fbpx

Sedekah Dengan Cara Sembunyi-sembunyi

Rasulullah bersabda, ”Tujuh pihak yang diberi naungan oleh Allah, di mana pada hari itu tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.” Dari tujuh pihak tersebut, Rasulullah menyebutkan bahwa siapa saja yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi -ibarat tangan kiri tak mengetahui apa yang dilakukan tangan kanan- maka ia termasuk salah satu di dalamnya.” (HR. Muslim)

Sedekah memang sebuah kewajiban bagi setiap Muslim. Sedekah tak memandang gender, usia, status sosial, pendidikan, pekerjaan, dan penggolongan lain yang dikenal dalam masyarakat. Semua orang boleh memberikan sedekahnya kepada siapa saja yang membutuhkan. Bahkan Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 274 yang artinya, “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

Dalam ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa tak ada halangan atau batasan bagi orang yang hendak bersedekah. Sedekah boleh ditunaikan kapanpun dan bagaimana caranya. Lantas, bagaimana dengan sabda Rasulullah yang tertera di awal paragraf tersebut? Bukankah hadits tersebut menjelaskan bahwa salah satu orang yang mendapatkan naungan Allah di hari akhir nanti adalah mereka yang menyembunyikan sedekahnya?

Allah memang membolehkan kita untuk bersedekah secara terang-terangan (banyak pihak yang mengetahui apa dan kepada siapa saja kita bersedekah) maupun secara sembunyi-sembunyi (tidak ada satupun yang mengetahui kalau kita sudah bersedekah kecuali Allah). Keduanya sama-sama Allah sukai selama diniatkan hanya untuk mendapatkan ridho dari Allah. Namun, syaitan tak akan berpangku tangan melihat seorang hamba Allah beramal shaleh, bukan?

Allah menganugerahkan kita salah satunya dengan hawa nafsu. Hawa nafsu bekerja sebagai pendorong seseorang untuk mendapatkan sesuatu. Syaitan kerap menyerang manusia dengan cara membisikkan hal-hal buruk yang seringnya disambut baik oleh hawa nafsu ini. Maka jadilah, ketika seseorang tidak bisa menjaga hatinya untuk tetap ikhlas dan takut kepada Allah, ia menginginkan hal lain selain ridho Allah, yakni ingin dipuji oleh sesama.

Riya atau keinginan untuk menunjukkan sesuatu dalam dirinya sendiri merupakan perbuatan tercela. Perbuatan riya’ selalu bertujuan untuk mendapatkan pujian, nama baik, sanjungan, dan penghormatan dari orang lain. Orang yang dibdalam hatinya bercokol kuat sifat riya’ merupakan orang yang haus akan perhatian dan pengakuan dari orang lain bahwa dirinya mampu melakukan hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh orang tertentu. Lebih jauh lagi, sedikit dari bagian riya’ termasuk ke dalam perbuatan syirik. Nauzubillah min dzalik. Orang yang riya’ berarti ia memilih untuk mendapatkan sanjungan dan pujian dari orang lain sebagai balasan atas apa yang dia lakukan ketimbang balasan dari Allah berupa pahala.

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar (syirik kecil), maka para shahabat bertanya, apa yang dimaksud dengan asy syirkul ashghar? Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Ar Riya’.”

Mengapa disarankan untuk bersedekah dengan cara menyembunyikannya?

Sedekah dengan cara sembunyi ini  akan memberikan kebaikan dan keutamaan bagi dua pihak yang terkait, yakni orang yang bersedekah dan juga orang yang menerima sedekah. Bagi orang yang bersedekah, akan jauh lebih tenang baginya jika ia menyembunyikan sedekahnya. Ia akan terhindar dari sifat riya’ dan sombong yang sangat berpotensi muncul dalam hatinya. Dengan cara ini, ia juga akan lebih bisa menjaga dirinya dari godaan syaitan yang menghasutnya untuk menampakkan kemampuan dirinya. Pahala bersedekah baginya pun akan aman. Lebih jauh lagi, menyembunyikan sedekah yang ditunaikan dapat mendidik seseorang untuk terus rendah hati sehingga ketika pada suatu masa nanti ia bersedekah secara terang-terangan, ia sudah lihai mengendalikan niat dan hatinya untuk tidak mengharapkan apapun selain ridho Allah.

Menyembunyikan sedekah juga sangat memberikan dampak yang baik bagi mereka yang menerimanya. Ketika kita menyembunyikan sedekah, sebenarnya kita sedang menyelamatkan harga diri orang yang menerima dari perasaan malu, sungkan, tidak enak, dan rendah diri. Biar bagaimanapun juga, menerima hidup dari menerima orang lain bukanlah sebuah perkara yang mudah untuk dijalani. Orang tersebut akan selalu merasa berhutang budi kepada orang yang menolongnya.

Menyembunyikan sedekah juga menolong orang yang menerimanya dari pandangan merendahkan dari orang lain yang ditujukan kepadanya. Seringkali banyak orang yang memandang rendah dan menganggap remeh kepada orang yang kerap mendapat bantuan. Sebutan miskin, tak mampu, tak berpendidikan kerap disematkan kepada mereka yang mendapat bantuan padahal saling tolong menolong merupakan perintah langsung dari Allah. Namun, tetap saja, kita tidak bisa menghindari kenyataan pahit yang menyakitkan hati ini, di mana orang yang membutuhkan pertolongan kerap dianggap rendah. Untuk itu, kita bisa menyelamatkan mereka dari hinaan dengan cara menyembunyikan sedekah.

Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia.” (Q. S. Al-Baqarah : 264).

Sekarang, mari kita cek diri sendiri, apakah kita terjangkit penyakit hati, yaitu riya’, atau tidak dan cobalah berusaha jujur kepada diri sendiri menjawab tiga pertanyaan yang menjadi ciri-ciri riya’ di bawah ini:

  1. Apakah kita hanya serius dan giat bekerja ketika mendapat pujian?

Apakah kita akan malas jika tidak ada yang memerhatikan atau tidak ada yang memberi penghargaan?

Apakah kita cenderung melepas tanggung jawab atas pekerjaan tersebut apabila ada orang lain yang mencela?

  1. Apakah kita akan sangat bersemangat dan profesional jika mengerjakan sesuatu di depan banyak orang namun menjadi sangat malas saat mengerjakan sesuatu sendirian?
  2. Apakah ketika kita berada di depan banyak orang akan selalu berusaha menaati perintah Allah dan menjauhi laranganNya? Sebaliknya, apakah saat orang lain tidak melihatnya, maka kita akan melakukan perbuatan-perbuatan tercela?

Bagaimana, Pembaca? Apakah Anda sudah menjawabnya dengan jujur? Terima kasih karena tidak membohongi diri sendiri. Sekarang, apa yang harus Anda lakukan jika ternyata Anda terindikasi berpenyakit hati riya’?

Berdoalah dan memohon ampunlah Anda kepada Allah. Lalu, mulai saat ini sembunyikan semua ibadah dan amal sholehmu agar tak ada orang lain yang mengetahuinya. Latihlah dirimu sendiri untuk terus istiqamah dalam menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi laranganNya tanpa diketahui oleh orang lain. Tanamkan dan niatkan dalam hati bahwa segala ibadha dan amal shaleh yang Anda kerjakan semata-mata hanya untuk mendapatkan ridho Allah. Selalu kembalikanlah setiap pujian dan sanjungan yang kita terima dari orang lain kada Allah. Terakhir, sadarkanlah diri Anda sendiri bahwa yang berhak memberikan penilaian dan balasan terhadap sebuah amalan hanyalah Allah semata.

***

Allah tidak melarang kita untuk bersedekah secara terang-terangan. Allah hanya menjaga hati kita agar tidak tergelincir pada sesuatu yang sifatnya sangat halus namun berbahaya, yakni sombong. Sedekah yang disembunyikan akan dapat menolong mereka yang menerima sedekah dari pandangan rendah orang lain yang mengetahui bahwa mereka mendapatkan bantuan. Lebih jauh lagi, menyembunyikan sedekah dapat menolong pengamalnya dari perbuatan buruk.

Sedekah secara terang-terangan diperbolehkan dengan syarat harus menjaga hati, pikiran dan niat yang hanya tertuju kepada ridho Allah semata. Sedekah secara terang-terangan juga dapat memotivasi orang lain yang mengetahuinya untuk dapat berlomba-lomba dalam kebaikan.

Penulis,
(DHQ)

 

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL