fbpx

Terjaminnya Rezeki Mereka yang Murah Hati

 

Masih ingat dalam ingatan saya ucapan salah seorang pesohor Indonesia, “Menghina Allah tak perlu repot dengan cara merobek kitab suciNya dan memfitnah para nabiNya. Cukup merasa khawatir apakah besok bisa makan saja sudah menghina Allah.” Bagi saya statement tersebut begitu memiliki makna yang sangat dalam dan betapa dekatnya kita dengan kekhawatiran terkait kepemilikan harta. Terlebih apa yang dikatakan oleh pesohor tersebut memang berdasarkan firman Allah.

Sekarang, mari kita jawab pertanyaan ini dan berusahalah jujur pada diri sendiri, pernahkah Anda merasa keberatan ketika hendak bersedekah karena merasa khawatir bersedekah dapat mengurangi uang jatah belanja Anda?

Bagaimana? Sudahkah Anda menjawabnya? Terima kasih telah berusaha jujur kepada diri sendiri karena rasanya begitu menyakitkan ketika kita dikhianati oleh diri sendiri. Sekarang mari sejenak kita merefleksi diri sendiri apabila jawabannya adalah kita masih merasa berat untuk bersedekah karena khawatir uang kita akan habis.

Allah berfirman dalam surah Saba ayat 39 yang artinya, “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)”. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan dialah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.”

Berdasarkan ayat tersebut, Allah yang Maha Kaya, Maha Pemberi, Maha Pengasih akan memiliki hak penuh terhadap rezeki hambaNya. Allah berhak meluaskan rezeki siapa saja yang Dia kehendaki dan sebaliknya, Allah berkuasa penuh menyempitkan rezeki hambaNya yang Dia pandang perlu dipersempit rezekinya. Namun, yang perlu digarisbawahi adalah Allah tak semena-mena dalam mengurus hambaNya. Allah Maha Adil dengan segala kekuasaanNya.  Dia memiliki kriteria dan persyaratan khusus mana hamba yang harus Allah luaskan dan mana hamba yang harus Dia sempitkan rezekinya. Apa saja persyaratan tersebut?

Persyaratan tersebut Allah jelaskan di kalimat selanjutnya, “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan dialah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.”

Orang yang akan Allah semakin luaskan rezekinya adalah mereka yang membelanjakan hartanya  di jalan yang Allah ridhoi. Allah akan menggantikan setiap rupiah yang hambaNya keluarkan dengan berlipat-lipat kebaikan, baik itu juga berupa uang atau hal lain, seperti terhindar ya musibah dunia akhirat. Semua itu akan Allah ganti cepat atau nanti di waktu yang menurut Allah tepat. Ingat ya, Allah selalu tahu mana yang terbaik untuk hambaNya. Jadi tugas kita tinggal mempercayai bahwa semua telah Allah atur dengan sebaik mungkin. Lantas, harta yang dibelanjakan untuk apa saja yang akan Allah ganti?

Harta yang kita belanjakan di jalan Allah yang akan diganti olehnya. Contoh paling kecil dan yang paling dekat dengan kenyataan hidup kita sehari-hari adalah menafkahi keluarga. Seorang kepala keluarga berkewajiban dan bertanggung jawab penuh untuk menafkahi keluarga semampu tenaganya. Seorang ayah yang mengerti betul apa yang menjadi tanggung jawabnya akan bekerja semaksimal mungkin untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dari pekerjaan yang halal. Ketika seorang suami sudah berusaha mati-matian untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan qodarullah hasilnya belum juga dapat memenuhi semua kebutuhan keluarganya, maka Allah tetap akan menggantinya dengan jumlah dan kebaikan yang jauh lebih baik.

Selain tanggung jawab sang kepala keluarga untuk memberikan nafkah kepada keluarganya, harta yang sejatinya tak akan pernah habis bila dikeluarkan adalah harta yang disedekahkan. Kali ini, penerima sedekah tak hanya terbatas pada keluarga saja, tetapi lebih luas lagi, siapapun bisa menerima sedekah ini. Bentuk sedekah yang diberikan pun juga tak terbatas hanya berupa uang saja, tetapi juga bisa hal lain, seperti benda yang bermanfaat, makanan, tenaga yang digunakan untuk hal yang bermanfaat bagi orang banyak, waktu yang digunakan dengan bijak agar memberikan kebaikan bagi orang di sekelilingnya, serta pemikiran tajam yang bertujuan untuk memberikan ide-ide hebat demi kemakmuran bersama. Atau abhkan hal yang sangat sederhana, sesederhana senyummu kepada sesamamu yang bisa jadi melegakan hari saudaramu yang sedang penat itu Allah hitung sebagai sedekah.

Orang yang gemar bersedekah sejatinya sedang menukar harta-hartanya tersebut ke dalam bentuk lain agar ia tetap bisa menikmati hartanya di alam kubur dan akhirat nanti. Jadi, istilah harta tak dibawa mati yang kerapkali diucapkan banyak orang sebenarnya tak relevan bila kita membahasnya dari sisi agama. Memang betul, ketika kita mati nanti, kita hanya akan dikuburkan bersama beberapa lembar kain kafan putih yang harganya tak seberapa mahal dibandingkan dengan seluruh aset kekayaan yang kita miliki semasa hidup. Memang betul kita dikuburkan bersentuhan langsung dengan dinginnya tanah tanpa ada penghalang sedikitpun. Namun, tak sadarkah kita bahwa sebenarnya kita membutuhkan harta duniawi kita untuk dapat hidup bahagia mulai dari alam kubur hingga akhirat nanti?

Setiap harta yang kita keluarkan untuk bersedekah nyatanya akan Allah tukar dengan tabungan pahala yang sangat berguna untuk bisa menjadikan surga sebagai tempat kembali kelak. Tak hanya itu, agar kita bisa terus bersedekah dan menabung pahala lebih banyak lagi, Allah ganti harta yang kita sedekahkan itu dengan jumlah yang lebih besar lagi. Penggantian ini selain untuk memberikan kita kemudahan dalam bersedekah lagi, Allah ingin menepis keyakinan orang yang sesat pemikirannya bahwa bersedekah dapat membuat seseorang jatuh miskin. Allah ingin menunjukkan dan membuktikan bahwa perniagaan yang tak pernah mengenal rugi adalah perniagaan yang dilakukan antara seorang hamba dengan Allah melalui pintu sedekah.

Tentu kalau kita mau sedikit lebih peka dan membersihkan hati, kita bisa menyadari orang-orang di sekitar kita. Pasti di antara mereka ada yang kita anggap sebagai orang yang rezekinya tak pernah terputus seolah-olah tak pernah pernah ada kata bankrut dalam kamus hidupnya. Alih-alih kita berprasangka buruk tentang darimana asal usul hartanya, lebih baik kita membersihkan hati dan pikiran kita. Tentu ada amalan-amalan tertentu yang menyebabkan Allah menghendaki dirinya untuk mendapatkan rezeki yang amat luas. Bisa jadi karena ia patuh terhadap perintah Allah, salah satunya ialah bersedekah.

Coba kita amati gaya hidupnya, seberapa ringan tangankah ia dalam menolong seseorang? Apakah uangnya habis digunakan untuk kebutuhan pribadinya atau ia habiskan untuk memenuhi kebutuhan orang lain? Tentu jika ia adalah orang shalih, maka uangnya habis digunakan untuk kepentingan orang banyak dan sumber hartanya yang melimpah berasal dari sedekahnya tersebut.

Harta yang kita miliki sekarang tak pernah benar-benar menjadi milik kita seutuhnya. Di dalamnya ada bagian milik orang lain yang harus kita tunaikan dan berikan kepadanya yang berhak. Bersedekah tak pernah membuat kita jatuh miskin karena Allah sendiri yang mengatakannya demikian. Bagaimana bisa Allah mengkhianati janji untuk terus memberikan ganti atas setiap harta yang disedekahkan hambaNya ketika Allah malu bila tak mengabulkan doa hambaNya?

Yang sebenarnya terjadi adalah Allah akan menyempitkan rezeki seorang hamba apabila hamba tersebut enggan bersedekah. Apabila seorang hamba menahan hak orang lain atas harta yang dimilikinya, maka Allah sendirilah yang akan turun tangan merampas harta tersebut dengan cara yang menyakitkan sebagai balasan sifat kikir yang dipelihara hamba tersebut. Inilah yang Allah katakan bahwa Allah akan menyempitkan rezeki seorang hamba yang Allah kehendaki. Hamba itu sendiri yang mengundang murka Allah dengan serakah terhadap dunia dan melupakan akhirat. Ia sengaja menahan hartanya dengan tidak disedekahkan lantaran ia takut jatuh miskin ketika ia bersedekahlah.

Jadi bagaimana? Apakah kalian masih mengira bahwa kemiskinan disebabkan dari banyaknya harta yang disedekahkan? Atau kalian kini menyadari bahwa salah satu alasan kemiskinan adalah enggannya bersedekah?

Penulis,
(Dessy Husnul Q)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL