fbpx

Rahasia Sebuah Do’a

Tentu kita tak asing lagi dengan kalimat yang diucapkan oleh seseorang seperti ini, “Mohon doanya aja ya”. Tahukah kamu bahwa kalimat seperti ini terlihat seolah meremehkan kekuatan doa? Kalimat ini terlihat seakan mengesampingkan dan melupakan bahwa doa adalah senjata bagi orang Muslim.

Doa tidak sekadar meminta dan memohon kepada Allah batas sebuah perkara, tetapi doa memiliki esensi tersendiri yang lebih jauh lagi. Doa bermakna sebuah pengakuan seorang hamba tentang kedudukannya yang rendah dan tidak bisa melakukan apa-apa tanpa ridho dan campur tangan Allah. Doa menjadi sebuah bukti keimanan, ketundukan, penyerahan diri total seseorang terhadap Allah. Allah Maha Kuasa, Maha Kaya, Maha Pemberi, dan Maha Penyayang. Dengan keempat sifat yang mencirikan bahwa Allah merupakan Pemilik tunggal seluruh alam semesta itulah Allah sangat senang mengabulkan semua doa, permintaan, dan permohonan apapun yang dipanjatkan oleh hambaNya.

Sebaliknya, Allah sangat murka kepada hambaNya yang enggan memanjatkan doa kepadaNya. Bagi Allah, hambaNya tersebut bterlampau sombong untuk tidak mau berdoa dan merasa dirinya mampu mengurus hidupnya sendirian. Padahal jelas-jelas Allah-lah yang menguasai diri dan hidupnya. Keenganan seseorang dalam berdoa menunjukkan bahwa orang ini mengingkari kehadiran dan kekuasaan Allah. Tidak hanya itu, orang tersebut patut dipertanyakan keimanannya. Hal ini termaktub dalam surah Al-Mu’min ayat 60 yang artinya, “Dan Tuhan mu berfirman: Berdoa lah kepada – Ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari Menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.”

Allah akan mengabulkan semua doa hambaNya selama doa tersebut dipanjatkan dalam rangka kebaikan dnantidak kenyalahi syariah Islam. Adakalanya seorang hamba merasa bahwa doa-doanya tidak dikabulkan lantas ia berputus asa dan enggan berdoa kembali. Padahal, tak pernah ada doa yang melesat menghadap Allah tanpa dikabulkan. Hanya saja, cara Allah mengabulkan tidak selalu seperti keinginan kita karena Dia-lah yang Maha Mengetahui mana yang terbaik untuk hambaNya. Bisa jadi doa yang dimohonkan oleh seorang hamba adalah doa yang baik namun jika dikabulkan malah akan mendatangkan kemudharatan. Untuk menghindari kemudharatan tersebut, Allah tetap mengabulkan doanya dengan cara menggantinya dengan sesuatu yang lain yang nilainya sama dengan apa yang hambaNya minta.

Rasulullah bersabda, “Tidak ada seorang muslim yang berdoa dengan tidak disertai dengan doa dan memutus hubungan persaudaraan kecuali Allah SWT pasti akan memberikannya salah satu dari iga hal. Bisa di segerakan doanya untuk dikabulkan, mungkin pula Allah SWT menyimpannya sehingga dibalas di akhirat kelak. Dan kemungkinan pula Allah SWT akan menghindarkan dia dari kejadian buruk yang menjadi ganti setara dari doa kebaikan yang ia panjatkan”.

Allah begitu dekat dengan kita untuk mengabulkan semua doa hambaNya. Allah begitu baik dengan memeluk semua harapan hambaNya. Tak ada doa yang telah dipanjatkan kepadaNya yang tak dikabulkan. Allah begitu malu bisa tidak mengabulkan permohonan hambaNya. Namun Allah juga menuntut satu permintaan kepada hambaNya sebagai ‘transaksi’ atas dikabulkannya doa-doa itu.

