fbpx

Akhirat “Payment”

Pecinta belanja online pasti tahu betul nih artinya “payment”. Kata yang selalu ditemui ketika kita melakukan pembayaran di platform belanja online setelah proses check out. “Payment” yang berarti ‘pembayaran’ merupakan transaksi yang wajib dilakukan setelah kita memesan atau memilih barang yang akan kita beli. Dengan melakukan “payment” tandanya barang tersebut telah sold out dan menjadi hak kita sebagai pemiliknya. Jika dalam transaksi belanja online, setelah proses “payment” kita hanya perlu menunggu barang yang kita pesan dan bayar itu akan dikirim oleh penjual dan datang untuk kita dalam estimasi waktu yang telah ditentukan dalam sistem. Waw! Indahnya kata “payment” dalam jual-beli online, terlebih jika kocek kita selalu stand by ber”payment” kapan saja dibutuhkan ya. Sempurna sudah hidup ini rasanya. Sepertinya bahasan kita sudah terlalu jauh mengkhayal ya. Dalam tulisan kali ini, kita akan membahas perihal payment yang seadil-adilnya sedangkan cerita payment dalam belanja online tadi hanya merupakan ilustrasi yang sekiranya mampu menganalogikan bagaimana berpayment dengan Allah. Tidak pernah kita temui sekalipun dalam hidup kita payment yang memberikan nilai kebijaksanaan dalam proses jual-belinya. Ia adalah payment yang dilakukan antara manusia dengan Allah untuk persidangan akhirat, ialah ‘Akhirat “payment” ‘.

Coba sama-sama kita perhatikan firman Allah SWT dalam QS: Ash-Shaff : 10-11 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.”

Firman Allah tadi menjelaskan pada kita bahwa ada sebuah transaksi yang menguntungkan dan bernilai lipat ganda jika kita melakukan jual-beli dengan Allah. Balasan yang akan kita dapatkan bukan grand prize uang tunai, mobil, atau rumah mewah di kavling yang setiap Senin harga naik, tapi lebih dari itu. Balasan atas payment manusia dengan Allah ialah dijauhkan dari azab yang pedih. Caranya hanya dengan beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan berjihad dengan jiwa dan harta kita. Sekilas membaca syarat itu sepertinya mudah dan kita mampu namun kerika mulai kita jalankan dan berkomitmen dalam syarat tersebut, rasanya sulit sekali. Kita disuruh beriman kepada Allah dan rasul-Nya yang diimplementasikan dalam wujud jihad dengan jiwa dan harta. Tandanya, berjihad dengan jiwa dan harta menjadi representasi dari iman pada Allah dan rasul-Nya. Tentu balasan bagi seorang hamba yang mampu berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan hartanya adalah hamba-hamba pilihan yang mampu menghalau segala rintangan. Berjihad dengan jiwa yang berarti kita menyerahkan secara kaffah seluruh kehidupan kita hanya pada Allah, bukan yang lain. Menjalankan hidup dengan sungguh-sungguh beriman, beramal saleh, dan menggantungkan semua urusan hidup hanya pada Allah. Menjadikan semua urusan dan rutinitas hidup hanya untuk beribadah dan menjadi budaknya Allah. Maka segala tingkah polah yang kita lakukan sebagai implementasi jihad dengan jiwa ialah bergantung pada segala yang Allah mau, Allah rida, dan Allah sukai. Dia hanya berjalan pada semua hal yang Allah perintahkan dan menjauhkan kaki dan tangannya dari segala larangan yang Allah benci. Jika demikian itu merupakan salah satu definisi dan bentu jihad melalui jiwa maka apa yang dimaksud dengan jihad dengan harta? Jihad melalui harta ialah dengan berinfak. Berjihad dengan harta ialah bersedia menafkahkan sebagian rezeki pada sebagian lain yang berhak menerimanya.

Tentu kita tidak menyangsikan bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Adil. Allah ialah pemberi balasan bagi setiap amalan hamba dengan yang sebaik-baiknya dan yang laing bijaksana maka begitu pula balasan Allah yang ia tunjukan di akhirat kelak. Kita terbiasa tumbuh dengan keyakinan bahwa balasan Allah di akhirat hanya ada dua, yakni surga dan neraka. Balasan kebaikan ialah surga dan balasan keburukan ialah neraka. Ini adalah bentuk hadiah sekaligus hukuman bagi hamba yang telah menanam benih-benih bekalnya di dunia. Jika ia menanam padi maka di akhirat balasan Allah lebih banyak, ialah ladang padi berhektar-hektar. Jika kita menanam benih pahala dari kebaikan menyantuni anak yatim, maka sungguh balasan Allah di akhirat kelak adalah jarak kita dengan Allah dan rasul-Nya hanya seperti dua jari (telunjuk dan jari tengah), dekat sekali tanpa jarak. Pun sebaliknya, jika amalan buruklah yang kita tanah sedari hidup di dunia maka balasan Allah lebih pedih. Misalnya saja ketika di dunia kita pernah menanam keburukan berupa penyakit bakhil/kikir maka Allah sungguh membenci perbuatan itu dan menyediakan hukuman dan perih dari benih bakhil yang kita tanam. Balasan bagi orang-orang bakhil yakni neraka Hutamah yang di akhirat kelak emas dan perak sebagai harta yang kita tahan dunia akan dipanaskan dan dilelehkan. Kemudian lelehan panasnya itu akan disetrikakan ke dahi dan punggung kita sebagai simbol bahwa itulah harta yang dibangga-banggakan sehingga kita enggan berbagi dengan sesama. Harta yang tidak menolong justru membebani kita dalam penyiksaan yang Maha Dahsyat. Siksaan itulah balasan setimpal bagi Allah untuk membayar keburukan yang telah diciptakan manusia selama hidupnya di dunia.

Yakinilah bahwa Allah pembalas yang seadil-adilnya. Tidak ada urusan dan pengawasan yang luput dari pengetahuan Allah. Kekuasaan dan kebesaran Allah meliputi langit dan bumi. Tidak ada sedikitpun kebaikan seorang hamba yang hilang dalam perhitungan Allah, meskipun kebaikan itu hanya sebesar biji sawi, Allah akan balas di akhirat. Mengapa akhirat? Sebab di sanalah Allah berjanji akan menghadirkan buku catatan amalan baik dan buruk manusia lengkap dengan keterangan waktunya. Tahun, bulan, tanggal, bahkan jam seseorang melakukan amalan tersebut. Tidak ada yang dapat luput dari pengawasan dan pengetahuan Allah. Dan akhirat ialah tempat yang Allah janjikan akan membayar seluruh perilaku manusia di dunia. Betapa besar pembayaran akhirat kepada seluruh amalan manusia di dunia sehingga Allah mewanti-wanti agar kita senantiasa hidup dengan sebanyak-banyaknya beramal saleh. Seluruh amalan kebaikan dan keburukan manusia di dunia akan dibayar Allah di akhirat kecuali dua hal, maaf dan utang. Dua hal ini yang alangkah baiknya kita selesaikan di dunia sebab di akhirat nanti akan sulit perkaranya. Inilah yang mengapa perkara maaf dan utang senantiasa dimintakan dari keluarga untuk jenazah kepada orang lain sebagai upaya penghapusan dosa. Pun agar urusan perhitungannya di akhirat menjadi lancar dan mudah. Dosa dari tidak mendapatnya maaf sesama manusia ketika di dunia akan menjadi penghambat jalannya di akhirat. Begitu juga dosa berutang yang bahkan tidak akan diampuni meski seseorang mati dalam keadaan mati syahid/berjihad di jalan Allah. Dalam satu kutipan firman Allah dikatakan bahwa dosa berutang yang belum dilunasi ketika semasa hidup di dunia akan dibalas Allah di akhirat dengan mengurangi catatan kebaikannya atau menambahkan timbangan amalan kejelekannya. Innalillahi!

Inilah pentingnya menjaga amalan kita selama hidup di dunia. Semoga apa yang pernah kita tanam semasa hidup menjadi nilai amal saleh dan jariyah di akhirat nanti. Semoga Allah memberikan rahmatNya dengan memberikan balasan kebaikan kita berupa ‘Akhirat “Payment ‘ yang kita harapkan dan berbuah surga sebagai balasan yang selalu kita semogakan. Aamiin.

Yuk Sedekah melalui www.maiberbagi.or.id

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL