fbpx

Aa Gym Beri 3 Nasihat Untuk Para Amil Zakat di Silaturahmi Forum Zakat

 

MAINews, Bandung – Kamis, (19/7/2018), keluarga besar Forum Zakat (FOZ) menyelenggarakan Halal Bihalal. Bertempat di Daarut Tauhiid, Geger Kalong, Bandung, Abdullah Gymnastiar atau yang akrab disapa Aa Gym memberikan 3 nasihat untuk para amil zakat yang hadir mewakili lembaga amil zakat anggota Forum Zakat.

Kata Aa Gym, Menjadi amil itu harus jadi orang yang semakin takut kepada Allah. Karena semua penggunaan dana akan dipertanggungjawabkan kepada Allah nantinya. Kalau sudah bermilyar-milyar jumlahnya, memang seribu-duaribu rupiah terlihat kecil, tapi di sisi Allah, ada pertanggungjawabannya sekecil apapun.

Kalau tidak pakai tauhid, nyari dana bisa bukan karena Allah. Padahal orang bisa menitipkan uangnya kepada kita itu karena Allah yang menggerakkan. Terkadang kita merasa bangga dengan banyaknya titipan, padahal itu berarti amanahnya, tuntutannya lebih banyak.

Hal yang perlu diperbaiki bagi setiap Amil berdasarkan Q.S Al-Ashr ayat 3:

  1. Tingkatkan semua elemen untuk mengenal Allah dan takut kepada Allah. Semua kebocoran terjadi dikarenakan tidak takut kepada Allah. Semena-mena dalam menggunakan uang tanpa prosedur ketat, atau nepotisme, atau ada keuntungan dan kepentingan.
  2. Kebersihan hati. Selain yakin kepada Allah, jangan sampai ada penyakit hati. Dengki lihat lembaga lain lebih sukses, senang lihat lembaga lain nyungsep. Kenapa harus bahagia melihat orang lain jatuh? Padahal kita sedang tidak bersaing. Kita ini sedang menggotong jenazah. Semakin banyak yang ikut menggotong, semakin ringan beban kita. Persaingan itu hanya untuk pendengki, bagi kita, adanya kompetitor adalah karunia. Dengan adanya kompetitor kita bisa belajar dan bisa mengukur diri. Pendengki itu sibuk mencari kesalahan yang lain, disalip malah sakit hati. Jadi mau apa? Kita ngumpul-ngumpul uang orang, orang yang beramal, kita yang busuk hati.
  3. Bersih dari riya, bersih dari sombong, bersih dari ujub. Berapa banyak yang merasa gaya, oleh Allah dibuat jatuh. Yang jadi ketua syariatnya bukan karena hebat, tapi ditutup aibnya oleh Allah. Makanya jangan sampe ujub, merasa sudah berbuat jasa. Sebenarnya Allah saja yang menggerakkan semuanya. Kalo kita sudah ujub, lihat orang lain lebih rendah, jadi sombong, gagal. Lihat orang lain lebih sukses, sakit hati, gagal. Jadi mau apa ngitung-ngitung uang orang, kita jadi busuk hati.

Logikanya sederhana. Ini uang orang, kita bilang “zakat mensucikan jiwa”, tapi kita hatinya kotor. Yang saya pernah pelajari dalam ilmu perzakatan itu ada 3. Ada yang berzakat, ada yang menerima, dan ada yang mengelola. Ketiganya harus bagus. Suksesnya Lembaga Amil Zakat itu kalau: dari segi pengelola, timnya berkualitas imannya, yang bagi berzakat kita upgrade iman dengan ilmu-ilmu yang kita sampaikan, yang dibantu pun, bantuannya hanya sebatas fasilitas untuk memperoleh kesejahteraan.

Jangan sampai mereka yang kita upayakan untuk mengeluarkan uangnya, yang berzakat harus kita jaga amal sholehnya. Yang berzakat kalau dipuji-puji (berlebihan) jadi riya, ujub, mereka jadi hilang pahalanya. Uangnya pindah ke kita tapi pahalanya hilang, dzolim kita ini. Harus kita jaga agar benar-benar jadi amal.

Selain amal sholeh bagi pengelola dan muzakki, yang diberi juga harus jadi amal sholeh, bukan jadi salah. Interaksi zakat harus jadi dakwah, semua yang bersangkutan jadi agen dakwah. Penerima jangan hanya menerima uangnya, tapi kita harus sholeh dan mensolehkan orang lain. Tumbuh kembang Lembaga nantinya bukan jumlah uang, tapi “وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ”. Jadi ketika semakin nyebar LAZ ini, semakin banyak menebar dakwah. Saling menasihati dalam kebenaran, saling menasihati dalam kesabaran, sabar mengendalikan hati, menjadi agen perubahan akhlak.

Semua ini harusnya yang menjadi fokus sukses, bukan jumlah. Jumlah itu kehendak Allah mau menitipkan kepada siapa. Mari sinergi, jangan bersaing. Setiap orang punya kompetensinya masing-masing.

 

 

RELATED ARTIKEL