“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintahKu) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186)

Allah hanya minta kepada kita untuk beriman kepada Allah. Beriman kepada Allah bermakna mempercayakan semua perkara dalam diri dan kehidupannya hanya kepada Allah. Berikan kepada Allah berarti meyakini bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Zat yang sanggup memberikan semua yang ia minta; meyakini bahwa hanya Allah-lah sebaik-baiknya Pengurus dan Pengatur hidupnya. Tidak ada daya dan kekuatan selain Allah. Agar doa-doa kita dikabulkanNya, Allah hanya minta itu; percaya kepada Allah yang kemudia dibuktikan dengan mengerjakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Masuk akal, bukan? Bagaimana Allah mau mengabulkan doa dari orang yang tidak beriman kepada Allah? Bagaimana Allah mau memberikan apa yang dia mau sedangkan orang tersebut meragukan kekuasaan Allah?

Allah mendekati hambaNya dengan dua cara. Pertama, kedekatan Allah yang umum dengan ilmu-Nya. Pendekatan jenis ini berlaku pada setiap makhluk. Kedua, kedekatan Allah yang hanya Allah berikan pada hambaNya yang berdoa padaNya. Pendekatan yang kedua ini Allah lakukan dengan cara mengijabahi (mengabulkan) doanya, menolongnya dan memberi taufik padanya. (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 87)

Kedekatan antara Allah dengan hambaNya dengan cara yang terakhir ini, merupakan pendekatan khusus dan jaraknya sangat dekat. Ketika kita menginginkan sesuatu, jarak antara kita dengan keinginan tersebut sangatlah dekat, yakni berkisar antara kening dan sajadah ketika sujud. Inilah yang diinginkan oleh Allah. Ketika kita meminta sesuatu, mintalah kepadaNya dengan cara mendirikan sholat karena salah satu waktu mustajab untuk berdoa adalah ketika sujud.

Yang perlu kita perhatikan dalam berdoa salah satunya adalah senantiasa menjaga kebersihan diri dan jiwa. Menjaga kebersihan diri maksudnya memperhatikan jangan sampai ketika kita berdoa, termasuk sholat, ada najis dan kotoran yang menempel di tubuh, baju, maupun area sekitar tempat kita berdoa. Sedangkan, menjaga kebersihan jiwa ketika berdoa adalah dengan mencegah diri dari mengonsumsi makanan, minuman, dan atau uang yang diharamkan. Ketiga hal yang haram tersebut jika dikonsumsi akan bercampur dengan darah di dalam tubuh. Darah yang telah terkontaminasi dengan zat haram akan mengalir di dalam tubuh dan di antara zat haram tersebut ada yang menjelma menjadi daging, tulang, dan apapun yang menyumbang pertumbuhan dan perkembangan fisik orang tersebut. Rasulullah bersabda,

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyyib (baik). Allah tidak akan menerima sesuatu melainkan dari yang thoyyib (baik). Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu.’” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?” (HR. Muslim)

***

Pembaca yang budiman, kita memang diperintahkan Allah untuk berdoa dan meminta apa saja kepada Allah. Bahkan dalam sebuah hadits, Rasulullah pernah bersabda, “Hendaklah salah seorang diantara kamu sekalian meminta kepada Tuhannya akan segala kebutuhannya hingga meminta tali sandalnya yang putus atau sampai meminta garam sekalipun.” (HR. At-Tirmidz)

Namun, ada hal penting lainnya yang juga harus kita lakukan selain berdoa, yaitu berusaha. Pepatan mengatakan, berusaha tanpa berdoa itu sombong dan berdoa tanpa berusaha itu bohong. Maknanya, berusaha dan berdoa itu satu paket. Tidak adanya yang boleh memilih salah satunya saja. Berusaha dan berikhtiarlah terhadap sesuatu yang kita inginkan dan sempurnakan keinginan tersebut dengan memintanya kepada Allah. Jika kita menginginkan sesuatu tanpa mau berdoa apalagi berusaha, maka harapn itu palsu. Ia bohong dan tidak bersungguh-sungguh dalam menginginkan sesuatu. Lewat berikhtiarlah Allah akan mengabulkan permohonan hambaNya. Bukankah Allah hanya akan mengubah suatu kaum hanya kalau mereka berusaha mengubah nasibnya?

Penulis,
(Dessy Husnul Q)

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL