fbpx

Allah Mencintai Dia Yang Lelah Bekerja

Suatu hari, seorang pemuda berjabbat tangan dengan Rasulullah, tiba-tiba Rasulullah emncium tangan pemuda itu sambil bersabda, ”Inilah tangan yang dicintai Alla,” (HR. Jamaah) padahal si pemuda itu ialah seorang epkerja kasar yang tangannya begitu keras dan kasar. Rupanya Allah dan Rasulullha sangat membanggakan dan mencintai seseorang yang bekerja keras.

Islam merupkan agama yang mengajarkan penganutnya untuk menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhiratnya. Seluruh alam semesta ini diciptakan Allah selain sebagai sarana beribadah kepada Allah, juga diciptakan sebagai arena mencari rezeki yang Allah jaminkan padanya. Allah tidak melarang hambanya bekerja keras memenuhi kebutuhan hidupnya dan Allah pun tak melarang hambanya menjadi orang yang kaya raya, malah Allah menyuruh demikian seperti yang terdapat dalam firman dalam surah Al-Jumuah ayat 10 yang artinya, ”Apabila solat telah dilaksanakan, maka menyebarlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah.”

Dalam ayat tersebut, ada dua hal yang menarik utnuk diperhatikan, yakni solat dan bekerja. Dua pekerjaan ini sangat berkaitan dan satu sama lain saling mempengaruhi. Solat hakikatnya adalah memanjatkan doa-doa kepada Allah; meminta kebaikan-kebaikan untuk dunia (bisa berupa kekayaan, kehormatan, ilmu yang bermanfaat, dan lain sebagainya) dan akhiratnya (menjadi ahli surga). Lalu bekerja merupakan tindak lanjut dari doa-doa yang telah dia mohonkan kepada Allah. Ia bekerja dengan keyakian bahwa Allah akan mengabulkan doa-doanya lewat apa yang akan dia kerjakan. Tentu kita sering mendengar ungkapan bahwa, ”Berdoa tanpa usaha itu bohong dan berusaha tanpa doa itu sombong”, bukan? Nah, inilah jawaban dari ungkapan tersebut. Betapa manusia memang diwajibkan untuk memasrahkan diri kepada Allah setelah ia berusaha terlebih dahulu. Biarkan hasil akhir Allah saja yang menentukan.

Mengapa Allah mencintai mereka yang giat mencari rezeki halal?

Mencari nafkah bukanlah sebuah beban yang ringan, tetapi di pundaknya ia membawa masa depan keluarga yang ia nafkahi. Ia harus membuang ego dan dan menepikan rasa letih di tubuhnya saat bekerja. Ia sadar, mencari nafkah tidak hanya tentang mencari uang untuk bisa makan, tetapi pertaruhan harga diri dan nama baik keluarganya. Ya, pekerjaan adalah harga diri yang harus terus dibela. Bekerja juga sebuah pembuktian bahwa ia taat pada perintah Allah agar menghidupi diri dan keluarganya dengan perkara yang halal.

Dengan bekerja juga, ia akan memudahkan perjalanannya di akhirat nanti seperti yang tertera dalam hadits Rasulullah yang berbunyi, ”Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak dari hari kiamat hingga ia ditanya mengenai (1) umurnya di manakah ia dihabiskan, (2) ilmunya dimanakah ia amalkan? (3) hartanya bagaimana ia peroleh? (4) di mana ia menginfakkan? dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi). Bagi mereka yang gemar belajar, bersedekah, dan bekerja tentunya akan mudah saja melalui tahap ini. Selama hidup di dunia, mereka terbiasa melakukan apapun di atas jalan Allah. Mereka enggan mengkhianati Allah dengan berpaling daripadaNya.

Bekerja merupakan ibadah kepada Allah. Tentu Allah akan mengganjarnya tidak hanya dengan harta, tetapi juga dengan pahala. Pahala yang diberikan pun tidak main-main, yaitu pahala jihad. Rasulullah menerangkannya dalam hadits yang artinya, ”Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (profesional atau ahli). Barangsiapa bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah.” (HR. Ahmad).

