fbpx

Rahasia Kesabaran

 

Kesabaran sering kali terasa sebagai beban berat yang harus dipikul. Saat mencoba bertahan, justru muncul perasaan tertekan yang melukai hati dan melelahkan jiwa. Namun, pernahkah kita bertanya, mengapa sabar terasa begitu sulit? Jawabannya terletak pada satu rahasia sederhana namun mendalam, yakni kesyukuran.

Kesyukuran adalah kunci untuk menumbuhkan kesabaran. Ketika kita menerima segala sesuatu yang terjadi sebagai bagian dari takdir yang telah Allah tetapkan, dan melihatnya sebagai anugerah, hati kita mulai tenang. Kita sibuk mendeteksi nikmat yang tersembunyi di balik setiap keadaan, hingga tanpa sadar rasa sakit dan derita menjadi memudar. Bahkan, ada kalanya derita itu hilang sama sekali.

Lihatlah keteguhan Bilal bin Rabah, seorang budak yang dihinakan namun mulia dalam imannya. Ketika batu besar menindih dadanya yang lemah, beliau tetap melafalkan “Ahad… Ahad…”, menegaskan keyakinannya kepada Allah Yang Maha Esa. Siksaan itu tidak melunturkan imannya, karena di dalam hatinya telah tertanam syukur atas kenikmatan iman yang Allah berikan. Nikmat itu jauh melebihi rasa sakit yang dirasakannya.

Begitu pula Rasulullah SAW, yang kakinya sampai bengkak karena lamanya berdiri dalam shalat. Ketika Aisyah ra khawatir akan kondisi beliau, Rasulullah hanya tersenyum dan berkata, “Afala akuna abdan syakuro?” (“Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur?”). Rasa syukur yang mendalam atas nikmat dan anugerah Allah mengalahkan rasa lelah dan sakit, menjadikannya tidak terasa.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya Madarij As-Salikin menyatakan bahwa sabar dan syukur adalah dua sayap seorang mukmin. Tanpa salah satunya, seorang hamba tidak akan dapat mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah. Sabar membantu kita bertahan dalam ujian, sementara syukur membawa kita terbang di atas penderitaan dan menghantarkan ke surga.

Inilah hakikat kesabaran: ia bukan sekadar kemampuan menahan diri dari amarah atau kesedihan, tetapi sebuah perjalanan menuju rasa syukur yang mendalam. Ketika hati dipenuhi dengan rasa syukur, kita tidak lagi terfokus pada rasa sakit atau beratnya ujian. Kita melihat betapa banyak nikmat yang masih Allah limpahkan dalam setiap detik kehidupan.

Kesabaran yang sejati tidak dapat berdiri sendiri. Ia selalu diawali oleh rasa syukur. Dengan bersyukur, kita tidak hanya menerima ujian dengan lapang dada, tetapi juga merasakan kenikmatan di baliknya. Dan pada akhirnya, rasa syukur itu akan mengubah beban menjadi keberkahan, serta derita menjadi anugerah yang mendewasakan jiwa.

Penulis: Qodrat SQ

Form Konsultasi

RELATED ARTIKEL