Sebagai seorang buruh tani yang melakukan aktivitas seperti biasanya, Samidin yang kini berusia 68 tahun, tidak mengetahui kalau sebenarnya ia sedang berhadapan dengan satu penyakit parah yang sewaktu-waktu bisa merenggut nyawanya. Yang ia tahu, benjolan yang ada di pipinya itu dikira hanya bisul biasa. Nyatanya, benjolan tersebut merupakan cikal bakal penyakit yang diam-diam menggerogoti mulutnya. Ya, Samidin menderita penyakit Kanker Mulut.
Hingga satu tahun terakhir, Samidin mulai merasakan sesuatu yang aneh di sekitar mulutnya. Cerita berawal dari seringnya Samidin mengalami sariawan dan sakit gigi. Meski sempat diperiksa ke puskesmas dan dibekali beberapa butir obat, penyakitnya itu tak juga membaik. Bahkan lama kelamaan, gigi geraham atasnya berlubang. Benar saja. Ketika diperiksa lagi, dokter mengatakan kalau sakit gigi yang Samidin derita itu bukanlah sakit gigi biasa. Dokter puskesmas tersebut bahkan menyarankan agar segera dibawa ke rumah sakit daerah untuk melakukan pemeriksaan intensif.
Dengan perasaan was-was, keluarganya membawa Samidin ke rumah sakit. Namun bukan pemeriksaan intensif yang didapatkan melainkan dokter di rumah sakit itu pun hanya memberinya obat-obatan dan menyuruhnya kontrol seminggu kemudian.
Sembuh tak kunjung tiba. Keluarga Samidin hendak membawanya kembali ke rumah sakit. Sayang, pihak puskesmas tak memberi surat rujukan yang keluarga Samidin minta. Alasannya adalah karena berobat di puskesmas dan di rumah sakit itu sama saja. Tentu saja pernyataan dokter tersebut membuat hati anaknya Samidin terhenyak.
Lantas dengan bermodal nekat, anaknya Samidin membawanya berobat ke Rumah Sakit DKT Bengkulu tanpa membawa rujukan. Meski awalnya dilarang karena tidak membawa surat rujukan, namun berkat kebaikan staff, akhirnya Samidin diperbolehkan menjalani pemeriksaan di Poli Gigi. Setelah di-scan, dokter malah menyarankan agar diperiksa di rumah sakit swasta.
Betapa kaget ketika mengetahui penyakit yang diderita Samidin dari dokter di rumah sakit swasta rujukan RS DKT itu. Kanker Mulut! Satu penyakit yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Sungguh merupakan satu keputusan rumit yang harus diambil demi kesembuhan Samidin. Setelah mendapat keputusan tentang penyakit ayahnya itu, Samidin yang diwakili Sili sebagai anak bungsunya, malamnya segera melakukan runding keluarga. Ia mengungkapkan kemungkinan terburuk tentang penyakit ayahnya itu. Yang mana, apabila dioperasi, dokter mengatakan mungkin rahang Samidin akan diangkat. Kalau tidak dioperasi, kanker mulut tersebut nantinya bakal menyebar ke seluruh wajah Samidin. Wajah bapak tiga anak itu bakal sulit dikenali.
Membayangkan kemungkinan itu, Sili tak kuasa menahan air matanya. Bagai buah simalakama. Setiap keputusan yang diambil berakibat buruk bagi Samidin. Apalagi usia Samidin yang sudah tua, dokter memprediksi bahwa Samidin hanya memiliki waktu menghirup napas sekitar 1-6 tahun saja. Namun, upaya keluarga Samidin untuk membuat ayahnya sembuh tak berakhir sampai di situ. Kendati berbagai kemungkinan yang bakal terjadi pasca operasi, tetapi usaha yang disertai doa, keluarga Samidin mempercayai akan adanya harapan.
Setelah mendapat izin dari keluarga dan Samidin bersedia untuk dioperasi, berangkatlah Samidin, Sili beserta suami ke Jakarta. Tujuannya adalah Rumah Sakit Kanker Dharmais yang direkomendasikan oleh rumah sakit di daerah asalnya. Sili, anak perempuan Samidin bahkan mengaku perjalanan kali ini adalah pertama kalinya pergi ke kota yang merupakan Ibu Kota Negara Indonesia. Jadi untuk pengetahuan tentang keadaan Ibu Kota, mereka mengandalkan memori suaminya yang sebelumnya pernah kerja di Slipi.
Dari temannya suami Sili, mereka tahu ada rumah singgah di Slipi. Naasnya begitu sampai di sana, tempat tersebut penuh. Bingung melanda mereka. Pasalnya, mereka tidak tahu lagi harus tinggal di mana. Uang yang dibawa pun seadanya. Untuk menyewa petakan yang harganya selangit itu mereka tentu berpikir ulang.
Akhirnya kabar baik datang. Kabar baik itu datang dari salah satu penghuni rumah singgah Slipi. Sekarang, sejak 18 Januari 2017, Samidin dan keluarga menjadi salah satu penghuni Rumah Sehat Mandiri yang diprakarsai oleh Mandiri Amal Insani (MAI) Foundation. Insya Allah, tgl 2 Maret 2017 mendatang, Samidin akan melakukan operasi kanker mulut.
Rumah Sehat Mandiri adalah hunian sementara bagi pasien dan keluarga pasien yang sedang berobat di RS. Dharmais dan RS. Harapan Kita. Keberadaan Rumah Sehat Mandiri bagi keluarga pasien dhuafa sangat membantu dan meringankan beban living cost, sehingga pasien dan keluarganya mendapat hunian yang layak. (MAI Foundation/Riana)
Contact Person PIC RSM : +62 857-1745-5658 (M. Khoir)