Dalam hadits ini, kita tahu bahwa jidah ternyata tidak hanya dilakukan dengan berperang saja, tetapi bekerja juga masuk kategori berjihad. Apapun yang kita sedang lakukan di jalan Allah, itu termasuk jihad. Perkara tersebut Rasulullah sebutkan dalam hadits berikut ini, “Suatu ketika Rasulullah dan para sahabat melihat ada seorang laki-laki yang sangat rajin dan ulet dalam bekerja, seorang sahabat berkomentar, ’Wahai Rasulullah, andai saja keuletannya itu dipergunakannya di jalan Allah.’ Rasululah menjawab, ’Apabila dia keluar mencari rezeki karena anaknya yang masih kecil, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rezeki karena kedua orangtuanya yang sudah renta, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rezeki karena dirinya sendiri supaya terjaga harga dirinya, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rezeki karena riya’ dan kesombongan, maka dia di jalan syaitan.”

Saking cintanya Allah kepada hambaNya yang giat bekerja dengan cara yang halal, setiap hari Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya. Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya keterampilan kedua tangannya pada siang hari, maka pada malam itu ia diampuni oleh Allah.” (HR. Ahmad)

Sahabat, dewasa ini banyak juga kaum hawa ikut ambil bagian dalam mencari nafkah. Ada yang karena memang tuntutan keadaan, ada pula yang memang mereka berkomitmen untuk terus mengembangkan karier sekalipun sudah berkeluarga. Semuanya sah-sah saja dilakukan, tapi hendaknya mereka tetap tidak melupakan kodratnya sebagai wanita yang menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya dan juga sebagai ratu dalam rumah tangganya. Kaum hawa yang juga turut bekerja mencari nafkah pun Allah berikan ganjarannya karena ia telah membantu meringankan tanggung jawab suami dan juga pahala atas sedekah kepada keluarganya.

Selain mencintai hambaNya yang giat mencari rezeki halal di muka bumi, Allah juga mencintai tujuh macam rasa lelah yang kerap dialami oleh hambaNya. Lelah dalam berdakwah, lelah dalam beribadah dan beramal Sholeh, lelah ketika mengandung, menyusui, dan merawat anak agar menjadi Sholeh/Sholehah, lelah mengurus keluarga, lelah menuntut ilmu, dan lelah dalam kesusahan dan kesakitan. Lelah yang dicintai Allah bukan berarti kita bosan dan enggan lagi untuk menjalaninya. Yang Allah maksud dengan lelah adalah mereka yang merasakan tubuhnya letih setelah seharian mengerjakan ini itu di jalan Allah namun tidak sedikitpun ia menyesal telah melakukannya.

Nah, setelah kita tahu bahwa rasa letih dan lelah dalam bekerja dan beribadah saja sudah Allah sukai, bagaimana kita masih bisa mengeluh? Mengeluh tidak akan bisa mengurangi bebanmu, malah ia akan semakin membuatmu tidak ikhlas dengan apa yang telah menjadi takdirmu. Jika kamu lelah, Allah telah menjadikan malam sebagai istirahatmu dan di malam yang sama saat kau beristirahat, Allah ampuni semua dosamu allunkauterbagun dengan keadaan bersih keesokan harinya. Ma syaaAllah.

Mari, Sahabatku. Kita benahi lagi semangat bekerja kita. Jika letih itu mendera, kita cukup ingat ampunan, pahala jihad, dan wajah penuh senyum dan berterima kasih dari mereka yang kau nafkahi. Bukankah Allah selalu mengatakan bahwa di setiap kesulitan telah Allah sediakan jalan keluarnya? Bukankah mereka yang menghalangimu hanyalah ujian belaka yang pada akhirnya Allah tahu bahwa kau mampu? Semoga lelahmu yang Lillah Allah balas dengan sebaik-baiknya balasan.

Yuk Sedekah Melalui www.maiberbagi.or.id

Penulis,
(DHQ)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL