
MAI News – Banyuwangi, 19 Juli 2024. Kawasan Teluk Pangpang Banyuwangi di masa lalu, adalah hamparan hutan mangrove yang cukup lebat. Masyarakat sekita yang hidup sebagai nelayan, tidak perlu jauh-jauh mencari ikan, kerang, udang atau kepiting. Cukup memasang jaring di beberapa tempat di tepi pantai, berbagai hasil laut bisa didapat setiap hari.
Tapi itu dulu. Sejak masuk investor dari luar negeri, kawasan mangrove disulap menjadi tambak udang. Para nelayan berubah profesi menjadi buruh tambak. Habitat hutan mangrove terganggu keseimbangannya.

Tahun 1998, seiring krisis ekonomi yang melanda tanah air, sejumlah tambak mengalami kesulitan keuangan dan berangsur bangkrut. Para investor pulang kampung, meninggalkan para warga masyarakat yang kehilangan mata pencaharian sebagai buruh tambak. Mereka terpaksa kembali menjadi nelayan, yang wilayah tangkapannya menjauh hingga ke perairan Bali atau bahkan Papua. Ikan, kerang, udang dan kepiting menjauh dari Teluk Pangpang karena rusaknya hutan mangrove.

Sekelompok nelayan di dusun Tegalpare desa Wringinputih, Banyuwangi, menghimpun diri dalam Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokmaswas) Baret. Dengan swadaya, mereka mulai menanami kawasan bekas tambak yang gersang tak terawat, dengan bibit mangrove. Sedikit demi sedikit, kawasan hutan mangrove di Teluk Pangpang mulai kembali menghijau. Lagu Koes Plus pun seakan kembali didendangkan: … ikan dan udang menghampiri dirimu.
Setelah dua puluh tahun lebih berlalu, para nelayan di Teluk Pangpang sudah tidak perlu lagi melaut sampai Papua. Populasi ikan, kerang, udang dan kepiting semakin meningkat di sana. ‘Kalau dulu kami kerap meninggalkan shalat, atau merangkap shalat Maghrib, Isya hingga Shubuh, kini kami punya banyak waktu untuk beribadah dan mengurus keluarga,’ aku Roni, ketua Pokmaswas Baret dengan wajah ceria.

Sebagai bagian dari kontribusi pencegahan perubahan iklim, serta bentuk dukungan pada kegiatan masyarakat, LAZ Mandiri Amal Insani memberikan bantuan pendanaan kepada Pokmaswas Baret, untuk restorasi mangrove di Teluk Pangpang. ‘Bantuan dari MAI ini akan kami gunakan untuk mempercepat kegiatan penanaman kembali di kawasan yang masih kosong. Masih ada ratusan hektar lahan yang perlu ditanami bibit mangrove agar situasi kembali seperti waktu kami kecil dulu,’ ungkap Roni. Sesuai kesepakatan, dana tersebut tidak hanya sekadar untuk penyiapan bibit dan biaya penanaman, tetapi juga untuk penyulaman dan perawatan kawasan selama 3 tahun.