fbpx

5 Manfaat Berkhitan

Adakah di antara Saudara yang anaknya belum dikhitan? Atau sedang pusing-pusingnya mempersiapkan prosesi khitan untuk anak dan cucu dalam waktu dekat ini? Tentu pengalaman khitan atau yang biasa dikenal dengan istilah ‘sunat’ ini menjadi pengalaman yang menarik, menegangkan, sekaligus memusingkan bagi orangtua. Bagaimana tidak, khitan adalah anjuran yang wajib hukumnya ditunaikan oleh umat Muslim laki-laki sebelum ia aqil baligh, namun di sisi lain, khitan menjadi momok bagi sebagian besar anak lelaki karena dengan membayangkannya saja, sakit dan ngilunya dikhitan sudah terasa. Banyak orangtua yang kepayahan mencari cara agar sang anak bersedia dikhitan saat waktu yang tepat tiba. Tidak jarang pula orangtua yang menunda khitan anak dalam jangka waktu yang lama hingga sang anak sudah menuju aqil baligh/dewasa karena perasaan tidak tega. Padahal dengan menunda khitan anak melebihi waktu yang tepat, yakni sekitar usia 3 – 14 tahun (aqil baligh) akan menunda perolehan manfaat dalam khitan pula. Sebelum kita membahas manfaat dalam berkhitan/sunat, kita ketahui dahulu bagaimana prosesi khitan/sunat semestinya dalam pandangan medis?

Pekan Khitan Nasional MAI Foundation

Dalam istilah medis khitan/sunat disebut juga sebagai sirkumsisi. Khitan atau sunat ialah proses pelepasan/pemotongan sebagian dari preputium (kulit yang menutupi penis) sehingga keseluruhan glans (kepala penis) menjadi terlihat. Bayi laki-laki yang baru lahir memiliki lapisan kulit pelindung tambahan pada bagian kepala penis (glans). Lapisan kulit ini disebut dengan kulup atau preputium. Saat lahir, preputium ini melekat pada kepala penis dan ini merupakan hal yang normal. Seiring dengan pertumbuhan anak yang makin besar, preputium mulai memisah dari kepala penis secara alami. Preputium ini harus benar-benar memisah dari kepala penis (glans) pada saat pubertas atau bisa saja terjadi lebih cepat pada anak usia 5 tahun. Ketika hal itu terjadi (preputium hampir lepas dari kepala penis) maka inilah saat yang tepat untuk menunaikan khitan/sunat. Sebetulnya tidak ada tolok ukur yang pas untuk menentukan waktu khitan anak. Anjurannya adalah ketika anak sudah bisa diajak bicara dan komunikasi. Untuk tahu apa yang akan dirasakan dan efek samping dari prosesi itu. Anak laki-laki dapat berbicara dan berkomunikasi aktif dengan orangtua mulai dari usia 3 tahun. Mulai usia ini orangtua dapat melakukan proses khitan/sunat padaa anaknya. Keadaan ini dapat berubah menjadi lebih awal usia, misal beberapa bulan bayi baru lahir. Penyebabnya beragam, bisa jadi karena ada infeksi, atau luka di bagian penis sehingga dokter dan medis menyarankan proses khitan/sunat didahulukan, tidak menunggu ia besar nanti. Dalam kasus berikut saja khitan dapat diterapkan sebagai solusi medis bagi anak laki-laki, maka sejatinya memang dalam khitan terdapat banyak manfat yang dirasakan bagi anak. Baik dalam sudut pandang medis ataupun agama.

Sesungguhnya khitan/sunat ialah upaya pembersihan dari kotoran serta bakteri dalam tubuh. Jika dalam kacamata medis khitan berarti pemotongan sebagian kulit yang menutupi penis sebagai salah satu sumber penyakit, kotoran, virus, dan bakteri dalam diri anak laki-laki maka sama halnya dalam kacamata agama. Dalam agama Islam, Khitan dianggap sebagai salah satu media penyucian diri dan bukti ketundukan seseorang kepada ajaran agamanya. Rasulullah SAW bersabda: “Kesucian (fitrah) itu ada lima: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memendekkan kumis, dan memotong kuku.” (HR. Bukhari Muslim). Perintah khitan telah ada sejak masa Nabi Ibrahim AS. Mari kita perhatikan firman Allah dalam QS: Al-Baqarah : 124, berbunyi:

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi umat manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.”

