, duri atau sebagainya yang dapat menghalangi orang lain melalui jalan tersebut, kita bisa menggunakan tubuh kita untuk menyinggkirkannya. Rasulullah bersabda dalam sebuah haditsnya yang berbunyi, ”Ketika ada seorang lelaki tengah berjalan di suatu jalan dan ia mendapati batang kayu yang berduri di jalan tersebut dan ia mendapati batang kayu yang berduri di jalan tersebut, lalu ia mengambil dan membuangnya. Maka Allah ’azza wa jalla berterima kasih kepadanya dan mengampuni dosa-dosanya.” (HR. Muslim). Ma syaa Allah. Hanya dengan menyingkirkan benda-benda yang dapat merintangi jalanan, Allah berterima kasih kepada kita dan membalasnya dengan mengampuni semua dosa-dosa kita. Menyingkirkan batang kayu, batu, atau lainnya meruapan hal yang sangat ringan untuk dilakukan namun Allah membalasnya dengan ampunan.

Bayangkan, ketika melakukan kebaikan kepada seorang hamba, orang tersebut pun berterima kasih kepada kita. Bagaimana perasaan kita menerima ucapan terima kasih tersebut? Pasti kita sangat senang, bukan? Lalu saat kita berbuat salah kepada seseorang dan meminta maaf kepadanya lantas ia pun memaafkan kita, bagaimana perasan kita? Tentu kita merasa lega, bukan? Seolah hilang semua beban di hati. Itu hanya ucapan terima kasih dan diberi maaf oleh sesama hamba, bagaimana bila Allah langsung yang berterima kasih kepada kita dan mengampuni kita?  Tentu rasa senang dan lega itu jauh melebihi apapun yang pernah kita terima.

Ada lagi bisnis yang lebih besar lagi dengan tetap minus risiko. Dalam surah At-Taghabun yang telah ditulis di awal, kita tahu bahwa kita diperintahkan untuk memberikan ”pinjaman” kepada Allah, maka Allah akan membalas dengan berkali lipat. Yang dimaksud dengan memberikan pinjaman kepada Allah dalam ayat ini adalah kita diperintahkan untuk melakukan amal jariyah. Kita menyedekahi mereka yang membutukan; membagi (bukan sekadar menyisihkan karena menyisihkan bermakna menunggu sisa) rezeki yang Allah berikan kepada hamba Allah yang lain.

Allah menciptakan makhluk hidup sepaket dengan rezekinya. Namun hambaNya diwajibkan untuk berusaha mencari rezekinya, tidak hanya berpangku tangan menunggu rezekinya jatuh dari langit. Itulah yang kita kerjakan sekarang kita kerjakan dengan pekerjaan yang digaji tiap bulan atau berbisnis seperti berdagang. Namun bagaimana dengan mereka yang sudah bekerja mati-matian namun hasilnya juga tidak mencukupi kebutuhannya sehari-hari? Di sinilah kita bisa mengambil peran melaksakan perintah  Allah untuk memberikan pinjaman kepadaNya dalam bentuk sedekah.

Apapun yang kita perbuat, selama itu bisa membantu banyak orang, dikerjakan dengan cara yang halal, dan tetap mengikuti anjuran yang telah Al-Quran dan Rasulullah ajarkan, termasuk ke dalam berbisnis kepada Allah; termasuk ke dalam amal jariyah yang akan menuai pahala tidak terputus dan balasan berkali lipat bagi yang melaksanakannya.

Salah satunya adalah saling menasihati ke jalan yang benar. Banyak orang yang enggan menasihati seseorang bahkan ketika orang itu melakukan sebuah kekhilafan dengan dalih khawatir orang itu akan tersinggung dan marah. Ada juga orang yang enggan menerima nasihat karena hatinya terlalu sombong sehingga Allah tutup dan keraskan hatinya untuk menerima kebenaran. Orang-orang ini yang dalam surah Al-Ashr ayat 1-3 disebut sebagai orang-orang yang merugi.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian (gagal membukukan laba dalam bertransaksi dengan Allah), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati dalam kebenaran dan dalam kesabaran.”

Agar seumur hidup kita tak mengalami kerugian besar dunia akhirat, berdasarkan surah tersebut, kita wajib mengerjakan amal baik dan saling menasihati. Saling memberi nasihat dihukumi sedekah sebagaimana orang yang mengajarkan ilmu yang bermanfaat atau orang yang menulis buku yang pahalanya akan terus mengalir kepada mereka yang mengajarkannya selama ilmunya terus digunakan. Namun, dalam memberikan nasihat pun kita harus memperhatikan adab-adab agar tidak menyakiti orang yang diberikan nasihat. Salah satu adab dalam memberi nasihat adalah jangan memberi nasihat di depan umum karena melakukan hal tersebut sama dengan menghinanya. Maka yang akan timbul bukan kesadaran telah berbuat khilaf, malah rasa benci terhadap mereka yang telah memberi nasihat di depan umum.

Selain itu, orang yang gemar mendirikan solat dan membaca Al-Quran juga termasuk salah satu  kiat berbisnis dengan Allah. Dalam surah Faathir ayat 29, Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan solat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan keapda mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.”

Tiga hal ini merupakan modal utama dalam berniaga kepada Allah. Inti dari solat adalah berdoa kepada Allah. Kita bisa meminta apapun kepada Allah. Ketika kita meminta hanya kepada Allah kita tidak hanya mendapatkan apa yang kita minta, tetap juga Allah memberikan pahala dan ampunan kepada kita. Demikian juga dengan membaca Al-Quran. Membaca AL-Quran adalah satu-satunya bacaan yang setiap hurufnya dinilai dengan satu kebaikan yang kemudian satu kebaikan itu berbuah sepuluh kebaikan lagi. Juga, membaca Al-Quran dapat menjadikan hati pembacanya tenteram. Allah berfirman dalam surah Ar-Rad ayat 28 yang artinya, ”(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” Berdasarkan ayat tersebut, maka tak heran bila ada yang mengatakan, jika hatimu ingin tenang, maka periksalah seberapa sering kau membaca Al-Quran dalam sehari semalam. Ma syaa Allah, sebuah amalan yang ringan namun sangat besar pahala dan manfaatnya. Kita hanya bermodalkan waktu dan tekad yang kuat.

Jadi bagaimana, Sahabat? Tertarik berbisnis dengan Allah? Atau selama ini Anda telah berbisnis dengan Allah namun belum menyadarinya? Semoga kita bisa terus memanfaatkan apa yang Allah anugerahkan kepada kita untuk terus beribadah kepada Allah dan juga memanfaatkannya untuk kemaslahatan umum. Bukankah orang yang paling bermanfaat adalah mereka yang memiliki manfaat bagi orang lan?

Yuk Salurkan Zakat, Infaq dan Sedekah Anda melalui www.maiberbagi.or.id

Penulis,
(DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL