Jakarta – Mandiri Amal Insani Foundation menggelar acara in house training, Sabtu, (28/1) di Ruang Auditorium, Plaza Mandiri. Acara ini dihadiri oleh Wakil Ketua MAI Foundation Abung Sewaka, General Manager MAI Foundation Abdul Ghofur, Herman Soeroso Kadjoen dan Iwan Rudiyana selaku Pengurus MAI Foundation, Manager Kanwil Surabaya dan perwakilan Kanwil Bandung serta seluruh karyawan MAI Foundation.
Acara yang diberi tajuk ‘ Strategi Mendorong Pembangunan Desa dengan Pemberdayaan ZIS dan Sinergi Mikro Ekonomi’ tersebut dibagi menjadi dua sesi dan menghadirkan dua pembicara, yakni: Tendy Tektano dari General Manager Program Dompet Dhuafa (DD) dan Isrul Nasution dari Manager Micro Bank Mandiri.
Pada sesi pertama, Tendy memaparkan dua sub tema. Pertama yaitu tentang Pendayagunaan Berbasis dan Pemberdayaan Ekonomi Micro Finance. Lalu sub tema kedua yaitu tentang Konsep Managemen Program Logic Matrix Perencanaan Program.
Dalam sesi pertama untuk sub bahasan pertama, Tendy memaparkan konsep ekonomi micro finance yang selama ini diterapkan oleh DD. Konsep itu antara lain: meningkatkan produksi dan penghasilan, penerapan teknologi serba guna, peningkatan skala industri kecil, integrasi/klaster kawasan berbasis ekonomi, penumbuhan pasar berbasis sentra kawasan perdagangan, penumbuhan usaha pedesaan berbasis potensi lokal, permodalan berbasis pembiayaan kebijakan/sosial dan meningkatkan pendapatan di atas pendapatan rata-rata. “Jadi tidak hanya menguatkan modal tetapi bersinergi dengan komunitas-komunitas penguasa pasar. Contohnya adalah lumbung desa yang memberikan keuntungan 1/3 dari hasil untuk lansia dan anak yatim,” kata Tendy.
Selain itu, Tendy mengungkapkan tentang pendekatan pendayagunaan dan pendistribusian zakat untuk program pemberdayaan ekonomi bagi mustahik. “Pendekatannya dibagi menjadi dua, yaitu pertama adalah pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas. Artinya, pengembangan komunitas (community development) berbasis partisipatif pendamping dan penumbuhan koperasi syariah meliputi bidang pertanian, peternakan, nelayan pesisir, usaha mikro/perdagangan dengan pedekatan bottom up. Sementara yang kedua adalah pengembangan lembaga keuangan mikro syariah yaitu dengan mendirikan lembaga Social Trust Fund (STF) dan Baitul Maal Wattamil (BMT) dengan pendekatan top down,” jelasnya.
Untuk bahasan kedua, Tendy menjelaskan dasar perencanaan dan managemen daur program berbasis logframe. Dasar ini dibangun berdasarkan rumusan masalah untuk mendapatkan rumusan strategi yang tepat. Adapun yang termasuk ke dalam rumusan daur managemen program adalah dengan menelaah kebutuhan, mengedintifikasi dan merumuskan masalah serta mendifinisikan goal dan strategi umum. Caranya adalah dengan mempelajari studi kelayakan, konseptualisasi modal, design program, rencana kerja, anggaran, implementasi dan monev (monitoring dan evaluasi). “Mengapa ada tanda panah khusus dari design program ke monev?” tanya Tendy, “Itu dikarenakan monev bisa berubah seiring berubahnya design program.”
Pembahasan dalam acara training in house ini juga terdapat sesi tanya jawab antara pembicara dan peserta. Rano, manager Kanwil Surabaya bertanya tentang jenis produk apa yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Jawab Tendy, “Untuk jenis produk terkadang disesuaikan dengan tuntutan permintaan komunitas yang disesuaikan dengan anggaran yang ada. DD pernah menguatkan petani padi dan jagung. Pernah juga petani singkong tetapi kalah oleh produsen besar. Sekarang ini di produksi kopi. Yang terkenal ada kopi Gayo dari Aceh dan Robusta dari Temanggung.”
Sementara itu, Isrul Nasution mengambil sub tema tentang Sinergi ZISWaf Dengan Konsep Pengelolaan Usaha Mikro (Penghimpunan dan Pendampingan Usaha Mikro). Konsep ini mengajak masyarakat terutama para pengusaha kecil agar berperan aktif untuk menyumbangkan sebagian dana dari penghasilan yang diterimanya.
Antusiasme peserta yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang sub tema yang diangkat terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan. Bahkan, Abdul Ghofur menyampaikan kesannya selama mengikuti training in house tersebut. “Alhamdulillah, banyak gagasan dan bekal untuk lebih amanah, modern dalam mengelola dana ZISWaf serta upaya membantu yang lemah agar mengenal Islam rahmatan lil alamiin. Kedua narasumber, Pak Tendy dan Pak Isrul, sangat menginspirasi. Semoga bisa dieksekusi agar menjadi amal jariyah bagi kita semua,” pungkas Abdul Ghofur. (MAI Foundation/Riana)