Lalu dalam kutipan hadits berikut,

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, nabi Muhammad SAW bersabda: “Ibrahim berkhitan setelah berumur 80 tahun.”

Kemudian dilanjutkannyalah perintah khitan kepada pengikut-pengikut Ibrahin AS, sampailah pada Rasulullah SAW, para sahabat, tabi’in, kemudian pada kita para pengikutnya hingga hari ini.

Manfaat khitan telah digambarkan dalam firman Allah, hadits Rasul, dan pendapat para medis, inilah paparannya:

Berikut ini ialah 5 manfaat khitan/sunat dalam pandangan medis dan agama:

  • Khitan dapat mengurangi risiko infeksi penyakit seksual menular seperti Human Papilloma Virus (HPV) dan penyakit seksual menular seperti Herpes atau Sifilis. Ini terjadi sebab khitan berarti memotong atau menghilangkan sebagian kulup (kulit penis) yang paling ujung dan disinyalir mengandung banyak sumber penyakit dan virus. Inilah mengapa persentase pengidap HPV pada para pria di belahan dunia lain berkebangsaan luar yang beragama nonislam sangat tinggi. Agama mereka tidak menganjurkan khitan/sunat bahkan tak jarang sebagian besar mereka tidak mengetahui sebesar itu manfaat khitan bagi kesehatan.
  • Mencegah terjadinya penyakit pada penis seperti nyeri pada kepala atau kulup penis yang disebut fimosis. Ini adalah kondisi saat kulup penis yang tidak disunat sulit untuk ditarik. Kondisi ini dapat menyebabkan radang pada kepala penis yang disebut balanitis.
  • Mengurangi risiko infeksi saluran kemih dan kencing. Sebenarnya risiko serangan infeksi saluran kemih pada pria tidak begitu tinggi ketimbang wanita. Namun infeksi lebih mudah menyerang pria yang organ intimnya tidak dikhitan. Mengapa demikian? Karena pria dengan organ intim yang tidak dikhitan memungkinkan banyak penyakit, bakteri dan virus mengendap di bagian kulit penis (kulup) paling ujung. Jika dikhitan, sumber penyakit tersebut tidak mengumpul di kulit kulup karena sudah terbuang/terpotong. Dalam riwayat medis pula, jika seorang bayi laki-laki terindikasi mengalami infeksi saluran kemih maka dokter akan menyarankan salah satu solusinya dengan berkhitan/sunat. Meskipun usia anak laki-laki tersebut masih kecil. Sekali lagi, khitan menjadi solusi medis dalam hal kebersihan organ intim.
  • Melalui khitan, seorang anak sejak dini diajarkan mengenai pentingnya kesehatan dan kebersihan badan, terutama alat kelaminnya. Bagi laki-laki, khitan berfungsi untuk mempermudah dan mempercepat proses pembersihan fisik sebagai salah satu syarat sahnya ibadah, khususnya yang berkaitan dengan kotoran air kencing. Ini ditegaskan pula dalam sebuah ungkapan yang berbunyi, “Innallaha jamaal, wayuhibbu jamaal” “Sesungguhnya Allah adalah indah dan ia mencintai keindahan.”

Satu dari ragam bentuk keindahan ialah kebersihan jasmani dan rohani seorang hamba. Khitan merupakan upaya medis pembersihan diri dari sumber penyakit dan bakteri, pun pembersihan jiwa sebagai bentuk ketaatan pada Allah.

  • Terhindar dari tiupan setan. Kulit orang yang tidak dikhitan akan kotor karena bekas membuang kotoran (air seni) menyisa di penis sehingga membuat setan nyaman berdiam dan meniup kemaluan orang yang tidak berkhitan. Sama halnya seperti kuku yang panjang sebagai tempat berdiam dirinya setan. Karenanya, khitan dan memotong kuku termasuk dalam 5 cara pembersihan/fitrah menurut hadits Rasulullah SAW.

Semoga kita sama-sama berupaya menjadi hamba Allah yang menjunjung keimanan pada-Nya dengan senantiasa memberihkan diri dan jiwa kita dalam rangka beribadah pada-Nya. Aamiin.

Yuk sedekah khitan untuk yatim dan dhuafa melalui www.maiberbagi.or.id

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL