fbpx

Alasan Orang Enggan Bersedekah

Sedekah ialah salah satu amalan yang dicintai Allah. Dengan bersedekah, manusia berarti mengimani Allah dan sebagai representasi dari bentuk syukur atas nikmat yang telah Allah beri. Orang yang bersedekah berarti rela memberikan sebagian harta benda yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan hidup sesamanya. Meskipun orang yang diberikan sedekah tersebut bukanlah bagian dari keluarga dan sanak saudara tetapi orang asing yang bahkan tidak kita kenal. Dengan sedekah ia berarti telah memposisikan hartanya dalam timbangan yang adil, ia tidak memiliki kecintaan berlebih terhadap harta karena ia rela dan ikhlas memberikan hartanya pada orang lain. Inilah bentuk tindakan terpuji dan amal saleh yang kelak akan mengalir (jariyah) bahkan ketika orang bersedekah tersebut telah tiada (meninggal dunia). Pantas saja jika sedekah merupakan amalan yang dicintai Allah, lantas pelaku sedekah pun menjadi hamba yang dicintai Allah. Teringat pada hadits Nabi SAW yang seringkali kita dengarkan dan temui tentang 3 amalan sebagai perkara yang tidak akan terputus dari diri Bani Adam bahkan ketika meninggan dunia, amalan tersebut ialah sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak saleh.

Hanya tiga perkara inilah yang Allah jamin pahalanya akan terus mengalir meski orang tersebut telah meninggal dunia. Tidak dapat kita bayangkan berapa banyak balasan Allah terhadap hambaNya yang gemar bersedekah, mengamalkan ilmu, dan anak soleh yang mendoakan kedua orangtuanya jika disinyalir pahala kebaikannya tidak terputus. Bayangkan saja, jika kita pernah menyedekahkan uang sebesar 10.000 saja pada seseorang seumur hidup kita. Kemudian uang tersebut dibelikan sebungkus nasi untuk ibu dan anak yang kelaparan yang menjadikannya mampu bertahan hidup hari itu hingga esok hari sampai seterusnya. Tidak ada yang tahu kelak ibu dan anak tersebut akan menjadi apa. Misalnya saja, beberapa tahun kemudian berkat sumbangan sedekah uang kita yang hanya 10.000 membuat ibu dan anak itu hidup bahkan sampai bertahun-tahun kemudian. Ibunya sehat wal’afiat dapat mencari pekerjaan yang baik untuk anaknya dan sang anak pun berhasil menamatkan pendidikannya, kemudian ia mendapat pekerjaan yang baik, dan bahkan mampu membuat lapangan pekerjaan bagi orang banyak. Kehidupannya menjadi nilai manfaat dan kebaikan untuk orang-orang yang bernaung hidup di bawah pundaknya. Bayangkan, berapa banyak aliran pahala untuk kita hanya sebab sedekah uang 10.000 yang kita lakukan bertahun-tahun yang lalu. Sedekah itu berhasil mengantarkan sepasang ibu dan anak hidup dan memiliki kehidupan yang lebih layak bahkan mampu menghidupi banyak jiwa. Maka sepanjang jiwa-jiwa itu hidup bermanfaat, sejahtera, maka sepanjang itu pula aliran pahala dari sedekah jariyah yang kita lakukan. Ini baru tentang keberkahan sedekah 10.000 yang kita lakukan, bagaimana jika kita memberikan dengan nominal, jumlah, dan kualitas lebih? Maka Allah adalah sebaik-baik Pembalas Yang Maha Adil. Masya Allahu Allahu Akbar!

Telah banyak sekali artikel, tulisan, berita, dan kisah yang menceritakan indahnya balasan orang yang bersedekah namun tetap saja ada sebagian orang yang enggan melakukan sedekah. Entah apa yang terlintas dalam pikiran dan hatinya sehingga kandungan kebaikan dan keberkahan sedekah tidak mampu menyentuh dan menggerakan hatinya untuk beramal saleh melalui sedekah jariyah. Ada satu penyebab utama yang menjadikan seseorang malas dan enggan bersedekah, ialah karena orang tersebut hubbud dunya wa karohiyatul maut, ia mencintai dunia dan takut mati. Alasan ini tidak dapat terelakan oleh siapapun, sebab sedekah sejatinya memang memberikan atau mengeluarkan harta yang dimiliki untuk kesejahteraan hidup orang lain. Alasan apalagi yang paling kuat dan mendasar dalam diri seseorang sehingga ia enggan bersedekah selain karena ia amat mencintai harta dunia dan takut pada kematian karena takut pula meninggalkan hartanya. Penyakit berbahaya ini dalam istilah agama Islam disebut juga dengan wahn. Penyakit ini tidak kasat mata dan bahkan setiap kita tidak menyadari ketika penyakit ini telah terjangkit dalam jiwa kita. Wahn ialah cermin orientasi hidup manusia masa kini yang praktis seluruh fokus hidupnya tertuju pada dunia. Penyakit inilah yang ditakutkan Rasulullah SAW yang akan menghancurkan umat dan peradaban dari dalam. Kemudian menggerogoti hati manusia hingga menjelma tak ubahnya seperti robot, tampak hidup tapi kosong tanpa makna. Secara kuantitas banyak tapi kualitasnya bak buih di lautan. Hadits dari Aisyah RA tentang perjumpaan dengan Allah ini menegaskan betapa berbahaya dan merugikannya penyakit Wahn (hubbud dunya wa karohiyatul maut) ini, berikut bunyinya,

“Barangsiapa suka berjumpa dengan Allah, Allah juga mencintai perjumpaan dengannya. Sebaliknya, barangsiapa membenci perjumpaan dengan Allah, Allah juga membenci perjumpaan dengannya.” Kontan Aisyah berkata, “Apakah yang dimaksud benci kematian, wahai Nabi Allah? Tentu Kami semua takut akan kematian.” Nabi SAW lantas bersabda, “Bukan begitu maksudnya. Namun maksud yang benar, seorang mukmin jika diberi kabar gembira dengan rahmat, keridoan serta surgaNya, ia suka bertemu Allah, maka Allah pun suka berjumpa dengannya. Sedangkan orang kafir, jika diberi kabar dengan siksa dan murka Allah, ia pun khawatir berjumpa dengan Allah, lantas Allah pun tidak suka berjumpa dengannya.” (HR. Muslim no. 2685).

Juga hadits dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya, “Katakanlah wahai Rasulullah, apakah Kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata, “Bahkan kalian pada saat itu sangat banyak. Akan tetapi kalian bagai sampai yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ‘Wahn’. Kemudian seseorang bertanya, “Apa itu ‘wahn’? Rasulullah berkata, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud no 4297 dan Ahmad 5: 278, shahih kata Syaikh Al Albani).

Cinta dunia dan takut mati dalam hadits riwayat Abu Daud tadi digambarkan dalam kisah perang Uhud. Selangkah lagi menuju kemenangan, pasukan panah kaum Muslimin melanggar perintah Rasulullah SAW untuk tetap di pos mereka. Mereka silau harta rampasan perang (Ghanimah) yang terserak nyata dan melimpah di hadapan mereka. Kecintaan terhadap dunia membutakan mata dan hati mereka serta melupakan sikap serta posisi mereka sebagai prajurit dalam perang yang wajib taat pada perintah Rasulullah. Mereka pun menghampiri harta tersebut, mengambilnya untuk dibawa pulang dan dimiliki oleh mereka sendiri. Tanpa mereka sadari kecintaan terhadapt harta tengah menguasai harta mereka, saat itulah musuh datang dan menyerang. Mereka pun kalah, dan mati dalam keadaan silau harta dan cinta dunia. Naudzubillahi min dzaalik.

 

 

          Selain kecintaan pada dunia dan takut mati, ada beberapa alasan yang menjadikan seseorang enggan bersedekah yakni sebagaia berikut:

  • Terlalu cinta harta menyebabkan seseorang bersifat bakhil/kikir. Allah SWt telah berfirman dalam QS: Ali Imran : 181 yang artinya, “Sekali-kali janganlah orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka.”
  • Tidak yakin bahwa Allah yang mengganti sedekahnya. Alasan ini cukup mengindikasikan bahwa seseorang tersebut tidak mengimani Allah sebagai pemberi dan penetap rezeki serta hatinya tentu merasa sempit karena jarang bersyukur. Sedekah akan dilakukan jika ia mendapatkan garansi dan jaminan jika harta yang disedekahkannya akan kembali dalam jumlah yang berlipat ganda seperti tabungan dan investasi. Orang dengan karakter tersebut amat merugi karena telah mengkalkulasikan nikmat Allah.
  • Terlalu fokus pada deretan keinginan dan ambisi duniawi. Bagi orang dengan alasan ini, sedekah dianggap sebagai penghambat cita-cita dan ambisi. Baginya, tolok ukur kesuksesan dan kebahagiaan terletak pada melimpahnya harta dan kemewahan sebagai fasilitas hidup yang wajib dilist dalam daftar kekayaannya. Memberikan sedekah pada yang berhak dalam pandangannya ialah membuang harta dan uang. Maka amalan tersebut mustahil ia lakukan jika merugikannya. Baginya, harta benda yang dimiliki adalah karena hasil jeri payah usahanya dan berhak digunakan untuk menyempurnakan keinganan hidup dan ambisinya.
  • Merasa lebih beruntung jika harta dipakai untuk menabung/berinvestasi. Inilah karakter orang yang bermain hitung-hitungan dengan Allah. Hidupnya ialah tentang matematika berpikir manusia. Ia lupa bahwa Allah ialah zat yang tidak mampu tertandingi, tentu kalkulasi Allah akan berbeda dengan kalkulasi manusia. Sedekah dalam logika berarti menghilangkan harta. Uangnya akan berkurang jika ia keluarkan untuk sedekah yang tidak ada jaminan lipatganda keuntungan seperti yang ia peroleh jika menjadi nasabah bank dan berinvestasi. Padahal Allah sendiri yang berjanji dalam Alquran bahwa Ialah pemberi balasan terbaik dan amalan sedekah, infaq, zakat, dan wakaf bersifat menyuburkan dan memberi keberkahan. Sesungguhnya harta orang yang bersekah bukan hilang tapi berlipat ganda dalam bentuk jumlah lain yang kelak didapatkan atas izin Allah dari arah manapun, suasana hati yang tenang, rezeki yang berkah karena menyejahterakan banyak jiwa dan meningkatkan ekonomi umat, serta balasan aset surga yang tidak mampu dibayangkan. Sejatinya itulah keutaman sedekah bagi orang yang mengimani Allah dan meyakini sedekah ialah perbuatan yang dicintai Allah dan RasulNya.
  • Khawatir sedekahnya tidak diberikan kepada yang seharusnya. Ini pun merupakan alasan klasik dari enggannya seseorang bersedekah. Padahal cukup mengeluarkannya saja dengan niat semata-mata agar Allah rida dan mencintai kita, maka kita telah mendapatkan pahala sedekah tersebut. Jika kita ragu harta yang disedekahkan tidak sampai pada penerimanya, maka alangkah baiknya jika kita memilih lembaga sedekah yang dipercaya. Sebab tidak semua benih akan tumbuh. Tidak semua amalan sedekah akan mulus jalannya di mata Allah, jika tidak konsisten, komitmen, dan diserahkan pada lembaga profesional yang berkapasitas mengurusinya.

 

Mudah-mudahan kita termasuk dalam jajaran hamba yang dicintai Allah karena bersedekah. Pun hati kita tetap terjaga keimanannya sebab menunaikan amalan sedekah yang sejatinya ialah sebagai ‘burhan’ (tanda); bukti keimanan pada Allah, Rasul-Nya, ketetapan Allah, dan hari Akhir.

Yuk sedekah melalui www.maiberbagi.or.id agar semakin berkah

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL